"Begitukah Nyai. Lantas siapa sebenarnya Raja Harimau Kesambi. Dia bangsa Siluman dari mana?" tanya Nyai Selayar.
Nyai Pandan Wangi tertawa terkekeh kekeh. Ia menatap pada Sulasna.
"Sulasna kau adalah Raja Sima Semesta. Bukan harimau siluman saja yang akan tunduk padamu, tapi kau adalah Raja dari segala harimau di seluruh penjuru. Hahaha... hahaha... Maka hati hati dengan gelar ini, jaga dan tetaplah berjiwa Satriya," terang Nyai Pandan Wangi.
Sulasna hanya terbengong. Sebab dia tidak mengira akan mendapatkan Pusaka itu dan juga tidak menginginkannya.
"Selayar, aku tahu kau masih bimbang dan tidak mengira semua terjadi. Tapi ingat Selayar, Orang tuamu tirakatnya lama. Bertapa dengan mengedepankan sifat welas asih yang luar biasa. Tidak seperti Gurumu ini. Tua peyok tidak berguna, hahaha..... " kata Nyai Pandan Sari.
"Tapi aku bangga bisa punya murid kayak kamu sabarnya luar biasa.....hahahaha" lanjut Nyai Pandan Sari dengan tawanya.
"Guru, saya datang tidak untuk guru. Tapi mendapat amanah dari Ki Penjalin," ujar Nyai Selayar.
"Aku paham.... aku tahu. Tapi aku gembira wong punya cucu mendapatkan Pusaka Putut Jangkung kok gak boleh gembira... Begitu kan Sulasna. Pendekar Tua di Macan Gembong, sejak saat ini menginginkan pusaka itu tidak pernah berhasil. Tapi untuk cucuku Sulasna.... mudah," ujar Nyai Pandan Sari.
Nyai Selayar yang sudah tahu tentang kebiasaan Nyai Selayar diam menunggu Nyai Gurunya kembali menyapanya. Namun bagi Sulasna ia jadi bingung dan tidak nyaman. Sulasna berkali kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dan hanya tersenyum melihat aksi Nyai Selayar yang kadang kocak.
"Sulasna, begini kau menghajar siluman harimau," ujar Nyai Pandan Sari sekaligus memperagakan gerakan pura pura jurusnya. Jurus jurus yang digerakkan Nyai Pandan Sari memang mirip tapi sangat aneh.
"Sudah sudah, sudah. Nanti anakku yang cantik itu marah, pada Nenek rempong peyot ini," kata Nyai Pandan Sari sambil melirik pada Nyai Selayar. Kemudian matanya masih tertuju pada Sulasna.
"Sulasna, cucuku yang bagus dhewe. Kamu masih memenuhi perintah Kakek Gurumu, Ki Penjalin untuk menemui Nenekmu ini. Jadi Kau harus menurut untuk ku kasih jurus jurus selanjutnya," ujar Nyai Pandan Sari.
"Sendiko dhawuh, Nenek Guru," ujar Sulasna.
"Saya kasih tahu, haha.... saya tidak punya ilmu sehebat mereka ... hahaha. Namun entah mereka menunjuku untuk melatihmu," ujar Nyai Pandan Sari.
"Lha yang menjadi Guru Simbok siapa, Nyai?" tanya Sulasna.
Nyai Pandan Sari kembali tertawa terkekeh.
"Saya kasih tahu, Sulasna, juga pada mu Cah Ayu, yang cantik kayak midodari di wadhahi pithi, hahahahaha... ," kata Nyai Pandan Sari.
Panggilan itu menerpa telinga Nyai Selayar. Dia jadi ingat kebiasaan Nyai Pandan Sari yang sering memanggilnya sepert itu. Saat itu dirinya sering di manja oleh Nyai Pandan Sari yang kemudian menjadi gurunya itu.
"Lima Pendekar yang berkeinginan membangun Budi pekerti disebut Warok. Lima ini punya tugas masing masing. Yang pertama adalah Kakek Gurumu, ya, Kakang Pasinggahan. Yang Sabar dan bijaksana, menjaga adanya Jurus Sewu Banyu Segoro dan ajiannya. Yang Kedua Kakek Gurumu Ki Penjalin, dia menjaga Jurus Siluman Penjalin dan Ajian Siluman Penjalin. Yang Ketiga saya, saya ini paling cantik diantara kelimanya. Sebab saya perempuan sendiri, heheheh," ujar Nyai Pandan Sari di barengi tawa kekehnya.
