Andah mengintip ke dalam dan matanya terbelalak melihat apa yang terjadi pada suaminya ini.
Andah berputar balik menutup wajahnya dan berlari kecil menuju kamar. "Aih, mataku ternodai gara-gara anak itu. Mana punya nya gede lagi." rutuknya kembali ke kamar.
Setelah skian waktu Andah menunggu, dia telah.
siap-siap menginterogasi sang suami. Dia meragukan Ojan yang selalu berlaga tidak mengenal dirinya sendiri. Namun, kenapa begitu mudah Ojan mempermainkan perasaannya?
Perlahan gagang pintu dibuka, dan Andah langsung menarik pria itu hingga Ojan terjatuh menimpanya dan handuk yang terpasang terlepas begitu saja.
Beberapa detik berlalu, Andah terlupa akan rencana yang ingin memberi pelajaran pada Ojan. Namun, entah kenapa Andah merasa sang suami tiba-tiba terlihat sangat rupawan.
Ditambah dengan butiran air yang jatuh dari rambutnya, aroma Ojan yang tercium begitu meng ga i rah kan. Kedua netra saling beradu pandang. Perlahan, Ojan mencium bibir Andah kembali.
Bibir tertempel di antara mereka kali ini lebih lama, kali ini mata mereka saling terpejam menikmati sensasi sentruman indah yang merajalela hingga ke seluruh tubuh. Ojan mengangkat wajahnya.
"Tuh kan, aaahh ... bibirku kayak kena sentrum."
Andah membuka matanya, menyadari pria yang saat ini berada di atasnya sama sekali tidak memakai benang sehelai pun. Bahunya yang bidang, dada nya yang terlihat enak dipeluk, dan ada roti sobek di bawahnya.
Netra cantik bewarna amber terus turun ke bawah dan kali ini mata Andah terbelalak. Ada sesuatu yang terlihat mulai bangun.
"Aaaagghh!" Andah mendorong Ojan dengan kasar, hingga Ojan terguling dengan tubuh tertelentang.
Andah menutup matanya dan segera keluar dari kamar menuju kamar mandi sambil menahan merah di wajahnya.
Sementara Ojan langsung melihat ke arah miliknya yang tak berhenti bangun. "Kenapa kamu bisa kayak gini?" sungut Ojan pada senjata kelelakiannya itu.
Dia mengambil handuk dan menutupinya kembali. Dia bingung memikirkan cara untuk membuat benda itu tertidur kembali.
*
*
*
Usai makan malam, Andah bersiap untuk pergi kerja. Semenjak kejadian tadi, Andah selalu menghindari mata Ojan. Sementara Inggrid, belum berani keluar dari kamarnya.
Ojan membantu Rianto, ayah Andah untuk keluar dari kamar itu menggunakan kursi roda. Ojan memperhatikan kebiasaan Andah itu semenjak dia tinggal di sana.
Sehingga, kali ini tanpa disuruh, Ojan bergerak sendiri menjemput ayah mertuanya di saat Andah sedang menyiapkan makan malam.
"Andah mau ke mana?" tanya Ojan yang baru mengantarkan ayah Andah, dan menekpatkan kembali ke atas ranjang.
"Oo—" Andah menghentikan ucapannya. Tiba-tiba teringat raja anu milik Ojan yang tegak saat dia dorong tadi.
Andah mempercepat gerakannya untuk bersiap. Ojan terus memperhatikan Andah tanpa malu sedikit pun. Bahkan dengan berani menggoda Andah dengan memonyongkan bibirnya.
"Aku mau lagi!" ucapnya ringan tanpa beban.
"Enak aja! Emangnya segampang makan permen?" rutuh Andah telah menyelempangkan tali tasnya ke pundak.
"Mau lagi ...." Ojan kembali merengek, seperti anak kecil yang minta permen.
"Gak mau!" ketus Andah.
Ojan memasang wajah manyun dengan bibir sedikit maju. Dia langsung merebahkan diri di atas ranjang membelakangi Andah.
Andah yang melihat polah Ojan hanya bisa mencibir. "Dasar anak di bawah umur yang pisang nya bisa bangun!"
