Nyonya Milan mencegah putrinya untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Titan. Ia merasakan sendiri bagaimana pengkhianatan pamannya Titan yang membuatnya sangat sakit saat itu.
Saat dia ingin mengatakan kehamilannya kepada kekasihnya Riccardo, di saat yang sama Riccardo meminta maaf padanya memutuskan hubungan mereka secara sepihak.
"Riccard...! Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu sayang." Ucap Milan sambil memegang testpack yang sudah ia siapkan di dalam kantong mantelnya.
"Bisakah aku bicara duluan, Milan?" Pinta Riccardo dengan wajah sendu lagi tertekan.
Melihat kesedihan yang sangat mendalam di mata sang kekasih membuat Milan mengurungkan niatnya untuk mengatakan kepada Riccardo tentang kabar bahagianya pada lelaki tampan itu.
"Ada apa sayang...? Apakah terjadi sesuatu yang membuat kamu sangat sedih seperti ini?" Tanya Milan merasakan kesedihan kekasihnya.
"Aku di paksa menikah dengan putri dari kerabat ayahku dan kami sudah dijodohkan dari kecil dan aku baru mengetahuinya, Milan." Ucap Riccard membuat hati Milan begitu hancur.
Ia mengeluarkan lagi tangannya dari kantong mantelnya. Ia tidak ingin Richardo menikahinya karena dia hamil dan harus menentang keluarga itu.
Ia sangat tahu bagaimana silsilah keluarga kekasihnya, jika menentang maka akan dicoret dari garis keturunan karena Richard memiliki garis keturunan bangsawan.
Rahasia dibalik istana sangat menakutkan, jika menentang keputusan kakeknya yang mengendalikan penuh keluarganya itu, maka siksaan penjara di bawah tanah akan menanti mereka. Tidak peduli anak atau cucunya maka akan dipenjara seumur hidup.
"Apakah kamu tidak mengatakan bagaimana hubungan kita selama ini pada mereka, sayang? Atau setidaknya kamu menentang perjodohan itu?" pancing Milan ingin mengetahui saja sampai di mana pejuangnya Riccard mempertahankan cinta mereka.
"Aku sudah mengatakan semuanya kepada mereka. Tapi, saat mereka mengatakan kepadaku, kamu akan tetap diterima tapi hanya menjadi seorang selir dan tidak boleh memiliki anak dariku.
Jika kamu ingin melepaskan diri dariku, kamu tidak boleh membawa apapun dari istana itu kecuali dirimu sendiri." Ucap Richard sambil menangis.
"Begitu kah...? Lantas sekarang kamu mau aku harus bagaimana?" Tanya Milan sambil menekan perasaannya yang saat ini hampir mau meledak untuk memberikan kata sumpah serapahnya pada Richard.
"Aku tidak ingin membuat kamu menderita jika aku mempertahankan kamu di sisiku Milan. Aku ingin menikah dengan lelaki lain yang akan menjadikan kamu sebagai istrinya yang diakui oleh dunia." Ucap Riccard.
"Baiklah Riccardo. Aku mengerti keadaanmu. Kalau begitu kita hanya bisa menjadi teman saja." Ucap Milan sambil tersenyum getir.
"Oh iya.. bukankah tadi kamu ingin mengatakan sesuatu kepadaku, Milan?"
"Oh itu...! lupakan saja. Tidak penting." Ujar Milan memalingkan wajahnya sambil mengusap air matanya.
"Baiklah. Aku tadi sempat berfikir kalau kamu akan mengatakan jika kamu hamil bayi kita sayang." Timpal Riccardo.
"Emangnya kamu mau menikahi ku, jika aku hamil bayi mu?"
"Aku akan membawamu keluar negeri. Kita akan hidup menjauh dari keluargaku dan aku tidak peduli sekeras apa hidup yang kita akan jalani nanti." Ucap Richard.
"Bagaimana kalau keluargamu datang mencari mu dan memisahkan kita?"
"Itu yang aku kuatirkan, bukan diriku Milan tapi lebih kepada dirimu. Mereka akan menyiksamu. Dan aku lebih baik memilih mati daripada melihatmu dilukai oleh keluargaku." Ucap Richard.
"Baiklah Riccardo. Pasti kamu sudah mempertimbangkan keputusanmu ini dengan adil tentang hubungan kita. Jadi tidak ada yang perlu aku kuatirkan besarnya cintamu kepadaku. Aku harap semoga kaku bahagia Richard." Ucap Milan untuk terakhir kalinya pada kekasihnya.