"Sedangkan siapa yang ke empat dan ke lima, Nyai Guru. Saya baru tahu tentang semua ini," Kata Nyai Selayar.
"Nanti pada saatnya kau akan tahu. Dan saat menuju pada Guru ke empat dan kelima, kau tidak usah ikut, Selayar. Sebab kau harus di sini, menemani Nenek bidadari ini," ujar Nyai Pandan Sari.
Nyai Selayar paham akan rahasia penjaga ilmu Warok. Pembicaraan ini pernah di dengarnya saat ia baru menikah dengan Ki Blandong. Dan yang berbicara adalah Ki Pasinggahan dan Ki Penjalin.
*****
Malam datang menjelang.... Nyai Pandan Sari memanggil Sulasna dan Nyai Selayar untuk di ajak keluar dari Goa Toya Marto. Di pinggir Sungai mereka duduk sambil membuat api unggun.
"Sulasna, sebelum dirimu menerima ilmu dariku, apakah kau sudah diberi tahu oleh Ki Penjalin apa yang harus kau persiapkan?" tanya Nyai Pandan Wangi.
Sulasna menggelengkan kepalanya.
"Hehehehe...hehehe, Kakek Gurumu itu ya hanya menyuruh saja..... hehehe," kata Nyai Pandan Sari.
"Dalam mempelajari ilmu kami, yang pertama kau siapkan adalah Puasa. Yang kedua berani jaga atau kuat melek bengi. Yang Ketiga sabar. Di Sini kau hanya mempelajari dan mendalami Jurus dan energi saja. Kalau belajar ilmu dan jurus sama dengan yang kau terima dengan Ki Pasinggahan. Maka tugasku hanya membantu menguatkan energi dan memperdalam jurus Sewu Banyu Segoro," kata Nyai Pandan Sari.
"Ndherek Dhawuh, Nenek Guru," kata Sulasna.
"Malam ini, saya belum akan menurunkan apa apa padamu. Tapi belajarlah sendiri, hehehe...hehehe...," ujar Nyai Pandan Sari sambil melempar ranting ranting kecil di sekitar api unggun.
"Cara saya belajar gimana, Nenek Guru?" tanya Sulasna.
Mendengar pertanyaan Sulasna Nyai Pandan Sari terkekeh kekeh, hingga ia bangkit dari duduknya. Nyai Selayar memberi kerdipan mata pada Sulasna agar tidak banyak tanya. Kalau banyak tanya bisa bisa dia akan setahun lebih tidak di ajarkan apa apa.
"Sendiko dhawuh, Nenek Guru," ujar Sulasna ketika sudah diberi kode oleh Simboknya.
"Besok siang, kau harus pergi ke Puncak Gunung. Di sana ada Gunung Watu Lancip. kau harus kesana," kata Nyai Pandan Sari sambil jari telunjuknya menunjuk pada sebuah Gunung.
"Sendiko dhawuh, Nenek Guru," jawab Sulasna.
"Sedang kau, Selayar, besok kau harus mencari daun sirih. Bawalah kemari," ujar Nyai Pandan Sari.
"Sendiko, Nyai Guru," ujar Nyai Selayar.
*****
Di tengah dinginnya Alas Toya Marto, mereka bertiga membangun diri untuk bersemedi pada malam sepi. Semua terlelap pada angan dan harapan memohon pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Memang cara semedi yang di ajarkan Nyai Pandan Sari berbeda, dalam semedi ini tidak boleh berada pada batu, namun pada tanah atau rerumputan. Teori ini adalah membangun diri untuk ingat pada Sangkan atau asal kita. Bahwa kita adalah berasal dari tanah. Kita besar juga dari sari sari tanah dari makanan yang kita makan.
Metode ini juga metode membangun daya atau energi alam agar menyatu dengan kita. Dan ini adalah tugas dari Nyai Pandan Sari yang diterima dari Kelompok Lima Warok.
Namun cara mengajar guru yang satu dengan yang lain memang beda. Demikian yang ada pada Nyai Pandan Sari. Ia terkenal kekocakannya dan kepemilikan daya tenaga dalam yang luar biasa. Ia seolah tidak mengajarkan apa apa pada Sulasna. Tapi Sulasna mampu merasakan bahwa dengan samadi duduk pada tanah, energi alam bisa masuk pada tubuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Zay Zay
kira" kl d'film kan pasti keren nich.😁😁😁😁😁😁👍👍👍👍👍
2023-05-10
0
Kaje
woke
2023-02-15
0
ig : @tuan_angkasaa
lanjut thor, jangan lupa mampir ya
2023-02-14
1