Udara malam terasa dingin bagi mereka yang ada di tapal batas hutan. Bahkan mereka tentu memilih tidur dengan selimut tebal atau memakai perapian untuk menghantarkan tidur.
Namun semua itu tidak berlaku bagi mereka yang berada dalam rumah kecil dengan tampilan sederhana. Yaitu rumah dari Ki Ageng Pasinggahan. Rumah berbentuk Sinom dengan bangunan yang di depan di biarkan tanpa dinding. Sebab di tempat tersebut memang dibuat khusus untuk membahas hal hal tertentu bagi Ki Pasinggahan dan para warga pedukuhan. selain itu murid murid dari Ki Pasinggahan yang telah menyebar ke pelbagai wilayahnya.
Namun pada malam ini, ia menemui muridnya yakni Nyi Selayar dan anaknya yang bernama Sulasna.
"Ada apa Sulasna. Sepertinya ada hal yang ingin kau sampaikan," ujar Ki Pasinggahan.
Sulasna hanya tertunduk, Nyi Selayar duduk dengan bersimpuh, ia menatap pada Sulasna.
'Sulasna, ada apa Ngger? Sampaikan saja, siapa tahu Simbok dan Kakek Guru bisa membantu," ungkap Nyi Selayar.
Sulasna kemudian menceritakan, tentang pertemuannya dengan Kakek dari Alas Penjalin. Ia ceritakan dari awal hingga akhir pertemuan.
"Dia bilang Aji Bandung gak sempurna, demikian juga Aji Sewu Banyu," jelas Sulasna.
Mendengar cerita dari Sulasna, Ki Pasinggahan dan Nyi Selayar saling berpandangan.
"Ki Penjalin, ada apa ia sampai keluar dari sarangnya?" Nyi Selayar bergumam seolah di tujukan pada dirinya sendiri.
Mendengar gumam itu Sulasna bisa menebak bahwa Simboknya mengenali laki laki tua tersebut. Ia ingin menanyakan hal itu. Namun belum sempat dirinya berucap, Kakek Gurunya telah berkata,"Sulasna, benar apa yang diucapkan Ki Penjalin. Semua kekuatanmu tidak mampu menandingi Kakek Penjalin yang telah matang dalam menguasai aji maupun jurusmu. Namun bila usiamu sama dengan Ki Penjalin, kau akan lebih sempurna."
"Yang menjadi pertanyaan bagi saya siap Kakek itu. Dia mengenal Kakek Guru. Mengenal adik dari Kakek Guru dan mengenali Simbok," ujar Sulasna.
"Dia adalah Saudara tunggal guru dari Ny Pandan Sari. Dia di kenal dengan sebutan Siluman Penjalin. Karena dia ada di mana mana. Namun para pendekar jahat tidak mengerti keberadaannya," ujar Simbok nya.
"He...he...he, kedatangan di alas Pandan Wangi menemuimu, karena ia rindu padamu. Pada cucunya. Dia Kakekmu, karena di Kakak dari Nyi Pandan Wangi," ujar Ki Pasinggahan.
Sulasna menganggukkan kepalanya sebagai tanda faham akan penjelasan Ki Pasinggahan dan Nyi Selayar
"Dia cerita apa padamu, Nak?" tanya Nyi Selayar
"Tidak Mbok, Kakek itu tidak cerita. Cuma yang saya ingat, yang menguasai Ajian Sewu Banyu cuma Kakek dan Nyi Pandan Sari," kata Sulasna.
"Selain itu bila saya ingin menemuinya, saya harus masuk alas Penjalin," terang Sulasna kemudian.
Ketiga orang itu ngobrol sampai larut malam. Akhirnya Sulasna menjadi paham, bahwa Kakek Penjalin memiliki ilmu halimun. Ilmu yang mampu membuat musuh tidak bisa melihatnya. Selain itu banyak jurus yang di milikinya.
Kakek Penjalin bisa berada di Alas Penjalin, karena dia memang ingin menenangkan dirinya. Dan sebelum ia menempati Alas Penjalin dia lebih dulu menaklukkan siluman yang menjelma menjadi singa, harimau maupun ular besar. Karena kemampuan menguasai para asiluman maka ia di beri gelar Siluman Penjalin. Selain itu dia bisa muncul dengan tiba tiba dan bisa pergi dengan semaunya, itulah yang menguatkan gelar Siluman Penjalin.
*****
Pagi tiba dengan di tandai adanya suara Kokok ayam. Semburat merah telah nampak. Sulasna bangun dari peraduannya. Ia kemudian berlari menuju belakang padepokan. Di situlah ia berlatih jurus jurus yang diberikan Simboknya atau Ki Pasinggahan.
Pagi ini ia ingin melatih dirinya dengan jurus jurus yang baru di latihan Simbok. Maka ia mengolah tendangan, sapuan maupun tendangan putar. Kadang ia pasukan dengan tendangan dan pukulan. Semua gerakan itu adalah gerakan menyerang dengan kuda kuda berdiri.
Saat Sulasna berlatih kombinasi dua tendangan depan yang dipadukan dengan pukulan dan sikutan, tiba tiba berkelbat bayangan, lantas ....
"Gliar, gelar......prak..."
Secepat kilat bayangan itu memukul batu dan pecah. Ternyata bayangan tadi adalah Nyi Selayar, Simboknya sendiri.
"Wah ... Simbok hebat!!!" ungkap Sulasna.
Sementara Nyi Selayar hanya tersenyum.
Nyi Selayar dengan cepat tubuhnya berputar meninggi, tahu tahu ia sudah ada di puncak batu besar yang tidak jauh dari tempat Sulasna berdiri. Paling hanya berjarak tiga tombak. Sulasna mengingat gerakan itu pernah di lihatnya.
"Gerakan itu seperti gerakannya Kakek Penjalin," batinya.
Kemudian kaki kanan Nyi Selayar, di injakkan pada sebuah batu. Dari dalam batu itu keluar sebuah kayu bulat sebesar tiga kali ibubjari tangan orang dewasa. Dengan cepat pula Nyi Selayar sudah sampai di hadapan Sulasna.
"Pakai ini, ayo berlatih jurus tongkat," ujar Simbok Sulasna atau NyinSelayar.
Nyi Selayar kemudian mengajarkan pada anaknya jurus yang berupa gerakan menyerang, menangkis dan menghindar. yang semua di kombinasi dengan tongkat yang tingginya tidak lebih dari dua lengan orang dewasa.
Sulasna nafasnya telah nampak ngos-ngosan. Sebab pagi ini dirinya berlatih agak lama. hampir dua kali dari biasanya
"Istirahat dulu. Setelah hilang lelah dan sarapan nanti kita ke alas Penjalin.. Kakekmu menyuruh kita menemui Kakek Penjalin," ujar Nyi Selayar.
"Ia, Mbok," jawab Sulasna.
*****
Matahari belum sepenggalah, Sulasna dan Nyi Selayar berpamitan pada Ki Pasinggahan untuk berangkat menemui Kakek Penjalin.
Perjalanan menuju Alas Penjalin memang agak jauh. Kalau jalan biasa memakan waktu tiga hari. Karena harus Melawati hutan Pandan dan menyeberangi sungai. itu saja masih harus menerobos satu hutan lagi yang lebat.
Maka Nyi Selayar dan Sulasna membawa bekal beberapa makanan yang bisa di makan dalam perjalanan.
Di ceritakan : Bahwa di balik Alas Pandan Wangi ada sebuah hutan lebat. Hutan tersebut orang menyebut alas Walingi. Alas Walingi memang sangat angker. Konon selain menjadi tempatnya hewan buas dan para siluman di Alas Walingi sebagai markas para rampok. Maka alas walingi tak ada yang berani mengambah selain mereka memiliki kemampuan dalam ilmu beladiri.
Tetapi karena telah menjadi ketekatan maka mereka berdua tetap melalui jalur tersebut. Sebab tak ada jalur lain untuk mencapai alas menjalin.
Belum genap delapan tombak mereka memasuki Alas Walingi, tiba tiba dari samping kanan, seekor harimau besar menyergapnya. Sebagai seorang pendekar yang telah berpengalaman, Nyi Selayar mengangkat Sulasna, agar bisa menghindari terkaman harimau yang nampak buas. Harimau itu menerkam pohon yang ada didepannya.
"Brugh.... kratak........ brush...."
Pohon tersebut roboh kena terkaman harimau yang besar dan ganas. Tapi ia bangkit kembali lalu mengaum ngaum kesakitan. Nyi Selayar dengan tenang menggandeng anaknya Sulasna menyaksikan dari tempat berdirinya.
Nyi Selayar mengambil batu yang tak jauh dari dekatnya. Lantas ia lemparkan baru yang sebesar genggaman orang dewasa itu dilemparkan pada arah belakang dari harimau
Harimau besar itu menoleh kearah suara lemparan batu dari Nyi Selayar. Melihat yang begitu, Nyi Selayar membuang auranya ke arah jauh dari lemparan. Harimau tersebut mengikuti arah aura yang di lempar oleh Nyi Selayar.
"Ayo kita melanjutkan perjalanan, Nak," ajak Nyi Sulasna pada anaknya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ponorogo Hebat
top
2023-02-17
0