7. Kau Milikku

Gedoran pintu terdengar sangat keras membuyarkan hasratnya tuan Nathan yang hendak mengikat kedua tangan Zara dengan gesper miliknya.

"Sial ..siapa yang telah menganggu kesenanganku." Ucap tuan Nathan segera bangkit dan menghampiri pintu itu.

Saat pintu itu dibuka, di saat yang sama Titan sudah berada di kamar tuan Nathan dan menarik tubuh Zara. Pintu balkon di buka dan kedua langsung melompat dari balkon kamarnya Nathan.

Titan mengeluarkan tingkat sihirnya untuk membuka jalan bagi mereka. Keduanya masuk ke pintu cahaya agar bisa kabur dari istana presiden.

Dalam sekejap Titan sudah berada di dalam mobilnya, di mana asistennya Revo sedang menunggu dengan gelisah.

Zara merasa bingung mereka sudah ada di dalam mobil ingin bertanya kepada Titan namun urung dilakukan karena di depan sana banyak anggota polisi yang sedang melakukan pemeriksaan di setiap mobil yang keluar dari pintu gerbang istana.

"Master...! Mereka akan menangkap kita." Ucap Revo panik saat mobil mereka dihampiri oleh dua orang polisi.

Tetap bersikap normal. Kamu tidak akan mengalami masalah dengan mereka."

Ucap Titan yang sudah mengelabui mata polisi yang meminta Revo membuka pintu belakang.

Polisi itu menutup lagi saat tidak melihat orang yang duduk di jok belakang.

"Silahkan jalan Tuan!"

Titah polisi itu pada Revo yang mengangguk dengan gugup sambil menginjak gas mobilnya dengan perlahan.

Zara yang sedang bersembunyi di dalam dekapan Titan terlihat gemetar sambil membekap mulutnya sendiri hingga nafasnya terasa sesak.

Begitu mobil mereka sudah ada di jalanan, Titan menurunkan tangan Zara dari mulut gadis itu dan mengurai pelukannya.

"Sudah aman sayang." Ucap Titan membuat Zara mengambil oksigen di udara lebih dalam.

Tubuhnya merasa kedinginan karena ia tidak memakai mantelnya. Titan membuka jasnya dan menutupi tubuh Zara yang hanya mengenakan gaun berleher rendah.

Zara tertunduk malu dengan rambut yang menutup pipinya. Ia merasa bahwa ikatan batin antara dirinya dan Titan bukan hal yang biasa.

"Apakah kamu mau mengantar aku pulang master?" Tanya Zara dengan wajah tertunduk.

"Rumahmu tidak aman saat ini karena anak buahnya Nathan sedang menuju ke sana." Ucap Titan.

"Bagaimana cara aku pulang?" Tanya Zara terlihat gelisah.

"Kamu tidur di tempatku." Ucap Titan.

"Tapi, bagaimana dengan ibuku? Dia akan menerima hukuman dari ayahku jika aku menghilang." Ucap Zara terlihat sedih.

Ibumu sudah di amankan oleh anak buahku. Jangan terlalu sedih dan nikmati kebebasan mu dari bajingan itu." Ucap Titan.

"Tapi, aku tidak mau kamu akan terlibat masalah jika berurusan denganku karena Nathan adalah putra dari penguasa negara ini."

Zara makin nggak enak hati dengan situasi seperti ini. Ia memang belum tahu banyak siapa sebenarnya Titan.

"Tenanglah sayang...! Aku tidak akan membiarkan kamu memikirkan semua keselamatan orang yang ada di belakangmu. Kamu tidak perlu kuatir karena menyelesaikan urusan bajingan itu seperti mematikan nyamuk bagiku." Ucap Titan dengan wajah yang tetap memandang lurus ke depan.

Tidak lama kemudian, mobil mewah itu sudah memasuki gerbang istana milik Titan yang terbuka secara otomatis.

Titan turun lebih dahulu untuk membuka pintu mobil untuk Zara. Ia begitu bahagia bisa membawa Zara ke istananya.

"Rupanya semudah itu aku mendapatkan kamu Zara."

Batin Titan lalu menautkan jemarinya pada tangan Zara yang menerimanya dengan canggung.

Keduanya melewati pelayan yang menyambut dengan kepala tertunduk. Titan membawa Zara ke kamarnya dan seketika Zara memindahkan pandangannya ke segala arah dan terhenti pada lukisan.

Ia menghampiri lukisan itu yang ia juga lihat wanita itu dalam mimpinya. Zara begitu takut mengakui kepada mimpi yang sama pada Titan karena takut Titan tidak mempercayainya.

"Aku tidak punya baju untuk wanita kecuali kemeja dan switer. Aku akan memesan baju wanita untuk besok pagi. Kamu mau memakai kemeja, kaus atau switer?" Tawar Titan.

"Kemeja saja." Sahut Zara lalu mengikuti Titan ke kamar ganti.

"Pilihlah sendiri kemeja yang kamu inginkan, aku tunggu kamu di luar." Ucap Titan meninggalkan Zara di kamar ganti sendirian.

Tidak lama kemudian, Zara keluar dengan kemeja putih panjang menutupi sebagian pahanya. Walaupun begitu, kecantikan Zara terlihat tetap mempesona membuat Titan menahan nafasnya karena bagian bawah sana sudah menonjol dengan tegak untuk menemui sarangnya.

"Kamu tidur saja di kasur dan aku tidur di sofa ini." Ucap Titan sambil membawa bantalnya.

"Tidak ...! Aku hanya tamu di sini, biar aku yang tidur di sofa atau di kamar lain kalau kamu mengijinkannya." Ucap Zara.

"Kamu tidak akan bisa tidur kalau tidur di kamar tamu." Ucap Titan yang tidak ingin jauh dari Zara.

"Kalau begitu kita tidur di kasur yang sama tanpa ada sentuhan." Ucap Zara membuat Titan sangat girang karena itu yang ia inginkan.

"Baiklah. Silahkan tidur Zara. Selamat malam!" Ucap Titan lalu membalikkan tubuhnya memunggungi Zara yang sedang tidur telentang.

Sementara di istana sana, tuan Nathan sedang meradang, pasalnya saat ia membuka pintu kamarnya, tidak menemukan orang yang mengetuk pintu kamarnya dan lebih membuatnya kesal dan heran saat melihat di tempat tidurnya sudah tidak ada lagi Zara.

Ia juga bingung bagaimana caranya Zara melompat dari lantai tiga ke bawah sana, pastinya gadis itu sudah jatuh dan mati di bawah sana atau setidaknya ia terluka dan cacat.

Ia menghubungi anak buahnya untuk mencari Zara yang mungkin masih bersembunyi di dalam istana.

"Cari gadis itu sampai ketemu dan bawah kepadaku...!" Titah tuan Nathan menahan geram hingga melempar ponselnya.

Sementara nyonya Milan diselamatkan anak buahnya Titan di sebuah villa milik Titan agar wanita itu aman dari pencarian suaminya yang sangat bejat padanya.

"Villa siapa ini?" Tanya nyonya Milan sambil meneliti villa mewah yang ada di bawah bukit.

"Ini milik tuan Titan." Ucap Brown.

"Siapa Titan?"

"Kekasihnya putri anda nyonya."

"Kalian bohong. Putriku tidak memiliki kekasih selama ini. Ia bahkan tidak berani bermimpi untuk menjalin kasih dengan lelaki muda."

"Nanti juga anda akan mengetahuinya sendiri nyonya. Sekarang istirahatlah. Kami akan jaga villa ini agar anda nyaman di sini.

Jika butuh sesuatu anda bisa memintanya kepada pelayan. Satu lagi, jangan gunakan ponsel anda dan matikan ponsel anda agar tidak terlacak oleh suami anda." Ucap Brown yang seusia dengan nyonya Milan.

"Terimakasih Tuan. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini." Ucap nyonya Milan penuh haru.

"Panggil saja nama saya Brown, nyonya!"

Pinta Brown yang tidak sanggup menatap wajah cantik nyonya Milan.

"Baiklah Brown. Senang bertemu denganmu." Ucap nyonya nyonya Milan lalu menutup pintu kamarnya.

Ia sangat bersyukur bisa bebas dari jeratan jarum neraka suaminya. Karena ia tidak harus melayani pejabat badebah untuk kepentingan jabatan suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!