Zara dan Titan menyelesaikan pekerjaan mereka pukul tujuh malam. Keduanya sudah berada di mobil dengan wajah lelah.
Revo yang sedang menyetir merasakan bahwa hubungan masternya dengan Zara masih dalam taraf pendekatan.
Sepertinya masternya belum berani mengutarakan isi hatinya pada Zara yang terlihat begitu serius menanggapi cintanya Titan.
Bagi Zara menjalin hubungan hanya sebatas ucapan akan berakhir luka. Ia butuh ikatan secara formal untuk menjadikan dirinya lebih berharga tidak peduli saat ini ia masih usia sekolah.
Zara yang terlihat kelelahan di hari pertamanya bekerja tidak sadar tertidur di mobil. Titan menangkap tubuh gadis itu yang hampir jatuh agar bersandar pada bahunya.
Revo mengulum senyumnya ketika melihat pemandangan romantis itu.
"Master...! Apakah anda mencintai nona Zara?"
"Aku sangat mencintainya Revo. Aku ingin menikahinya setelah ia lulus sekolah. Dia adalah milikku yang terlahir kembali setelah berabad-abad yang lalu." Ucap Titan dengan jawaban ambigu bagi Revo.
"Apa maksud master dengan berabad-abad yang lalu?"
"Sudahlah...! Lupakan saja karena kamu tidak akan mengerti Revo."
"Master. Bagaimana dengan tuan Nathan yang tadi ke tempat anda tapi tidak menemukan Nina Zara, apakah anda sudah menyembunyikan Zara?"
"Hmm!"'
"Syukurlah. Aku sempat kuatir jika kita menyembunyikan wanitanya dan dua akan memaksa ayahnya untuk menutup perusahaan kita." Ucap Revo kuatirkan perusahaan masternya.
"Ini bukan negara kerajaan yang semuanya diputuskan secara sepihak oleh presiden demi menyenangkan putranya." Bantah Titan dengan wajah kelam.
"Tapi master...! Apapun pendapat anda tentang keluarga istana, tidak berlaku untuk keadilan di negeri ini kalau mereka cukup berpengaruh bukan hanya di negara ini bahkan negara lain akan mendukung keputusannya walaupun terdengar tidak masuk akal." imbuh Revo.
"Berhentilah menakuti aku dengan ancaman itu. Di atas langit masih ada langit. Kekuatan manusia hanya sebatas akalnya yang sempit, tapi tidak dengan takdir yang sudah menjadi hak paten bagaimana alam ini mengatur kehidupan di bumi." Ucap Titan.
Mendengar jawaban yang sangat masuk akal dari masternya, Revi tidak lagi ingin berdebat. Mungkin cinta punya cara tersendiri untuk menemukan pemiliknya.
Tidak peduli betapa banyaknya rintangan yang akan di hadapi, keyakinan dua hati yang sudah menyatu yang akan keluar menjadi pemenangnya.
Setibanya di mansion milik Titan, pria tampan ini menggendong tubuh wanitanya dan membawanya ke kamarnya.
Lagi-lagi keluar masuknya Titan di sambut pelayannya dengan kepala tertunduk hingga mereka tidak bisa melihat wajah wanita yang saat ini sedang di gendong oleh tuannya.
Setibanya di kamar tubuh Zara di baringkan dengan hati-hati. Titan mencopot sepatu Zara lalu menyelimuti tubuh gadis itu.
Titan sendiri menanggalkan jas dan pakaian yang melekat pada tubuhnya. Iapun segera mandi membersihkan tubuhnya.
Di dalam sana, Titan memanjakan tubuhnya sambil berendam di dalam bathtub dengan segelas Vodka di tangannya.
Alunan musik instrumental mengalun merdu di dalam kamar mandi itu. Hampir satu jam Titan berendam di air hangat yang penuh dengan busa sabun mengeluarkan harum yang begitu memenangkan.
Tanpa ia sadari Zara memperhatikan wajah Titan yang begitu tampan sambil menyandarkan tubuhnya di wastafel dengan bersedekap.
Merasa ada seseorang yang berdiri di depannya, Titan perlahan membuka matanya dan melihat wajah cantik Zara yang sedang tersenyum padanya.
"Kamu sudah bangun, Zara?" Tanya Titan lalu menegakkan posisi tubuhnya.
"Aku mau pipis. Bolehkah kamu meninggalkan kamar mandi ini, Master?"
