Sepeninggalnya tuan Nathan dari ruang kerja milik Titan, Zara merasakan keanehan karena Nathan sama sekali tidak bisa melihatnya sementara ia jelas melihat adegan pertengkaran kedua lelaki itu membuat nafasnya ingin berhenti.
Ia menghampiri Titan yang sedang menenangkan emosinya yang tadi sempat meledak menghadapi sikap arogan Nathan yang tidak menghargai sedikitpun dirinya.
"Apa yang terjadi denganku? Mengapa aku tidak terlihat oleh tuan Nathan?" Tanya Zara.
"Tidak perlu tanyakan sebab akibatnya padaku. Setidaknya kamu tetap merasa aman dalam pengawasanku." Sahut Titan.
"Apa yang kau lakukan padaku sehingga aku tidak bisa terlihat olehnya?"
Zara mengulangi lagi pertanyaannya penuh penekanan.
"Kamu ingin terlihat olehnya? Apakah kamu merindukannya?" Sindir Titan terlihat cemburu.
Zara menggelengkan kepalanya. Mulutnya seakan di bungkam oleh pertanyaan Titan yang sangat menohok.
"Sumpah demi apapun, aku tidak berniat sedikitpun untuk bertemu dengan lelaki menjijikkan itu."
"Kalau begitu jangan kebanyakan tanya yang aku sendiri tidak ingin menjelaskannya kepadamu." Jawab Titan lalu kembali menatap laptopnya.
Zara duduk lagi ditempatnya dengan pikiran yang terus mencari jawaban atas pertanyaannya pada Titan.
"Apakah dia punya kekuatan sihir? Karena ini bukan kali pertama aku melihat ia melakukannya." Batin Zara sambil mengutak-atik laptop miliknya.
Sementara itu Nathan mengerahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Zara karena dia tidak ingin kehilangan gadis itu.
Titan juga penasaran dengan kehidupan Zara dengan ibunya. Ia meminta Revo mencaritahu latarbelakang kehidupan wanitanya.
Tidak butuh waktu lama bagi Revo untuk mendapatkan informasi tentang Zara dan ibunya.
Revo mengirim informasi tentang ibu dan anak itu pada bosnya melalui email. Titan tersentak membaca informasi itu sambil melirik ke arah Zara yang sibuk bekerja dengan laptopnya.
"Dasar manusia terkutuk ..! Kalian sangat menjijikkan memanfaatkan jabatan dan kekuasaan kalian menindas orang yang sangat lemah. Aku akan membuat perhitungan dengan kalian semua dan mengirim kalian ke neraka." Gumam Titan lirih.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan waktu makan siang untuk seluruh staff.
Dua orang pelayan bagian restoran membawa pesanan makan siang untuk Titan dan Zara di ruang santai di atas rooftop itu di mana terdapat meja makan dan sofa lengkap tempat tidur dan televisi.
Ruangan ukuran enam kali enam meter persegi itu berdinding kaca yang ditutupi tirai putih dengan tombol otomatis.
Setelah hidangan itu disajikan oleh pelayan, Titan bangkit dari kursinya menuju meja kerja Zara.
"Ayo Zara...! Kita makan siang!"
"Sebentar master, sedikit lagi aku selesai."
"Lima menit waktumu. Dan jangan membuat aku menunggu lama dirimu karena aku tidak suka menyantap makanan yang sudah dingin."
Ucap Titan lalu melangkah menuju ruang makannya.
Mendengar ucapan itu membuat Zara terpaksa menghentikan kegiatannya dan mengikuti langkah kaki Titan. Titan menarik kursi untuk wanitanya.
Melihat hidangan lezat itu, Zara melayani master terlebih dahulu baru untuk dirinya. Titan mengulum senyumnya karena baru pertama kali ia dilayani seorang gadis cantik.
Keduanya mulai menikmati makan siang mereka dengan tenang. Titan yang masih penasaran dengan kehidupan Zara, mulai melontarkan pertanyaan ringan dengan hati-hati agar Zara tidak tersinggung.
"Apakan kamu dan Nathan adalah pasangan kekasih?"
"Tidak. Aku bahkan tidak bermimpi untuk dekat dengan bajingan itu."
"Jika bukan kekasih mengapa dia begitu mudah mempercayaimu?"
"Karena itu permintaan ayahku untuk menjadi wanita simpanannya. Dengan begitu posisi jabatan ayahku akan aman."
"Mengapa ibumu tidak bisa melindungi mu?"
"Kami tidak berdaya. Bahkan nasib ibuku lebih menyedihkan. Ia harus melayani kebiadaban pejabat-pejabat itu secara bersamaan."
