Malam itu, merupakan awal dari Sulasna mendapat wejangan cara untuk mengaktifkan energi yang ada pada dirinya sendiri.
"Kau harus bisa membedakan mana kata dari nafsu dan mana kata hatimu. Nafsu adalah keinginan yang akan menyeret kita pada lumpur kenistaan. Sedangkan hati dan nurani akan membangun sebuah kebajikan. Kebajikan pada alam dunia dan keindahan kelak di alam setelah kita menghadap pada Yang Maha Agung,," terang Nyai Pandan Sari.
Sulasna mengiyakan apa kata Nyai Pandan Sari.
"Aktifnya energi yang ada pada diri kita, harus di awali dengan kita mampu mengenali diri kita sendiri. Dan yang lain hanyalah bayangan.. Sedangkan bayangan hanya memiliki satu sifat yaitu semu, bagi kita yang pernah mengenal kekuatan diri kita sendiri. Semu atau maya akan tetap kalah dengan yang nyata. Namun kelak kau bisa melepaskan bayangan pada saat kau membutuhkan," ujar Nyai Pandan Sari.
Wejangan dari Nyai Pandan Sari mengingatkan Sulasna pada Simboknya yang kadang memunculkan bayangan dalam melumpuhkan lawan. Dan saat Sulasna bertanya Simboknya hanya mengatakan, ibarat air itu sekedar percikannya.
Kini kalimat tersebut bisa ia cerna setelah mendapat keterangan dari Nyai Pandan Sari.
"Sulasna, bayangan bisa memiliki kekuatan sama denganmu, bayangan bisa menghancurkan apa saja yang kita inginkan. Tapi mereka tidak mempunyai keyakinan. Keyakinan, perintah hanya ada satu, hati. Hati yang mengontrol dan mengetahui semua," lanjut Nyai Pandan Sari.
"Kok bisa memiliki kekuatan itu bagaimana, Nenek Guru? tanya Sulasna.
"Karena bayangan yang tercipta dari nafsu. Nafsu yang akan mengolah keinginan keinginan sehingga mampu berkekuatan. Tapi semua itu tetap apa perintah hati. Soalnya kerajaan kecil pada diri kita ini, rajanya adalah hati, bukan nafsu," terang Nyai Pandan Sari.
"Nah , Sulasna, kau telah memiliki energi air, energi tanah, energi gunung yang telah aktif. Semua gunakan untuk kebaikan, Nak," ujar Nyai Selayar.
"Aku hanya ndherek dawuh Simbok," kata Sulasna.
*****
Sementara itu di tempat lain, yakni Nyai Sekar Wangi dan Nyai Selasih sedang berunding. Tempat perundingan mereka berada pada sebuah rumah padepokan yang ada di tengah hutan. Rumah itu tertata sedemikian rupa sehingga nampak keindahan. Orang menyebut tempat itu adalah tempat keramat. Gunung Ngijo begitu orang menamakan.
Kekeramatan Gunung Ngijo, memang telah tersiar lama. Siapa yang berani masuk pada Gunung Ngijo, bisa di pastikan tak bisa pulang. Tidak sedikit orang biasa yang nekat masuk pada hutan Gunung Ngijo dan tahu tahu mayatnya telah tergeletak di pinggir sungai. Kadang juga ada yang ditemukan bersandar pada pohon. Anehnya lagi, mayat mereka rata rata tanpa luka.
Sehingga orang orang pintar dan para ahli menyebutkan terjadi demikian karena adanya siluman penghuni Gunung Ngijo yang belum rela istananya di injak kaki manusia.
Tapi semua berita itu tidak berguna bagi kelompok mereka yang memiliki ilmu kadigdayan. Terbukti, kelompok dari Nyai Sekar Wangi, justru menggunakan Gunung Ngijo sebagai tempat untuk membahas hal hal yang di anggap rahasia. Berkali kali mereka mengadakan pertemuan, tepat di lembah kedua dari Gunung Ngijo.
Gunung Ngijo memiliki beberapa lembah atau gunung gunung kecil. Salah satunya adalah Lembah kedua. Di sebut Lembah kedua, karena ada lembah pertam yang tingginya hampir sama dengan ketinggian Gunung Ngijo. Selanjutnya adalah lembah kedua yang menjadi markas rahasia para golongan hitam di bawah komando Nyai Selasih dan Nyai Sekar Wangi. Sedang Lembah Ketiga agak datar dan lokasi diceritakan warga sebagai istana siluman.