"Pipis lah..! Aku tidak akan melihatmu."
"Aku tidak bisa pipis kalau ada orang walaupun kamu tidak melihatku." Ucap Zara terlihat gelisah.
"Baiklah."
Titan langsung berdiri tanpa sadar membuat Zara spontan membalikkan badannya.
Titan hanya mengulum senyum sambil meraih handuknya.
"Berarti kamu masih perawan kalau takut melihat milikku." Batin Titan lalu melangkah keluar kamar mandi sambil bicara pada Zara.
"Setelah pipis kamu harus mandi. Sesaat lagi kita akan makan malam. Aku sudah membelikan baju untukmu dengan berbagai mode. Sekarang sudah ada di kamar ganti."
"Terimakasih Master!"
"Astaga...! Miliknya master sebesar itu....? Apakah itu lagi tegang atau masih jinak?"
Zara tersenyum geli mengingat kejadian barusan.
Iapun segera membasuh tubuhnya di air pancuran shower. Di luar sana Titan sedang bicara dengan Revo di balkon kamarnya.
"Master...! Keadaan saat ini tidak aman untuk nona Zara dan ibunya. Foto keduanya sudah terpampang di media manapun yang menyatakan keduanya di sebut orang hilang.
Polisi memeriksa setiap mobil yang melintas hanya untuk memastikan keduanya mungkin berada di mobil. Bagaimana ini Master, aku sangat takut."
"Asalkan kamu tutup mulut semuanya akan baik-baik saja. Jangan terpancing dengan emosi mereka karena saat ini mereka sedang menjebak kita. Bersikaplah wajar seakan kita tidak mengenal Zara dan Ibunya." Ucap Titan dengan tenang.
"Bagaimana kalau polisi nekat menggeledah rumah master?"
"Jangan terlalu gelisah. Percayalah padaku. Aku bisa mengatasinya tanpa membuat perusahaan kita mendapatkan dampak dari masalah ini.
Dan aku harap kamu juga tidak terlihat gugup saat mereka mendatangi mu. Kabarkan terus aku jika ada sesuatu yang mencurigakan.
"Masalahnya besok aku harus menjemput master dan nona Zara berangkat ke perusahaan. Apakah master masih merasa nyaman membawa Nina Zara ke perusahaan dan mobil kita di cegat di tengah jalan."
Tanya Revo sambil berjalan mondar-mandir di dalam kamar apartemennya.
"Tenanglah Revo ! Semuanya bisa di atur dan tolong jaga sikapmu saat kita berangkat besok ke perusahaan." Ucap Titan.
"Apakah polisi sedang mencari kami berdua?" Tanya Zara yang sudah ada di balik punggung Titan.
Deggggg...
Titan mematikan ponselnya dengan cepat mengendalikan perasaan gugupnya.
"Tidak ada masalah Zara. Tenanglah..!" Ucap Titan lalu mengajak Zara masuk ke kamar mereka.
"Ayo kita makan malam sebelum malamnya dingin."
"Apakah aku tidak boleh tahu apapun yang berhubungan aku dan ibuku?"
Zara masih penasaran karena sudah mendengar sebagian pembicaraan Titan dan Revo.
"Jika aku membicarakan tentang dirimu, apakah kamu punya solusi lain dalam kasus ini?"
"Setidaknya Aku tidak ingin memberikan masalah kepadamu ataupun Revo. Kalian tidak bersalah, aku yang salah. Aku yang telah melibatkan kalian dalam masalah ini."
"Jika dari awal kamu tahu akan berakhir seperti ini, kenapa meminta tolong kepadaku. Kenapa kamu sekalian menjadi budak nafsu bajingan itu?" Sarkas Titan.
Duaaarrr....
Zara meletakkan sendok nya lalu meneguk air. Ia tidak menyangka Titan akan berkata sinis kepadanya.
"Kenapa kamu tidak menghabiskan makanannya?"
"Aku sudah tidak berselera."
"Apakah kamu sedang merindukan kekasihmu?"
"Kenapa kamu bicara seolah-olah kamu seperti seorang kekasih yang sedang terbakar cemburu saat ini, hah?" Bentak Zara.
"Karena aku sangat mencintaimu, Zara dan kau adalah milikku...!"
Deggggg....
Wajah Zara berubah berbinar dengan hati yang berbunga-bunga karena sedang menunggu kaya ajaib itu dari Titan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments