Sikap tenang yang diperlihatkan Titan menatap wajah Nathan yang sudah dekat dengannya.
Titan memasukkan satu tangannya ke kantong celana dengan satu tangan lainnya sambil membawa tas kerjanya.
Sementara itu, Zara yang sedang berdiri membelakangi Titan menahan nafasnya begitu melihat Nathan yang sedang menantang Titan saat ini.
"Aku tahu kamu sedang menyembunyikan Zara dariku. Aku tidak perlu mencari keberadaannya di setiap sudut gedung ini, karena aku yakin kamu paling pintar menyembunyikan sesuatu yang ingin kamu rebut dariku."
Ucap Nathan sinis.
"Itulah ucapan putus asa seorang pecundang sepertimu. Di saat tidak ada orang yang bisa kamu jadikan tersangka, kamu datang ke sini untuk memilih aku untuk disalahkan karena ketidakmampuan mu itu untuk menemukan Zara." Sarkas Titan.
"Tidak apa tuan Titan, sekarang kamu bisa sekuat tenaga menyangkalnya tapi, aku akan buktikan kalau saat ini wanitaku ada bersamamu. Aku bisa menyeret mu ke penjara." Ancam Nathan.
"Aku sama sekali tidak takut akan ancaman mu, tuan Nathan, karena Zara bukan istrimu. Justru aku bisa menuntut mu karena kamu menjadikan dia sebagai simpanan mu secara paksa." Ucap Titan.
"Sekarang terbukti kalau kamu yang telah menyembunyikan Zara karena kamu tahu semua tentangku." Ujar Nathan.
"Aku tidak perlu menyembunyikan Zara kalau hanya ingin mengetahui perangai burukmu karena rahasia manusia sepertimu sudah di ketahui semua orang.
Aku heran kenapa kamu jadikan Zara sebagai wanita simpanan padahal dia seorang gadis baik-baik."
"Karena dia lahir dari seorang selir. Terlalu banyak laki-laki yang meniduri ibunya sehingga tidak tahu dari putri dari siapa. Jadi secantik apapun dia, dia tidak lebih dari putri seorang pelacur."
Bukkkkk....
Disaat ucapan terakhir dari Nathan menghina Zara dan ibunya, bogem mentah pun dilayangkan oleh Titan.
"Dia hadir di bumi ini karena orang-orang bajingan sepertimu. Jika ia bisa memilih, ia juga tidak sudi tumbuh dari benih sialan seperti kalian. Keluar dari perusahaan ku atau aku akan mengirimmu ke neraka..!" Teriak Titan dengan wajah kelam.
Nathan mengusap pipinya yang sudah memar dengan tatapan menghujam menyimpan amarah yang membuncah.
"Kau akan membayar semua ini, Titan. Aku tidak akan membiarkan mu hidup walaupun kau harus berlutut menjilat kakiku...!" Ancam Nathan lalu melangkah pergi meninggalkan Titan, Zara dan Revo.
"Sebelum ancaman mu itu terjadi, kau dan ayahmu sudah berada di penjara Nathan." Teriak Titan saat Nathan masuk ke lift.
Sementara itu, Zara yang mendengar penghinaan Titan, menangis tersedu-sedu membuat kekasihnya langsung memeluknya.
"Untuk apa kamu harus malu dengan perkataannya, Zara. Dia sedang menghina dirinya sendiri." Ucap Titan.
Lagi-lagi Revo dibuat bingung oleh keanehan ini. Dari perdebatan diantara Titan dan Nathan, ia tidak melihat Zara sama sekali dan sekarang gadis itu tiba-tiba sudah menangis di balik punggung Titan.
Ingin bertanya tapi situasinya tidak mendukung. Terpaksa, harus menelan kebingungannya sendiri.
Titan membawa kekasih ke dalam ruang kerjanya. Ia harus menenangkan hati Zara yang masih sangat syok mendengar penghinaan Nathan.
"Aku tidak bisa membenci ibuku. Dia sudah banyak berkorban untuk hidupku. Aku tidak perlu mendengarkan alasannya mengapa dia harus memilih hidup seperti ini.
Aku ingin bertemu dengan ibuku, Titan. Aku takut mereka akan menangkap ibuku dan menyiksanya lagi. Sudah cukup mereka menyiksa ibuku secara lahir batin.
Aku menyesal karena tidak dilahirkan sebagai anak laki-laki. Kalau seperti ini, aku tidak bisa melindungi ibuku....hiks...hiks.