Zara mengusap air matanya. Ia menangis sesenggukan membayangi tubuh ibunya yang terlihat lelah setelah menjadi piala bergilir dari kebejatan beberapa pejabat itu.
Ia sering mendengar teriakan ibunya di kamar sebelah saat menerima penganiayaan di tempat tidur itu pada tubuhnya.
Titan bangkit memeluk Zara memenangkan gadis itu.
Menangis lah Zara agar perasaan mu lebih baik. Aku tidak akan membiarkan kalian ditindas lagi oleh dua lelaki keparat itu." Ucap Titan.
Dan lebih memalukan lagi, beberapa pejabat itu adalah ayah dari teman sekolahnya, bahkan ayah dari kekasihnya Revaldo.
Hubungan mereka putus gara-gara ayahnya Revaldo ketahuan selingkuh dengan ibunya. Padahal itu bukan keinginan nyonya Milan.
Itulah sebabnya Zara menjadi pendiam dan menarik diri dari pergaulan.
"Ternyata masa lalu terulang lagi pada ibumu, sayang. Hidup kalian tidak jauh-jauh dengan menjadi selir." Batin Titan.
"Makanlah makanan penutup mu dan kita istirahat di sini." Ucap Titan.
Titan menyalakan televisi dan merebahkan tubuhnya di sofa sambil menonton televisi.
Zara ikut duduk di sofa tunggal dan menikmati tayangan film yang cukup membuatnya tertarik.
"Kalau kamu mau tidur, tidur saja di tempat tidur Zara. Istirahat lah sebentar. Dua jam lagi kita akan kembali bekerja." Ucap Titan.
"Aku tidak mengantuk master. Aku mau menonton film itu. Kelihatannya seru."
"Apakah kamu menyukai film action, Zara?"
"Hmm."
"Apakah kamu mau mengupas jeruk itu untukku?" Pinta Titan.
"Baik Master."
Zara mengupasnya dan membersihkan jeruk itu lalu memberikannya pada Titan.
"Aku ingin disuapi, Zara." Pinta Titan manja.
Zara tersenyum pada Titan dan Titan menatap lekat senyum itu sebelum terbenam.
"Zara....! Kamu lebih terlihat sangat cantik kalau tersenyum. Jangan hilangkan anugerah itu Zara.
Senyum adalah obat hati apa lagi tertawa itu lebih baik bagimu. Aku ingin menikmati keindahan senyuman mu, Zara." Ucap Titan.
Zara mengangguk sambil menyuapi jeruk ke mulut Titan yang menerimanya dengan bahagia.
"Apakah kekasihmu tidak cemburu jika melihat kita seperti ini?"
"Aku tidak memiliki kekasih Zara."
"Apakah mereka tidak menyukaimu?"
"Aku yang tidak menyukai mereka."
"Baiklah. Aku doakan semoga ada wanita yang kamu sukai master." Ucap Zara.
"Aku sudah menyukai seseorang."
"Kalau begitu, aku harus jaga jarak denganmu."
"Untuk apa...?"
"Agar gadis itu tidak salah paham dengan dirimu."
"Apakah kamu sedang membicarakan dirimu sendiri, Zara?"
"Apa maksudmu master?"
"Karena gadis itu adalah kamu sendiri, sayang." Ucap Titan tegas.
Deggggg...
Zara memalingkan wajahnya merasa sangat gugup mendengar pengakuan Titan.
"Apakah kamu tidak menyukai aku Zara?"
Tanya Titan lalu menangkup wajah Zara menatapnya.
"Aku ...aku ...!" Zara sedikit bingung menyatakannya karena Titan hanya menyukainya, bukan mencintainya.
"Tidak apa, Zara. Aku ingin kamu selalu di sampingku. Seharian semalam bersamaku. Jangan pernah jauh dariku." Ucap Titan.
"Hmm!"
Titan mendekati wajahnya ke wajah Zara. Ia memberanikan diri mengecup bibir Zara. Zara terlihat menundukkan wajahnya seakan tak rela Titan menciumnya.
"Apakah kamu juga menginginkan aku menjadi wanita simpanan mu, Master?" Tanya Zara dengan mata berkaca-kaca.
"Zara ...! Apakah kamu merasa aku akan memperlakukanmu seperti Nathan memperlakukan dirimu ..?" Tanya Titan dengan wajah sendu.
"Jika bukan seperti itu, lantas master mau membangun hubungan kita dengan cara apa ..? Kalau hanya untuk kesenangan, aku mohon jangan lakukan itu padaku karena aku bukan pelacur....hiks ..hiks ..!"
Zara menangis pilu meratapi nasibnya yang malang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Nyonya Gunawan
Krn di dunia yg terdahulu kamu adalah istrinya zara..
2023-02-06
2