"Haha, haha.... ha...ha...., Pendekar Kelinci itu adalah komplotannya Nyi Selasih. Ada Lowo Abang, ada Ki Banas, kedua Pendekar dengan ilmu kemarin sorenya. Ada Nyai Sekar Wangi," ujar Ki Penjalin.
"Mereka Kemana, Rama Guru?" tanya Nyai Selayar
"Aku menduga mereka mau ke Alas Badong. Tentu mau menyerang Macan Gembong," duga Ki Penjalin.
"Kalau begitu aku mau ke sana, menyusul mereka, Ki," kata Nyai Selayar.
"Lebih baik tidak. Sebab kalau kau ke sana, tentu kau masih menyimpan luka dan dendam," saran Ki Penjalin.
"Lantas?"
"Nanti, setelah tepat waktunya!" tegas Ki Penjalin.
Nyai Selayar diam. Ia menundukkan kepala seolah kecewa dengan keputusan Ki Penjalin. Tapi mau bagaimanapun ia harus tetap patuh dengan keputusan gurunya. Tentu ia tahu waktu yang tepat dan bisa mengukur kekuatan dirinya bila harus bertarung dengan lawannya.
"Nanti kita berlatih lagi, ayo kita tinggalkan tempat ini!" Ajak Ki Penjalin sambil memegang pundak kedua muridnya
"Westttt," ketiganya telah pergi meninggalkan tempat tersebut dengan secepat kilat.
*****
Alas Penjalin atau hutan Penjalin, merupakan satu wilayah yang ada di kaki gunung Wilis. Tempat tersebut merupakan satu wilayah yang jarang di ambah manusia. Selain mereka yang memang memiliki keberanian dan cukup dalam ilmu kedigdayaan.
Sebab alas Penjalin adalah alas yang cukup terkenal keangkerannya di huni oleh pasukan jin dan pasukan siluman. meski sebetulnya tidak semua tempat di wilayah alas Penjalin menjadi hunian makhluk halus. Namun kebanyakan orang enggan untuk memasukinya.
Ki Penjalin yang sangat hafal lokasi lokasi para siluman dan makhluk halus yang ada di tempat itu. Sebab dirinya pada waktu awal datang di alas tersebut memang banyak menaklukkan para siluman siluman yang ada di lokasi alas Penjalin.
Ki Penjalin dan kedua muridnya telah sampai di depan goa sebagai lokasi hunian bagi Ki Penjalin.
"Nah kita telah sampai di lokasi. Sekarang tugas sudah menanti kalian. Sulasna, pergilah kamu ke gunung yang ada di balik goa ini. Sedang Selayar kamu harus mengolah nafasmu di dalam goa," perintah Ki Penjalin.
"Siap, Kakek Guru," ujar Sulasna. Dia sudah hafal apa yang harus di kerjakan di sana.
Tentu akan berlatih dengan bambu bambu yang di pasang seperti patokan. Berlatih keseimbangan dan menghindari gerakan lawan atau menanti waktu tepat untuk melempar serangan.
"Selayar, jaga dirimu kendalikan emosi, olah nafasmu. Kalau bisa salurkan tenaga pada seluruh tubuhmu. Lalu kendalikan dan buang," komando Ki Penjalin, saat melihat Nyai Selayar mau masuk ke dalam goa.
"Siap, Rama Guru," kata Nyi Penjalin.
"Matangkan penguasaan batin untuk jurus Siluman Penjalin. Biar bisa bertemu denga Ajian Sewu Banyu. Sehingga bisa berpadu," terang Ki Penjalin.
"Gerakan yang kemarin apa harus di ikut ulang, Rama Guru?" tanya Nyai Selayar
"Bila tidak juga tidak apa apa. cuma penguasaan batin harus di matangkan. Biar tubuhmu bisa ringan bergerak," terang Ki Penjalin.
Nyi Selayar mengangguk, lalu masuk kedalam Goa.
"Aku harus mematangkan jurus Tongkat Sulasna," ujar Ki Penjalin.
*****
Sementara, Sulasna meloncat dari pucuk bambu setinggi pinggang, ke bambu yang lebih rendah. Juga sebaliknya. Kalau kemarin keseimbangan harus di latih dengan dua bumbung bambu untuk pijakan kini sudah mulai dengan satu bumbung.
"Secapat itu ia melatih keseimbangan tubuhnya," batin Ki Penjalin.
Sulasna tidak menduga kalau Ki Penjalin sudah mengamati ia berlatih dari tadi. Namun tak mengapa, bila kadang ia terjatuh itu hal yang wajar.
