Seorang lelaki muda berjalan tertatih tatih. Ia merasakan adanya luka memar pada badannya. Namun sekuat tenaga ia tetap menjaga jalannya agar berimbang. menguatkan dirinya agar tidak terbanting, sebab bila terjadi semacam itu tentu badan akan bertambah remuk.
Lelaki muda itu bernama Sulasna. Dengan wajah oval dan rambutnya panjang sebahu. Kadang memang di Gelung di atas namun tidak jarang di tali agar nampak rapi. Sulasna merupakan seorang lelaki yang cukup gagah, dari perawakannya dan tubuhnya kekar. Karena ia sering mencari kayu bakar di hutan yang dari hasil kerjanya itu bisa untuk mencukupi makan ibu dan dirinya.
Bapak dari Sulasna telah meninggalkannya semenjak Sulasna masih kecil. Masa itu sebetulnya bukan sengaja. Pada saat itu Ayah Sulasna yang juga sebagai blandong mencari kayu di hutan. Sebab orang orang ilmu hitam masih mengincar kelompok golongan putih. Termasuk anak murid dari Ki Ageng Pasinggahan.
Ki Ageng Pasinggahan adalah salah satu guru dari golongan putih yang cukup punya nama, karena kehebatan yang luar biasa. Ilmu dan jurus yang di ciptakanya telah banyak membikin bingung dari golongan hitam. Dan tidak sedikit murid muridnya bisa mengahbisi golongan hitam, termasuk ayah dari Sulasna. Sebelum nya Ayah Sulasna adalah Pendekar yang pilih tanding. Gelarnya adalah Pendekar Tongkat Kembar
Di beri gelar Pendekar Tongkat Kembar, karena dua tangannya bisa memainkan tongkat sekaligus. Tongkat itu bukan sembarang tongkat, tapi Tongkat yang didapatkan dari Pendekar Papak Paringan. Pendekar Papak merupakan tokoh persilatan yang memiliki kehebatan luar biasa. Jurus tongkatnya begitu mumpuni dan tak jarang bila bertarung membingungkan lawannya. Sebab dengan jurus bayangan seribu di padu dengan tongkat kembar bisa mengobrak ngabrik lawan dalam sekejap.
Papak Paringan memiliki istri yang bernama Nyai Selayar. Nyai Selayar merupakan adik seperguruan dari dari Ayah Sulasna. Nyai Selayar adalah Ibu Sulasna.
Ceritanya, pada saat pertarungan pada Bukit Sepayung antara golongan hitam dan golongan putih terjadi. Sebab mereka memperebutkan Pedang Angin Suci di bukit Sepayung. Pedang itu konon di buat seorang Empu Yang Sakti. Dan diberikan pada Ki Ageng Pasinggahan. Rupanya Ki Ageng Pasinggahan menyembunyikan Pedang tersebut pada sebuah bukit, yakni di Bukit Sepayung, agar tak ada yang bisa menemukan Pedang itu, Ki Ageng Pasinggahan memagarinya dengan rajah air. Sedang yang dapat menemukan adalah yang bisa membuka rajah air. Tentu saja dia adalah murid murid dari Ki Ageng Pasinggahan.
Ki Ageng Pasinggahan memberi kunci cara menembus rajah tersebut pada Nyi Selayar. Lalu memberi tahu letak dari pedang tersebut, dan bila ingin mengambilnya dipersilahkan. Maka Nyai Selayar bersama suaminya Ki Papak Paringan mengambil Pedang itu.
Tapi ketika dalam perjalanan Pulang ia di cegat oleh Ki Banas salah satu tokoh golongan hitam yang mendengar keberadaan Pedang Angin Suci. Rupanya Ki Banas tidak sendiri, ia bersama empat pendekar begundalnya. Yaitu Arga sumirat atau bergelar Pedang Api, Si Bajil dan Ki Paneluh.
Pertarungan dual lawan satu terjadi Nyi Selayar mampu merobohkan Ki Paneluh dan Arga Sumirat. Dan di Sepayung juga Nyi Selayar mampu menyaksikan kehebatan Pedan Angin Suci. Sebab Pedang Api yang di miliki Arga Sumirat terpatahkan melawan Angin Suci. Sehingga Arga Sumirat dan Bajil dan Paneluh harus berlari dengan luka luka parah di tubuhnya.
Lantas Nyi Swlayar membantu suaminya Ki Papak Paringan. Ki Papak mengeluarkan Jurus Bayangan Seribu dan Tongkat Kembar. Sedang Nyi Selayar berjaga dengan jurus Sewu banyu. Karena ia tahu jurus andalan Ki Banas adalah Samudra Geni yang bila dikerahkan akan membakar lawannya secepat kilat. Sedangkan yang mampu mengatasi api adalah air.
Memang Ki Banas tidak lawan bila menghadapi kedua Pendekar tersebut, namun tiba tiba datanglah Kelelawar berjumlah ribuan menyerang kedua Pendekar tersebut.
"Rupanya Ki Lowo Abang ada di sini," batin Ki Ageng Papak Paringan.
Belum selesai Ki Ageng Papak Paringan membatin, tiba tiba petir menyambar dada Ki Papak Paringan yang telah buyar konsentrasinya karena ada kelelawar yang merupakan senjata dari Ki Lowo Abang.
"Bajingan Lowo Abang, kau melukai suamiku,"gertak Nyi Selayar.
"Tidak hanya melukai, Nyi. Namun sebentar lagi suamimu akan mati. Karena racun kelelawar yang ada padanya telah merayap pada tubuhnya. Hahahahaha hahaha... hahaha," Kata Lowo Abang menyombongkan dirinya.
Nyi Selayar antara dendam dan Amarah yang menyatu, ia menyeran kedua Pendekar golongan hitam tersebut. Nyi Selayar Terdesak, karena kesulitan menghadapi Jurus Ki Banas Samudro Geni dan Jurus Lowo Abang.
Melihat Nyi Selayar terdesak, Ki Lowo Abang mengeluarkan pasukan kelelawarnya, Nyi Selayar Mundur tiga langkah. Ia memasang kuda kuda, lalu diambilnya Pedang Angin Suci. Kelelawar dari Ki Lowo Abang berjatuhan satu persatu. Sebab Pedang Angin Suci tak nampak pada penglihatan lawan, sehingga Ki Lowo Abang sulit untuk mengendalikan kelelawarnya.
Melihat keampuhan Pedang Angin Suci, Ki Banas menyerang dengan Jurus Samudra Geni. Semula Hawa Panas keluar pada tempat tersebut, lalu api membara menyerang Nyi Selayar. Nyi Selayar yang memainkan Pedang Angin Suci melihat serangan tersebut , ia gunakan jurus Sewu Banyu.
"Glak... Gliar," Jurus Samudra Geni tidak kuasa menyerang Jurus Sewu Banyu dan Pedang Angin Suci. Dan saat itu juga kedua tokoh hitam itu harus meninggalkan tempat tersebut.
Tapi bagi Ayah Sulasna yang melihat dari kejauhan beda lagi. Dendam terlanjur menyulutnya. Sebab siapa tega melihat adik seperguruannya menahan luka dari suaminya. Ia melemparkan mustika singa, sebuah senjata rahasianya.
"Duk, Duk, .... pyar," Mustiko singo dilempar tepat mengenai lengan Lowo Abang, sebelah kanan.
"Keparat, Putra Pasinggahan!" teriak Lowo Abang, sambil pergi menahan luka.
"Tidak berhenti di sini! Awas tunggu pembalasanku!" ujar Lowo Abang meninggalkan lokasi Bukit Sepayung, yang kemudian di kejar oleh Ki Banas
Nyi Selayar, menubruk suaminya yang terluka parah. Ia mengeluarkan energi positif untuk mengurangi luka dalam pada suaminya. Melihat yang begitu, Ayah Sulasna tidak tega, ia mengeluarkan energinya juga untuk membantu Nyi Selayar.
"Diajeng, ayo kita bawa pada rumah Gedhe Sepayung. Sebab bila tidak kita rawat luka suamimu tambah parah," ujar Ayah Sulasna.
"Kakang, Kakang, .... panas sekali di dadaku Kakang," ungkap Ki Papak Paringan.
"Bertahanlah, Di," kata Ayah Sulasna sambil membopong Ki Papak Paringan.
"Sepertinya saya sudah tidak kuat, Kakang," kata Ki Papak Paringan.
"Kamu harus kuat, Kang, harus bertahan. Tugas kita masih banyak," ungkap Nyi Selayar sambil menangis.
Kakak beradik seperguruan itu terus berjalan menyusuri lembah Sepayung menuju rumah Ki Gedhe Sepayung. Memang menuju rumah Ki Ageng Sepayung membutuhkan waktu semalam, dari lokasi tersebut. Karena terdesak keadaan maka Ayah Sulasna menyuruh Nyi Selayar berada di belakang Punggungnya. Ia mengeluarkan Ajian Sepi Anginnya, dan dalam sekejap sampailah ia di rumah Ki Gedhe Sepayung
Namun alangkah terkejutnya mereka, sebab rumah Ki Gedhe Sepayung telah porak poranda. Dan Gedhe Sepayung telah tidak ada di lokasinya. Tinggal sebuah Kitab yang ada di situ.
Nyi Selayar menjelajahi rumah Ki Gedhe Sepayung. Ia menemukan sebuah patrem dengan darah kering. Patrem tersebut bergambar bunga anggrek.
"Rupanya Nyi Sutasih telah membunuh Ki Gedhe Sepayung," batin Nyi Selayar.
"Ada apa Diajeng?" tanya ayah Sulasna.
"Ini Kakang," ungkap Nyi Selayar menunjukkan patrem dengan darah yang kering.
"Nyi Selasih???!!" ucap Ayah Sulasna pelan.
Mereka kemudian bersama menuju rumah Gurunya, Ki Ageng Pasinggahan.
****
Ki Ageng Pasinggahan melihat muridnya membopong Ki Papak Paringan, mengerti bahwa mereka telah melawan golongan hitam. Ki Ageng Pasinggahan kemudian mengeluarkan jurus dan energi negatif untuk menyembuhkan luka suami dari muridnya tersebut.
Tiga hari, dalam perawatan, rupanya tidak mampu menahan jalannya racun kelelawar dari Lowo Abang. Dan Akhirnya Ki Papak Paringan meninggal dunia.
Sebelum meninggal dunia, Papak Paringan memberikan Tongkat Kembar pada Ayah Sulasna dan menitipkan Nyi Selayar pada Ayah Sulasna.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Anonymous
top
2023-02-12
0
Adidan Ari
Ceritanya cukup oke, beda dari yg lainndan jarang-jarang ada novel silat kyk gini di noveltoon. Tapi tolong kyk patrem, ajian, itu dijelasin di bagian akhir, gk semua orang paham, contohnya saya.
Trus pertarungannya bisa dibuat detail lagi bang, setiap gerakan senjata, kemana menghindarnya, melompat, menubruk. biar lebih mantep.
Sama cover dan sinopsis bisa diperbagus lagi bang, biar orang lebih tertarik baca.
Samangat bang💪😉
2023-02-11
1