Alas Penjalin, di sebut demikian karena di hutan tersebut di penuhi dengan tumbuhan Penjalin. Di alas tersebut memang banyak rumpun Penjalin, rumpun bambu dan kayu kayu rimba dengan ukuran besar. Nyi Selayar dan anaknya menyusuri tepi sungai kecil. Dari sungai itulah yang nanti bisa menyampai pada sebuah goa yang di pakai oleh Ki Penjalin berdiam diri
Ki Penjalin bukanlah orang yang menutup diri. Pada masa mudanya dirinya adalah seorang Satriya yang gagah perkasa, pilih tanding dan menguasai berbagai ilmu kedigdayaan. Maka dia sangat disegani oleh lawan lawannya. Entah mengapa dia justru memilih tinggal pada tempat yang jauh dari keramaian.
Ki Penjalin muda bernama Prakosa. Karena tenaga dalamnya yang hebat serta kemampuan bertandingnya yang tak tertandingi ia di sebut Kuda Prakosa. Kuda Prakosa merupakan murid dari Ki Gedhe Kemlaka yang menjadi tokoh dari golongan Putih. Ki Kemlaka kemudian bertapa mengundurkan diri dari dunia persilatan setelah ilmunya di berikan kepada putra putra muridnya. Ia menjalani pertapaan di Gunung Wilis.
Tak terasa perjalanan ibu dan anak ini telah sampai pada depan Goa yang dijadikan tempat tinggal dari Ki Penjalin. Saat Nyi Selasih menengok kanan dan kiri untuk memastikan keberadaan Goa tersebut, tiba tiba terdengar suara lembut namun seperti gema.
"Masuklah Nyi Selayar dan Sulasna. Aku telah menunggumu!" Rupanya suara itu datang dari dalam goa.
Nyi Selayar sangat hafal bahwa itu adalah suara Ki Penjalin. Maka Nyi Selayar yang berpakaian dengan serba biru itu tanpa ragu ragu lagi untuk mengajak anaknya memasuki lorong gowa.
"Gowa ini sangat aneh," batin Sulasna.
Betapa tidak aneh sebab di lorong goa bagian depan kelihatan kecil tapi makin kedalam semakin lebar. Sedangkan di dinding gowa terdapat batu batu yang bisa bercahaya dalam gelap.
Di ruang yang luas itu terdapat tiga buah batu. Dua batu membujur berukuran lebar dua pecak kaki orang dewasa dan panjangnya berkisar dua langkah. Sedang yang satu di pakai duduk Ki Penjalin agak terpisah, dengan panjang dan lebarnya berukuran sama.
"Selamat datang Nyi Selayar dan putranya, semoga sejahtera," ucap Ki Penjalin tanpa memandang pada yang baru datang.
"Selamat dan panjang umur Ki Penjalin," jawab Nyi Selayar dan Sulasna bersama sama.
Ki Penjalin berdiri, kemudian menuju pada tamunya yang baru datang. Ia mempersilahkan Nyi Selayar dan Sulasna untuk duduk menempati batu persegi sedangkan dirinya mengatur posisi duduk berhadapan pada batu persegi yang satunya.
"Rupanya Sulasna menceritakan pertemuanku dengannya padamu dan pada Ki Pasinggahan," kata Ki Penjalin memulai percakapan.
Sulasna mengangguk. Ki Penjalin tertawa lebar. Sama seperti saat Sulasna bertemu di kali pertama. Yang membedakan adalah kini rambut dari Ki Penjalin di biarkan terurai.
"Ada apa Ki Penjalin menemui putraku tanpa pesan. Ini awal kali yang mendorongku dan Bapa Pasinggahan untuk menemui Aki Penjalin. Mungkinkah ada warta menyangkut tentang keberadaan Nyi Pandan Wangi?" tanya Nyi Selayar.
Ki Penjalin tertawa lebar. Sepertinya orang tua ini tak pernah susah.
"Sudah ku ceritakan sejak dahulu. Jangan berpikir tentang Pandan Wangi. Sebab Pandan Wangi, selalu dalam keadaan Selamat dan panjang umur. Dia telah memilih jalannya di goa Toya Marta. Saya sudah lama mengintainya. Dan rupanya dia ingin mengakhiri masa tuanya di goa tersebut. Namun saya yakin bila ada yang mengancam kita, dia akan menemui kita," ujar Ki Penjalin.
"Ia, Ki. Lantas ada apa Ki Penjalin datang pada hutan Pandan menemui anakku?"
"Hahaha...haha... Nyi Selayar, para Pendekar golongan hitam di bawah komando Nyi Selasih kembali bikin onar. Ia membantai penduduk di Sekitar Kampung Plangka Sari," ujar Ki Penjalin.
"Nyi Selasih bikin ulah lagi?!" Nyi Selayar terkejut dengan perkataan Ki Penjalin.
"Kelihatannya ada yang di cari. Sebab sebelumnya dia mencari keberadaan Tombak dari Mataram sebagai senjata andalan Prabu Harjuna," lanjut Ki Penjalin.
"Apa prabu Harjuna bersekutu dengan Nyi Selasih?" tanya Nyi Selayar.
Kelihatanya tidak. Namun Tombak Mataram milik Prabu Harjuna telah hilang. Entah kemana. Dugaan Selasih Tombak itu ada pada Pertapaan Plangka Sari. Sedangkan Empu Plangka Sari sudah lama pergi dari Pertapan. Atau pindah kemana tak ada yang tahu," tegas Ki Penjalin.
"Kenapa dugaan Nyi Selasih, Tombak Mataram di Plangka Sari?"
"Plangka Sari adalah Empu Mataram," terang Ki Penjalin.
Empu Plangkasari merupakan Empu dari Kerajaan Mataram. Saat itu Mataram di bawah Kekuasaan Prabu Harjuna. Di di tugaskan menempa pusaka dan juga merawat pusaka Mataram yang mengalami kerusakan. Di sebut Empu Plangka Sari, karena Empu Mataram itu berasal di Daerah Plangka Sari.
Ki Penjalin menatap pada Sulasna. Kemudian ia menatap wajah Simboknya yaitu Nyi Selayar. Dalam hati, Ki Penjalin berkeinginan agar Sulasna bisa bergerak untuk menumpas golongan hitam yang memakai cara kurang baik dalam memuluskan niatnya.
"Nyi Selayar, lihat anakmu sudah menjadi perjaka yang gagah. Sedikit banyak dia tentu mewarisi kehebatan dari suamimu, yang bergelar Pendekar Tongkat Kembar," kata Ki Penjalin membuka percakapan tentang Sulasna.
Nyi Selayar diam. Batinnya menerawang jauh kedepan. Ia teringat suaminya Ki Papak Paringan yang di bunuh Lowo Abang. Ia teringat dendam Lowo Abang sehingga merenggut nyawa suaminya dengan cara licik. Melihat kedua suaminya dibunuh oleh Lowo Abang, dirinya sudah ingin undur dari dunia persilatan. Dan tak ingin anaknya terlibat pada dunia persilatan.
"Selayar, Hahaha, haha, saya yang tua paham akan perasaan dan pemikiran mu. Namun jangan hubungkan kematian dengan tidak mau berbakti pada negara. Kematian adalah sebuah keinginan dari Yang Maha Kuasa. Karena, kecintaan Yang Maha Kuasa pada kawulaNya. Yang Maha Kuasa menentukan kapan cinta itu di anugrah kan pada kawula," terang Ki Penjalin.
Nyi Selayar hanya diam, ia tertunduk mendengar nasehat kakak seperguruan dari guru pertamanya.
"Aku telah lama di beri tahu oleh Ki Pasinggahan persoalan itu. Kau menyimpan baju pemberian gurumu Nyi Pandan Sari. Kau melepaskan setelah kematian suamimu yang ke dua. Namun aku butuh waktu yang tepat untuk mengembalikan semua jiwa kependekaranmu. Maka aku mohon waktu pada Kakek tua Pasinggahan untuk menemuimu," ujar Ki Penjalin.
Nyi Selayar meneteskan air matanya. Ia sebenarnya masih ingin kembali berbakti pada kebaikan. Namun.....
"Nyi Selayar, aku berharap kau dan anakmu tinggal di sini beberapa waktu. Kita kembali mengolah kekuatan yang telah lama kita simpan. Kita ingin anakmu menjadi orang yang tangguh, mengabdikan hidupnya pada kebaikan," ujar Ki Penjalin.
Nyi Selayar entah sadar atau ragu, tapi ia menganggukkan kepala.
"Sulasna, besok kau berlatih untuk memanunggalkan kekuatan alam dan kekuatan daya tubuh," uajr Ki Penjalin.
"Baik Ki Guru, saya siap!' ujar Sulasna.
*****
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kaje
makasih
2023-02-11
0
Adidan Ari
Nyi Selayar thor, bukan Selasih
2023-02-11
0