Semenjak itu mereka tidak pernah bertemu lagi hingga saat ini dan Milan tidak mau tahu lagi kabar tentang kekasihnya Richard.
Ia memilih melahirkan dan membesarkan putrinya Zara seorang diri hingga akhirnya bertemu dengan lelaki yang bernama tuan Jeremy yang menjadikan dirinya sebagai simpanan tidak seperti janji awalnya ingin menikahi Milan secara agama dan negara.
...----------------...
"Apakah mami baik-baik saja?" Tanya Zara saat melihat ibunya melamun.
"Zara...! Kamu masih sekolah dan mami ingin kamu kuliah dan bekerja jadilah perempuan mandiri sayang, jangan seperti mami yang hidupnya hanya bergantung orang lain dan akan ditindas sesuka hati oleh mereka."
Ucap nyonya Milan yang tidak ingin memberitahukan siapa ayah kandungnya Zara.
"Biar aku yang bertanggungjawab atas hidup Zara, nyonya." Ucap Titan.
"Kau bicara seperti itu seakan keluargamu akan mendukung hubungan kamu dan putriku." Ucap nyonya Milan menentang keras perkataan Titan.
"Aku tidak peduli dengan aturan keluargaku. Aku punya kekuatan untuk melawan mereka semuanya yang berusaha menghalang-halangi hubunganku dengan Zara." Sahut Titan penuh keyakinan.
"Zara...! Apakah saat ini kamu hamil hingga memintanya untuk menikahimu?" Tanya Nyonya Zara menatap curiga wajah putrinya.
"Tidak mami..!"
"Iya Zara sedang hamil anak kami..!"
Ucap Zara dan Titan tidak sinkron membuat nyonya Milan menatap keduanya terlihat bingung.
"Jawab yang jelas. Apakah kamu hamil, Zara?" Bentak nyonya Milan penuh amarah.
Zara menatap wajah kekasihnya dan Titan memberi isyarat untuk mengiyakan.
"Iya mami ...! Zara sedang hamil." Ujar Zara terbata-bata.
"Bagaimana mungkin kamu hamil anaknya sementara kalian berdua baru bertemu?" Nyonya Milan tidak percaya begitu saja pengakuan putrinya.
"Hubungan kami sudah lama terjalin. Hanya saja saat ini baru ketahuan nyonya." Timpal Titan.
"Astaga...! Kalian ini membuatku semakin takut. Dan kau Titan. Kau ingin mempertahankan putriku tapi saat Keluarga nanti mengancam mu, kamu pasti meninggalkan putriku."
"Nama kami sudah jelas tertulis dalam takdir bahwa kami tidak akan pernah terpisahkan nyonya.
Jadi, tolong restui kami karena kami ingin memperjelas status kami hingga tidak ada lagi yang memperdayai Zara seperti Nathan." Ucap Titan.
"Baiklah. Aku tidak akan menentang lagi hubungan kalian demi cucuku yang dikandung putriku, Zara.
Semoga tidak ada rintangan lagi dalam hubungan kalian, karena mami sudah lelah menerima takdir yang tidak pernah berpihak kepada hidup mami." Lirih nyonya Milan.
"Aku yakin dengan cintaku nyonya, kalau putrimu Zara akan menjadi milikku."
Zara tersipu malu mendengar ucapan Titan.
Keluarga itu berangkat menuju kediaman keluarga Titan. Asisten Revo yang awalnya ketakutan mendampingi calon mempelai menemui nyonya Milan kini terlihat tenang-tenang saja saat mengendarai mobilnya menuju kediaman orangtuanya Titan.
Saat memasuki gerbang utama, kedatangan mereka dikejutkan oleh banyaknya mobil para pejabat tinggi yang sedang menemani presiden untuk bertemu dengan ayahnya Titan.
Pasti dari rombongan itu ada Nathan dan tuan Jeremy di dalamnya. Titan terlihat pucat.
Ia menatap wajah Zara yang sedang termangu bersama dengan nyonya Milan yang terlihat gelisah karena hidup mereka akan berakhir di sini.
"Zara....! sepertinya mimpimu tidak akan pernah kesampaian sayang."
Ucap nyonya Milan dengan air mata yang sudah mengembun di kelopak mata indahnya.
Revo gemetar ketakutan karena ia sedang membawa dua wanita yang saat ini sedang menjadi buronan negara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments