"Hiaaaaaat, ciat..." Sulasna mencoba merobohkan kayu di depannya dengan pukulan dan tendangan tangan kosong. Tapi gagal pohon yang tua terlalu tangguh untuk dirobohkan. Dirinya mengamati kayu tersebut dari pangkal hingga ujung.
"Aku coba sekali lagi," ungkapnya tanpa putus asa.
Sulasna mundur tiga langkah. Kakinya membentuk kuda kuda depan. Tangannya ia majukan penuh, dengan pelan pelan ia bentuk tangan menyilang di dada, ia ajukan lagi. Lalu.... Ciaaaaat, hiaaaat. ... Brugh!"
Gerakan cepat dengan tendangan keras juga pukulan keras ia jalankan. Tapi kau itu hanya terkelupas kulitnya Sulasna hanya geleng geleng kepala. Dirinya makin heran akan kekuatan kayu yang ada di depannya.
"Ada apa dengan kayu ini?" ujarnya.
Tiba tiba seorang bercadar biru telah ada di depannya.
"Sulasna, kayu tetaplah kayu. Kau amati tiga atau empat kali tetap kayu. Tapi caramu membangun arah serangan kurang tepat," ujar perempuan bercadar biru yang tak lain adalah Nyi Selayar ibunya sendiri.
"Maksud, Simbok,? " tanya Sulasna.
"Kau lupa bahwa konsentrasi pada saat menuju dan melakukan serangan itu penting. Dan dari situ kita mengukur seberapa tenaga dalam akan kita keluarkan," terang Nyi Selayar.
"Lantas, bagaiman, Mbok?" tanya Sulasna ingin tahu. Dia bisa mengerti tentu Simboknya mengamati sejak tadi.
"Kembali membangun serangan. Mata tertuju pada arah sasaran lawan, pikiran membangun konsentrasi lawan di sini ada kayu. Kayu tersebut memiliki serat yang membuatnya kokoh. Di batinmu tujuan serangan merobohkan lawan atau kayu," penjelasan Nyi Selayar.
Sulasna kemudian mundur tiga langkah. Ia mengulangi gerakan awal, dengan merancang titik fokus serangan seperti yang di jelaskan Simboknya.
Kemudian, "Hiaaat, ciaaaaat.... ", serangan secepat kilat di lakukan Sulasna.
"Krekkkk, Brugh.....," pohon itu pun roboh.
Sulasna lega dalam hati. Simboknya kemudian mendekat pada anaknya.
"Begitu namanya kombinasi serangan. Seorang pendekar tidak boleh ragu ragu dalam menyerang. Lapisan energi dari tenaga dalam akan bisa kamu lihat, dan kamu tata, sesuai dengan fokus pemikiran mu," terang Nyi Selayar.
Sulasna mengangguk. Tiba tiba ada suara terkekeh kekeh di udara. Mereka hafal bahwa itu adalah tawa dari suara Ki Penjalin.
"Sulasna, Nyi Selayar.... hahahaha, aku bawa makanan dari alas seberang sungai," ujar Ki Penjalin, sambil menunjukkan tiga ekor ayam hutan hasi tangkapannya.
"Latihannya di lanjut nanti. Musuh masih banyak.... hahaha... hahaha... Jangan takut tak dapat musuh... hahaha... tapi musuh paling abot adalah melawan keinginan buruk pada dirimu.... Maka biar gak ada keburukan ayo masak ayam hutan hasil jebakanku ini," Kata Ki Penjalin.
Ki Penjalin kemudian mengajak keduanya untuk berjalan menuju depan goa. Di sana mereka akan memasak ayam hutan hasil tangkapan dari Ki Penjalin.
****
Sementara itu di balik hutan Pupus, seorang perempuan tua sedang berjalan dengan cepat melalui jalan bebatuan terjal. Perempuan dengan jubahnya yang hitam dengan tongkat penyangga, rambut putih di gelung. Rupanya perempuan tersebut telah terbiasa melalui jalan ini. Sebab cara jalannya yang cekatan. Bahkan saat ada pertigaan tanpa berfikir, ia langsung bisa memilih jalan.
Tak lama perjalanan perempuan tua itu telah sampai pada hutan yang lebat. Hutan yang penuh dengan kayu-kayu tua dan besar ada di kanan kiri hutan tersebut. Sampai pada lokasi agak rata, ada beberapa orang yang rupanya menantu kedatangannya. Yakni seorang wanita muda, dan juga dua orang laki laki yang sudah setengah baya. Yang satu dengan jubah warna kombinasi merah dan hitam berpadu. Semua orang menyebutnya Ki Lowo Abang. Sedangkan perempuan tua yang baru datang dengan tongkat kayu itu adalah Nyi Selasih. Perempuan muda yang cantik namun nampak bengis adalah Sekar Wangi. Sekar Wangi adalah seorang wanita dari persilatan hitam. Ia tokoh dari perguruan Kembang gunung.
Perguruan atau Padepokan Kembang Gunung berada di antara Gunung Pandan dak Kaki Lembah Ijo. Sekar Wangi memiliki berbagai macam ilmu kesaktian. Ia gemar mengolah ilmu dan menjadikan sasaran uji cobanya adalah masyarakat yang ditemuinya. Sekar Wangi adalah tokoh yang ditakuti karena ia sangat berani dan tega membunuh lawannya dengan bengis
Sedang Nyi Selasih adalah pimpinan dari gerombolan itu. Ia merupakan tokoh yang luar biasa ganasnya. Dia sangat suka pada benda benda sakti selain memiliki daya kanoragan yang tinggi
"Ada apa Nyi Selasih mengumpulkan kami di sini?" tanya Ki Lowo Abang.
"Lowo Abang, Ki Banas dan Sekar Wangi. Ketahuilah bahwa Tombak Ageng Mataram telah hilang dari Gedung Pusaka. Dan kita tahu bahwa tombak itu sangat sakti dan menjadi simbul Kekuasaan," ujar Nyi Selasih
"Ha... ha... ha... Aku sudah menduga hal itu. Sebab hingga saat ini banyak dari golongan putih sedang berkelana. Tentu karena ia ingin mendapatkan Pusaka tersebut,Hahah...haha," ujar Ki Banas
" Benar, Banas. Dan kita juga tahu... Kalau aksi Nyi Selasih sudah memulai mengobrak Abrik di mana Empu empu Mataram... haha ..ha..ha..." tambah Lowo Abang
"Diam kalian semua!" ujar Sekar Wangi sambil menunjuk pada Lowo Abang dan Ki Banas.
"Biarkan dulu Nyi Selasih menyampaikan wartanya," ujar Nyi Sekar Wangi.
"Sekar Wangi. Kalau kau mau tahu di mana Tombak Mataram kini, jangan kau tanya Selasih. Sebab kalau dia tahu, dia tidak marah di Plongko Sari, haha .. ha... ha," tegas Lowo Abang
"Benar Sekar Wangi. Namun ada kisah yang apik untuk kita bicarakan. Yaitu, seorang tua Aki Plongko Sari kini berada di bawah kekuasaan Macan Gembong," ujar Nyi Selasih.
"Apa Macan Gembong, pendekar tua itu kemana perginya," tanya Sekar Wangi.
Nyi Selasih kemudian menuturkan, bahwa Macan Gembong berada di sebuah tempat kaki Gunung Wilis. Ia melakukan samadi di sana. Sedangkan Plongko Sari, menyusul Macan Gembong pada waktu yang belum lama.
Macan Gembong adalah salah satu tokoh yang disegani oleh Prabu Harjuna Raja dari Mataram. Karena Budi pekerti Macan Gembong yang Luhur juga kegemaran dalam olah tapa maka Prabu Harjuna begitu hormat padanya.
"Maka aku berkeyakinan, bahwa Tombak Mataram itu bukan hilang. Tapi di olah untuk di tambah daya dan kekuatan oleh para Empu," terang Nyi Selasih
"Lantas apa yang kita lakukan, Nyi?" tanya Sekar Wangi.
"Ya, kita harus berbuat bagaimana?" tanya Lowo Abang.
"Kita harus melihat kebenaran di mana Tombak Mataram. Benarkah Tombak itu pada Macan Gembong. Kalau benar kita segera menyusun cara untuk mendapatkan," ujar Nyi Selasih.
"Dugaanku pasti di bawa ke padepokan Macan Gembong. Sebab Macan Gembong adalah salah satu tokoh Mataram yang sangat di takuti oleh Prabu Harjuna," terang Lowo Abang.
"Apa lebih baik kita menuju di Kaki Wilis. Di mana Macan Gembong berada. Kita hancurkan padepokannya, kita rebut pusaka tersebut?!" usul Ki Banas.
"Apa itu tidak terlalu gegabah. Sebab Macan Gembong sangat sakti," ujar Sekar Wangi.
"Sebetulnya itu juga langkah baik. Dengan menghancurkan padepokannya, perkembangan golongan putih semakin berkurang. Namun Pedang Mataram kita tidak mendapatkan bila kita beramai ramai menuju lokasi Gunung Wilis," ujar Nyi Selasih.
"Lalu?!"
.... bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
anggita
like👍 untuk cerita silat lokal. semoga sukses.
2023-02-23
0
Ponorogo Hebat
Menarik
2023-02-18
0