Nyai Sekar Wangi dan Nyai Selasih sedang berbicara serius. Sebab pembicaraan mereka kadang hanya berbisik, seolah tak ingin di dengar makhluk lain yang ada di Lembah Kedua Gunung Ngijo.
"Nyai, apakah Ki Macan Gembong, benar benar memilik pagar ghaib yang sulit kita tembus?" tanya Nyai Sekar Wangi.
"Kalau perasaanku bukan kita tidak mampu menembus. Kita hanya enggan menembus," jawab Nyai Selasih.
Nyai Sekar Wangi menatap pada perempuan tua yang menjadi sekutunya, untuk menguasai rimba persilatan. Nyai Sekar Wangi hanya diam. Sebab ia ingat bahwa Lowo Abang dan Ki Banas telah mencoba berkali kali untuk menembus, tapi tidak berhasil.
"Sejak dulu, orang orang yang berkomplot dengan Prabu Janaka selalu memakai pagar ghaib untuk melindungi apa yang dimiliki agar aman. Dan itu terjadi pada Ki Macan Gembong dan para andahannya," terang Nyai Selasih
"Lantas bagaimana dengan rencana kita untuk mencari Tombak Mataram. Apakah kita akan menunda atau malah membatalkan?" tanya Sekar Wangi.
"Sekar Wangi, kita jangan bodoh. Kita tetap mencari dan harus memiliki Tombak Mataram. Sebab Tombak itulah yang menjadikan wangsa mereka terus berkuasa. Bila kita tidak memegang tombak tersebut, kita tidak akan mampu mengendalikan semua pendekar dari berbagai aliran," ujar Nyai Selasih.
"Lantas bagaimana rencana kita selanjutnya, Nyai?" tanya Nyai Sekar Wangi.
Nyai Selasih menatap lurus kedepan. Seolah matanya ingin mengetahui niat Nyai Sekar Wangi. Benar atau tidak dirinya dalam mencari Tombak Ageng Mataram.
"Maksudku kemari tadi adalah menyelesaikan hal itu. Kita harus bisa menguasai Tombak Mataram. Kita harus mengobrak ngabrik padepokan Macan Gembong," tegas Nyai Selasih.
"Lantas, dengan cara apa bila kita tidak bisa menembus pagar tenaga dalamnya?" tanya Nyai Sekar Wangi.
Nyai Selasih tertawa ngakak.
"Sekar Wangi, kita kembali memanfaatkan Lowo Abang. Kita suruh mereka membikin onar di wilayah Macan Gembong. Warga yang tidak jauh dari padepokan Macan Gembong kita rampok dan kita bantai. Nanti kelompok Macan Gembong pasti akan keluar. Mereka tentu akan mengamankan wilayahnya. Dan saat mereka keluar, kita bongkar pagaran Tenaga Dalamnya, Lalu kita ambil Tombak Ageng Mataram," Terang Nyai Selasih dengan tawanya. Ia bangga karena dirinya mampu membeberkan strategi yang ia anggap cemerlang.
"Lowo Abang, Ki Banas dan Ki Paneluh, bisa untuk kita kerahkan. Namun yang menjadi ganjalan saya, apakah cara itu tidak mengundang kelompok tua untuk keluar. Ki Pasinggahan misalnya, sebab lokasi wilayah Macan Gembong tidak jauh dari Ki Pasinggahan?" tanya Nyai Sekar Wangi.
"Saya telah memperhitungkan matang matang. Dan saya yakin Ki Pasinggahan tidak akan keluar. Sebab dirinya telah menjaga jasadnya untuk moksa. Maka kau jangan khawatir tentang Ki Pasinggahan," ujar Nyai Selasih.
Nyai Sekar Wangi menatap tajam pada Nyai Selasih. ia mencoba meyakini pendapat dari Nyai Selasih.
"Bagaimana, Sekar Wangi?" tanya Nyai Selasih.
"Kalau begitu, besok kita coba untuk turun. Kita runding bersama dengan Lowo Abang. Sekaligus kita antisipasi agar kelompok tua tidak keluar, kalau kita tidak ingin berurusan dengan mereka," ujar Nyai Sekar Wangi.
Nyai Selasih mengetahui keberatan Sekar Wangi. Dirinya memang berkali kali beradu dengan kelompok Ki Pasinggahan, dan tidak pernah berhasil melumpuhkan. Justru dirinya yang terluka dalam
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ig : @tuan_angkasaa
next thor
2023-02-21
0