"Tidak Zara. Hadirmu di dunia ini hanya untukku. Takdirmu adalah hidup berdua denganku bukan dengan yang lain hanya jalannya terlalu sakit untuk mendapatkan dirimu."
Ucap Titan membuat Zara mengerti karena ia juga melihat hal itu dalam mimpinya bahwa akan ada seorang pangeran yang datang menjemputnya dan itu adalah Titan.
"Apakah kamu tidak malu memiliki istri dari seorang perempuan hina seperti ibuku?"
"Tuhan saja tidak pernah menghina hambaNya walaupun dosa hambaNya sangat banyak.
Aku hanya ingin mendapatkanmu dengan cintaku. Tidak peduli bagaimana kisah hidupmu di mulai di bumi ini." Ucap Titan.
"Kalau begitu, nikahi aku sekarang Titan agar status aku terlihat lebih di hadapan orang-orang."
"Tapi kamu masih sekolah Zara."
"Nikahi aku secara gereja atau bawalah aku ke negara manapun agar kita bisa menikah."
Pinta Zara dengan sedikit memelas.
"Baiklah sayang. Kita akan menemui kedua orangtuaku. Tapi kita harus menjemput ibumu.
Kehadiran keluarga sangat penting bagi kita untuk mulai hidup baru melalui pernikahan." Ucap Titan.
"Berarti kita melakukan pernikahannya hari ini, Titan?" Tanya Zara.
"Baiklah kita menemui ibumu terlebih dahulu. Tunggu aku panggil Revo sebentar."
"Revo ...! Antar kami ke villa menemui ibunya Zara.
"Tapi Master..! Keadaan belum aman." Bantah Revo.
"Aku hanya memintamu menuruti perkataanku bukan mendikte ku."
Ucap Titan dengan tatapan menghujam membuat Revo hanya menerima pasrah.
Revo segera turun menyiapkan mobil di ikuti pasangan ini.
"Apakah master mau cari mati? Sudah tahu anak buahnya Nathan ada di mana-mana, kenapa masih nekat menemui nyonya Milan? Cinta memang aneh.
Hal yang tidak masuk akal pun menjadi biasa untuk master ku. Baiklah. Aku tidak akan bertanggungjawab kalau sesuatu terjadi pada kalian." Gerutu Revo.
Perjalanan ke luar kota itu membuat Revo harus menahan nafas sepanjang jalan. Bukan hanya lam kota saja polisi berjaga di sepanjang jalan, tapi arah ke luar kota, pasukan polisi dengan senjata lengkap sedang meriksa semua kendaraan yang melintas.
"Master! Lihatlah polisi berjaga di sepanjang jalan ini menuju ke villa. Apakah kita tidak mendapatkan masalah jika memewati polisi?"
"Mereka tidak akan menahan mobil kita. Sekarang tetap fokus mengendarai mobilnya dan jangan melihat para penjilat itu..!" Pinta Titan pada Revo yang terlihat sangat gugup.
Dalam waktu beberapa jam kemudian, benda mewah itu sudah memasuki halaman villa. Nyonya Milan melihat kedatangan putrinya merasa sangat girang.
"Mommy ...!" Pekik Zara ketika melihat ibunya yang sudah berlari keluar menyambutnya.
"Sayang ... Zara! Apa kabarmu, nak!" Tanya nyonya Milan sambil mengusap surei indah Zara.
"Aku sehat mommy...! Kenalkan mommy, ini Nathan, kekasihku. Kami ke sini untuk meminta restu dari mommy." Ucap Zara
"Restu...? Apakah kalian akan menikah?"
"Iya mommy. Jika kami tidak segera menikah maka Nathan akan terus melacak keberadaan ku dan menjadikan aku simpanannya." Ucap Zara sambil memeluk lengan Titan.
"Baiklah sayang kalau itu memang kemauan kalian tapi, apakah Titan tidak menemui keluarganya juga?"
"Kami jemput mommy dulu baru ke rumah orangtuanya Titan." Ujar Zara.
"Siapa nama keluargamu Titan?"
"Andrew Darwis nyonya." Sahut Titan.
Degggg ...
Wajah nyonya Milan tiba-tiba saja syok dan terlihat pucat mendengar nama itu.
"Tidak ..jangan..! Ini tidak mungkin... Lirih nyonya Milan sambil memegang dadanya yang terasa sesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments