19. Perpisahan

Zara sudah kembali lagi ke sekolahnya setelah magangnya di perusahaan suaminya berakhir. Sekolah itu akan mengadakan perpisahan di tempat yang cukup jauh yaitu pantai Florida.

Para siswa itu antusias menyambut ide cemerlang dari pihak sekolah untuk melaksanakan perpisahan mereka di sana.

Jika teman-temannya begitu semangat dengan kabar gembira itu, lain halnya dengan Zara yang terlihat cemas karena saat ini, ketenangannya masih terancam oleh orang-orang suruhan Nathan yang bisa jadi akan menghabisinya atau menculiknya.

Titan menjemput sendiri istrinya karena ia tidak akan tenang jika menyuruh orang lain untuk mengawasi istrinya itu.

Titan turun dari mobilnya untuk membuka pintu mobil ketika melihat Zara sudah melambaikan tangannya dari kejauhan.

Zara segera berlari menghampiri suaminya lalu mengecup bibir Titan membuat teman-teman sekolahnya tercengang.

"Bukankah itu master yang pernah ke sekolah kita? Ada hubungan apa antara Zara dengan master itu?" Tanya salah satu dari teman kelasnya Zara.

"Bukankah Zara magang di perusahaannya Master itu? Itu berarti keduanya terlibat cinta lokasi." Timpal yang lain.

"Ternyata sikap Zara itu tidak jauh-jauh dengan ibunya yang hanya menjadi simpanan pejabat. Mungkin dia juga menjadi simpanan master itu " Imbuh yang lainnya.

Mobil mewah itu sudah meninggalkan tempat parkir sekolah milik Zara. Titan menggenggam tangan istrinya sambil menanyakan kabar Zara selama disekolah.

"Apa kabarmu baby...? Apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya Titan saat melihat Zara hanya terlihat diam saja sejak masuk ke mobil.

"Perpisahan sekolah akan dirayakan di Florida." Ucap Zara terlihat murung.

"Itu sangat menyenangkan. Lantas apa yang kamu cemaskan?" Tanya Titan.

"Aku takut orang-orang suruhan Nathan akan datang menganggu ku." Balas Zara.

"Mereka tidak akan menyakitimu karena aku akan selalu bersamamu. Aku akan mendampingimu." Ucap Titan membuat Zara tersenyum.

"Apakah kamu akan mengawasi aku tanpa terlihat oleh orang lain?"

"Iya sayang. Ke manapun kamu pergi aku selalu ada di sampingmu tanpa orang lain tahu."

"Syukurlah. Dari tadi aku hanya memikirkan bagaimana caranya aku bisa ikut kalau setiap saat nyawaku rasanya terus terancam." Ucap Zara semangat lagi.

"Kapan akan dilaksanakan?"

"Minggu depan."

"Kalau begitu, kamu harus memesan kamar untuk dirimu sendiri dan jangan bergabung sama teman yang lain'."

"Memangnya kenapa kalau aku bergabung dengan teman?"

"Berarti kita tidak bisa tidur bersama."

"Kenapa bukan kamu saja yang booking kamar hotel yang sama denganku menginap dengan begitu aku bisa tidur dikamar mu saja daripada tidur bersama dengan teman-teman yang lain."

"Brilian." Puji Titan sambil mencubit pipi istrinya.

"Titan...!"

"Hmm!"

"Apakah aku nanti boleh kuliah?"

"Boleh sayang. Mau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, silahkan! Aku akan selalu mendukung itu. Tapi kalau nanti kamu keburu hamil, sebaiknya ditunda dulu kuliahnya sampai baby kita lahir ke dunia." Ucap Titan.

"Apakah kamu buru-buru ingin punya anak, Titan ?"

"Apakah kamu tidak menginginkannya?" Balas Titan.

"Aku juga menginginkannya tapi tidak dalam waktu dekat ini karena aku ingin melanjutkan pendidikan ku."

"Apa yang kamu kuatirkan Zara? Apakah kamu takut jika kita punya anak, dia akan merepotkan kamu?"

Zara terlihat diam. Rasanya ia sangat sulit menjawabnya karena saat ini ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa hidupnya tidak seperti ibunya yang selalu ditindas karena minimnya pendidikan.

"Jika ia lahir, biarkan baby sitter yang merawatnya, tidak perlu kamu yang mengurusnya dan aku bisa menggantikan posisimu." Ucap Titan terdengar kecewa.

"Apakah kamu marah, Titan ?"

"Untuk apa aku marah. Itu hakmu untuk mengenyam pendidikan. Walaupun tanpa itu aku mampu memenuhi kebutuhanmu." Ucap Titan sedikit sinis.

Zara menarik nafas panjang. Antara ingin memiliki anak atau melanjutkan kuliahnya terlebih dahulu baru memikirkan untuk memiliki momongan. Keduanya terdiam hingga tiba di mansion dan tidak ingin membahas lagi tentang anak.

...----------------...

Sebelum berangkat ke Florida, Zara sedang mengemas barang bawaannya sendiri tanpa bantuan pelayan. Titan yang terlihat masih kecewa dengan sikap istrinya membuatnya enggan menanyakan apa saja yang dibutuhkan oleh istrinya untuk perjalanannya nanti.

Zara pun tidak ambil pusing dengan diamnya Titan. Ia fokus dengan barang-barang bawaannya.

Tibalah hari keberangkatan ke Florida. Zara sudah siap dengan kopernya. Titan malah meminta Revo untuk mengantar istrinya ke bandara di mana teman-temannya sudah menunggu.

Melihat sikap Titan yang tiba-tiba berubah dingin, Zara pun enggan menanyakan lagi apakah suaminya itu mau mendampinginya atau tidak sesuai dengan janji Titan saat itu.

"Aku berangkat dulu, Titan !"

"Hmm!" Ucap Titan tanpa ingin menatap wajah istrinya.

Merasa dicuekin oleh suaminya, Zara segera angkat kaki dari kamarnya. Revo yang setia menunggu di depan mobil begitu melihat Zara langsung membuka pintu mobil untuk istri bosnya itu.

"Kenapa dia jadi merajuk seperti itu saat aku ingin menunda kehamilanku." Umpat Zara sambil memainkan ponselnya..

"Apakah non Zara dan master bertengkar?" Tanya Revo penasaran.

"Tanyakan sendiri pada bosmu itu karena aku tidak peduli dengan sikap dinginnya itu." Gerutu Zara.

"Apakah ada yang membuat master...-"

"Apakah kamu bisa diam dan cukup mengantarku saja ke bandara?" Sela Zara ketus membuat Revo langsung mengunci mulutnya.

"Sial...! Maksud hati ingin menolong, tapi malah aku yang kena semprot. Lagi pula kenapa tuan Titan tidak menjaga sendiri istrinya? Apakah dia tidak takut jika anak buahnya Nathan tiba-tiba menculik gadis ini?" Batin Revo sambil fokus mengendarai mobilnya menuju bandara.

Entah mengapa Titan berubah egois disinggung mengenai anak. Saat ini ia tidak memikirkan lagi keselamatan istrnya yang selama jadi prioritasnya.

Hatinya menjadi beku dan rasa tidak peduli datang mengusai alam pikirannya. Menikahi Zara yang merupakan perempuan egois hanya ingin mengejar impiannya demi keangkuhan dunia yang selama ini merendahkan harga dirinya.

"Cih....! Aku pikir kamu akan sangat kuatir tentang keadaanku tapi nyatanya kau tidak suka dengan mimpiku yang sangat jelas menginginkan dunia baru yang saat ini baru ingin aku jejaki.

Jika aku terus menerus dibawa kendali seorang lelaki apa bedanya aku dengan ibuku yang selamanya akan menjadi pecundang." Batin Zara saat sudah berada di dalam pesawat.

Di saat seperti ini, Zara tidak tahu mana lawan maupun kawan berada di deretan tempat duduk di pesawat yang membaur dengan penumpang lainnya.

Wajah Zara makin menegang karena ia tidak duduk dengan teman kelasnya melainkan dengan dua orang pria yang mencurigakan duduk di sampingnya.

Beruntunglah ia duduk di dekat dengan jendela pesawat, jadi matanya tetap awas mengawasi dua orang lelaki yang serentak melihat wajahnya sambil menyeringai seperti iblis.

"Titan...! Apakah mereka orang baik atau orang jahat?" Batin Zara memanggil nama suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!