Keempat Pendekar di bawah komando Nyai Selasih itu berjalan dengan cepat menyusuri pinggiran sungai. Keempatnya seolah memburu sesuatu, sehingga perjalanannya harus di tambah kecepatan.
Tak lebih dari sepuluh langkah mereka dalam menambah kecepatan perjalanan, dikejutkan adanya tawa yang menggelagar di angkasa. Keempat Pendekar itu menengok kelangit, mencari arah sumber suara. Sedangkan suara yang dicarinya seolah hanya berputar membentuk lingkaran disekitarnya.
"Mau kemana Selasih?" tanya suara di angkasa.
Belum sempat mereka berfikir tentang siapa yang bersuara tiba tiba dihadapannya berdiri seorang Kakek tua dengan pakaian serba hitam. Spontan ketiga Pendekar di samping Nyai Selasih mengeluarkan pedang dari sarungnya.
"Sudah lama tak bertemu, rupanya kalian lupa dengan suara tuaku ini!" ujar orang tua berpakaian serba hitam itu dengan tetap tertawa.
"Rupanya engkau wahai orang tua, hehehe...hehe," Nyi Selasih berkata di campur dengan tawanya.
"Sudah tahu... masih bertanya. Kalian semua mau kemana, Selasih, Sekar Wangi, Lowo Abang dan kau Ki Banas?!" tanya Ki Penjalin.
"Bukan urusanmu kami mau kemana!"jawab Lowo Abang.
"Tetap menjadi urusanku, karena engkau melewati wilayah ku," ujar Ki Penjalin.
"Jangan Sombong kau, Kakek Tua!!!" bentak Sekar Wangi sambil mengarahkan pedang pada Ki Penjalin.
"Sejak dulu aku lihat siapa jalan ini di pakai siapa saja. Kalau ini kekuasaanmu, sejak kapan kau buat jalan ini?" lanjut Sekar Wangi geram.
"Sekar Wangi, kau sejak dulu banyak sesumbar. Tapi tenagamu kayak ranting kering... hahaha," ujar Ki Penjalin.
"Bedebah kau Kaki Tua, Hiaaat!!! " teriak Sekar Wangi sambil mau menyerang Ki Penjalin. Namun gerakannya tertahan karena Nyai Selasih tangannya menghadang Nyai Sekar Wangi.
"Tahan emosimu, Sekar Wangi," ujar Nyi Selasih.
"Hahaha... Rupanya Nyai Selasih tidak ingin kalau kau mati konyol di tempat ini, Sekar Wangi," ejek Ki Penjalin yang menambah emosinya Sekar Wangi.
"Ki Penjalin, rupanya kau selalu memancing gara gara, jangan salahkan aku, bila terpaksa pedangku merobek perutmu!" gertak Lowo Abang.
"Lowo Abang !!! Pendekar yang gagah pilih tanding. Apa maumu!!!" gertak Ki Penjalin.
Lowo Abang yang sudah geregetan melihat Ki Penjalin tiba tiba salto dan menyerang Ki Penjalin. Ki Penjalin yang sudah hafal dengan gerakan Lowo Abang mudah saja menghindari serangan lawannya. Sehingga pukulan dan tendangan Lowo Abang hanya mengenai tempat kosong.
Lowo Abang yang sudah geregetan itu bertambah emosinya. Ia menyerang berantai kanan dan kiri. Pukulan dipadukan dengan tendangan. Namun Ki Penjalin tetap saja bisa menghindari serangannya.
Melihat serangan serangannya mengenai angin belaka, Lowo Abang mengeluarkan Jurus Kelelawar Bajra. Ia mengambil posisi kuda kuda sejajar. Kedua tangannya memukul kedepan duakali, kemudian diputar di depan dadanya. Lalu dipukulkan kembali kedepan. Dan terciptalah ribuan wujud kelelawar menyerang Ki Penjalin.
Ki Penjalin tidak mundur. Ia berdiri tegap. Telapak tangan kanannya ia gerakkan ke kanan dan kekiri. Ini adalah gerakan awal jurus Perisai Bayu. Dan seolah tak mengeluarkan tenaga sedikitpun, tapi satu persatu kelelawar ciptaan Ki Lowo Abang itu terjatuh.
"Semakin halus jurus jurus Ki Penjalin. Ia mampu mengelabuhi lawan dengan membuang hawa tenaga dalamnya. Sehingga musuh sulit mendeteksi," ujar batin Nyai Selasih.
"Jurus belum lulus di pamerkan saya, besok lagi kalau bikin jurus yang pakai kelelawar cari yang warna abang. Jadi sesuai dengan namamu. Pendekar bodoh!!! Hahahaha," ejek Ki Penjalin.
Melihat keadaan Lowo Abang yang masih diam seribu bahasa, mendengar ejekan dari Ki Penjalin, Banas menyerang Ki Penjalin secara diam diam dari belakang. Pedangnya ia keluarkan dari sarungnya dan langsung diarahkan pada punggung Ki Penjalin. Sedangkan yang hendak di tusuk hanya diam saja, seolah tidak mengerti akan bahaya. Setelah dekat jarak kurang satu pecak, secepat kilat Ki Penjalin menyapu kaki Banas.
"Westttttth," Banas yang tidak menduga akan sapuan orang tua itu terjungkal meringis kesakitan.
"Pendekar anyaran. Beraninya hanya dari belakang. hahahaha... Beraninya hanya dengan Si..t saja," ujar Ki Penjalin.
Banas mencoba untuk bangkit. Belum usai dari sakitnya Banas, Lowo Ini menyerang pada Ki Penjalin. Ki Penjalin tidak beralih dari posisi berdirinya. Sabetan sabetan pedang hanya di hindarinya.
Pedang hanya mengenai samping kanan dan samping kiri Ki Penjalin. Tanpa di duga Ki Banas Yang telah bangkit membantu menyerang dari belakang. Ki Penjalin berputar di angkasa, sehingga pedang Ki Banas bertabrakan dengan Pedang Lowo Abang.
"Thing....thing..." , kedua Pendekar dari golongan hitam itu terbengong.
"Lowo Abang katanya sahabat dari Ki Banas. Kok malah saling berkelahi. Rebutan istri, ya... atau rebutan warisan. Haaaaa.... haha... ha..." ujar Ki Penjalin menghina keduanya.
Banas dan Lowo Abang bersiap mengeluarkan Ajian secara bersama untuk menyerang Ki Penjalin. Kakinya memasang kuda kuda. Tangannya direntangkan ke samping lalu menyembah. Ini adalah ajian Lebur Gunung. Tapi bagi Ki Penjalin yang telah tuwuk dengan olah tapa dan ilmu beladiri melihat mereka mengeluarkan Ajian itu, hanya tersenyum. Ketika pukulan Lebur Gunung di arahkan pada Ki Penjalin, dirinya sudah tidak ada.
"Brussssshhj," Ajian Lebur Gunung yang dahsyat itu mengenai duan pohon besar, dan tumbang seketika.
Namun hal yang tidak di duga dari Banas dan Lowo Abang, Ki Penjalin sudah berada di belakang dua Pendekar yang menyerang.
"Lumayan, juga Pukulan kamu. Tapi belum sempurna. Kalau aku gurumu, aku malu punya murid yang ajiannya tidak berguna, hahahaha....", ujar Ki Penjalin.
Mendengar suara Ki Penjalin, kedua Pendekar dari golongan hitam itu menengok kebelakang. Saat itu juga Ki Penjalin sudah lenyap, entah kemana. Tinggal tawanya, yang ada di angkasa.
"Hai ... Penjalin keluar, kau?! Jangan kayak anak keci main petak umpet!!!!" tantang Banas.
Belum lama sumbar Ki Banas, Ki Penjalin sudah bersila di batu yang tak jauh dari lokasi Banas.
"Jurus Siluman Penjalin..." gumam Nyai Selasih, yang sejak tadi hanya menyaksikan pertarungan tersebut.
"Jurus Siluman Penjalin, itu jurus apa, Nyai?" tanya Sekar Wangi.
"Jurus ciptaan Ki Penjalin. Jarang orang mampu menghadapi jurusnya. Ajak Banas dan Lowo Abang, kita pergi meninggalkan tempat ini," ujar Nyi Selasih.
"Wustttttt," Nyi Selasih pergi meninggalkan tempat itu.
Tak lama Nyai Sekar Wangi, menginjakkan kakinya ke bumi dan, "Weshhhh," angin gelap membawanya menghilang.
Tentu kepergian Nyai Sekar Wangi setelah ia memberikan kode pada kedua Pendekar yang menghadapi Ki Penjalin.
Tak lama setelah kedua wanita dedengkot ilmu hitam itu pergi, di susul satu persatu lawan Ki penjalin meninggalkannya.
Ki Penjalin melihat lawannya, pergi semua, ia mengibas ngibaskan tangannya membersihkan bajunya.
Tak lama setelah itu, kedua muridnya datang bersamaan.
"Kalian datang terlambat. Keempat Pendekar Kelinci itu hilang," ujar Ki Penjalin.
"Siapa Pendekar Kelinci itu, Kakek?" tanya Sulasna.
"Kakek, terlalu cepat larinya ..." ujar Nyai Selayar.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
putri
untuk kata kata nya harus di baca ulang thor dan harus teliti dalam menulis kalimat karena ada banyak kalimat yang kata nya harus di perbaiki
2023-02-11
0
Kaje
terima kasih banyak. saya mohon di koreksi bila ada yang harus saya benahi...
saya juga akan coba baca karya kamu, Kak.
2023-02-11
0