"Cukup Sulasna!" kata Ki Penjalin.
Sulasna kemudian meloncat mendekati Ki Penjalin.
"Ada apa, Kakek Guru?" tanya Sulasna bingung. Sebab biasanya Kakek Gurunya melarang berhenti berlatih.
"Sekarang, ambilkan Kakek, 6 buah batu dari kaki gunung itu dan bawa ke sini. Biar Kakek bisa duduk. Besarnya harus sama. Ingat, kamu bawa jangan sampai kakimu menyentuh tanah," kata Ki Penjalin.
Kalau hanya mengambil batu dari kaki gunung di bawa ke lokasi tidak sulit. Namun tidak boleh kakinya menyentuh tanah. Itu yang menjadi beban.
"Kalau hanya membawa bisa, Kek. Tapi tidak boleh menyentuh tanah," ujar Sulasna penuh tanya.
"Manfaatkan bambu-bambu itu membawa batu itu kesini!"
"Saya akan mencoba," kata Sulasna.
"Ingat batu tersebut, harus sama besarnya," ujar Ki Penjalin.
Sulasna kemudian menuju Kaki Gunung dengan penuh semangat. Ia mengambil batu yang sebesar kepala kerbau. Lalu ia panggul, dan meloncat ke bambu tersebut. Kontan saja badannya terhuyung huyung. Tapi secepat kilat kaki kanan ia tekan ke bambu. Harapannya bisa menguasai diri dari beban tubuhnya. Setelah agak tenang, ia meloncat ke bambu yang satunya. Loncatannya agak jauh, dua jengkal kaki manusia.
Seperti yang pertama, tubuhnya hampir jatuh, tapi ia bisa menguasainya, karena kaki yang lain segera ia loncatkan pada potongan bambu sebagai patok yang agak rendah. Kemudian ia cepat melangkah kebambu yang agak dekat, sehingga keseimbangan tubuh bisa diaturnya.
Sampai enam batu bisa di bawanya, menuju ke depan Ki Penjalin, tanpa menyentuh tanah.
"Kini ambil lagi enam batu dengan cara yang sama, hingga bisa kau tumpuk di samping baru ini," terang Ki Penjalin.
"Sekarang, Kek?"
"Ia, laksankan sekarang. ingat empat tumpuk," ujar Ki Penjalin.
Sulasna kemudian bergerak mencari batu batu tersebut. Dan mengulangi berjalan pada bambu bambu yang telah rapi di pasang itu.
Hampir Senja Sulasna menyelesaikan tugas dari Ki Penjalin. Dia telah berhasil menumpuk empat tumpuk baru yang besar dan jumlahnya sama.
Setelah selesai, Ki Penjalin menuju Goa, dengan jalan setengah berlari. Sulasna mengikuti Ki Penjalin. Dan aneh, gerakan kaki dan tubuhnya semakin ringan. Otot kakinya juga bertambah kokoh. Terbukti saat Kakek berlari cepat, Sulasna berada pada batu yang di bawahnya jurang. Saat menginjak batu ia rasakan kakinya seolah mencengkeram.
*****
Sampai di depan mulut Goa, Sulasna di larang masuk. Sebab Simboknya masih mengolah, nafas dan batin untuk penguasaan dasar jurus Siluman Penjalin.
Ki Penjalin masuk dalam goa untuk melihat Nyai Selayar dalam penguasaan jurus Siluman Penjalin. Ia melihat Nyai Selayar duduk bersila badan tegap dan matanya terpejam. Namun tat kala tempat antara Nyai Selayar dan Ki Penjalin sudah tinggal tiga pecak, Nyai Selayar tubuhnya tidak nampak.
"Berhasil, refleknya telah bisa menguasai keberadaan dirinya," ujar Ki Penjalin.
Nyai Selayar bergerak 1 hasta kebatu yang di sampingnya. Namun posisi tubuh dan sikapnya tetap sama.
"Cukup, Selayar. sekarang keluarlah, ke depan goa. Anakmu telah ada di sana,"kata Ki Penjalin.
Nyai Selayar kemudian membuka matanya dan mengatur jalannya nafas dengan tenang. Ia menguasai dirinya dan berdiri dengan tegak.
Ki Penjalin tersenyum puas melihat kemampuan dari anak dan ibu ini. Kemampuan yang cepat dalam penguasaan jurus jurus yang di wariskannya.
Sesampai di depan Goa mereka bertiga duduk bersila. Kemudian kayu yang telah disiapkan ia bakar untuk persiapan api unggun dan masak makanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Anonymous
keren.... wwo...
2023-02-14
0