Setelah itu, Andah pergi tanpa pamit. Membuka pintu kamar, dan pintu kamar orang tuanya terdengar tertutup. Ini menandakan Inggrid buru-buru masuk menyadari Andah hendak keluar.
"Dasar Mak Lampir!" rutuk Andah.
Setelah itu Andah langsung pergi keluar meninggalkan rumah ini. Dia berjalan kaki menuju klub malam tersebut. Sambil berjalan, Andah tersenyum sendiri di saat mengingat kejadian tadi bersama Ojan.
"Aku baru tahu, pisang anak kecil juga bosa hidup," dia terkekeh sendiri dan tak lama, dia sampai di lokasi kerja.
Tanpa mengulur waktu, Andah mengganti pakaiannya dengan baju super seksi yang sengaja disiapkan untuk pekerjaan ini. Namun, dari luar terdengar sebuah keributan kecil.
"Andaaah ... Andaaah ...." sebuah seruan terdengar mendayu di telinga Andah. Dia bagai teringat pada masa teman masa kecil memanggil untuk mengajak bermain.
Setelah merenung beberapa saat, Andah teringat akan suara itu. "Bukan kah itu suara—"
braaak
Pintu dibuka kasar. "Siapa itu yang merengek nyari-nyari kamu?" Kak Yana pun datang dengan wajah jenaka merasa hal lucu baru saja terjadi.
Andah bergerak cepat keluar dari ruang ganti mencari orang yang dimaksudkan oleh Kak Yana. Andah mendapati seorang pria bercelana pendek dengan wajah kebingungam dikerumuni oleh wanita-wanita berpakaian seksi.
"Ojaaan? Kenapa kamu ke sini?" teriak sang istri.
Ojan masih terlihat kebingungan, bahkan dia mendapat serangan pemandangan seksi dari wanita-wanita cantik yang mengelilinginya.
Andah merasa panas melihat suaminya dikelilingi oleh wanita-wanita molek ini. Dengan gusar, Andah menarik Ojan menuju ruang ganti yang sudah kosong.
"Kamu ke sini sama siapa?" bentak Andah tidak suka.
"Tadi aku mengikutimu. Tapi ternyata aku sampai di tempat ini. Aku bertanya pada mereka, tapi mereka malah memggodaku." rengeknya.
"Halah? Jangan nangis-nangis di sini! Ini bukan tempat untuk anak TK! Kamu pulang dulu sanah!"
Ojan menggelengkan kepala dengan bibir manyunnya. Lalu matanya beralih pada pakaian yang digunakan oleh Andah. "Astagaaah! Kenapa kamu pakai baju kekecilan?"
Ojan membuka bajunya dan langsung memasangkan pada Andah. "Aku sempat baca buku agama yang ada di kamar kita, tidak boleh sembarangan memperlihatkan aurat! Cukup suami dan mahram saja. Jadi, selain itu kamu tidak boleh memperlihatkan semua yang harus kamu tutup rapat."
Andah langsung mendorong Ojan dan mencekiknya. "Katakan! Kamu itu pura-pura saja selama ini kan?"
"Aaagh ... pura-pura apa?" Ojan terperenjat dengan reaksi Andah yang seperti ini.
bugh
Sebuah buku jatuh dari dalam kantong celana Ojan. Andah memungutnya. Lalu membaca judul buku yang entah kapan dibelinya. 'Catatan Mahram.'
Di sana memang tertuliskan mengenai siapa saja mahram, dan yang bukan. Andah terduduk dan mengusap wajahnya.
"Hal ini lah yang membuatku tidak mau mengajakmu ke sini. Jika kamu sudah melarang, maka aku tak boleh lagi melakukannya. Meskipun pernikahan ini bukan—" ucapan Andah terhenti melihat wajah Ojan menatapnya.
deegh
'Ah, jantungku,' batinnya tak kuat melihat tatapan itu.
"Kalau aku tidak kerja, nanti kita tidak bisa makan."
"Biarkan aku yang bekerja. Kamu cukup di rumah saja menunggu aku pulang."
Andah tahu, upah menjadi tukang cuci itu tidak lah besar. Dalam rumah yang mereka tempati, ada empat nyawa yang harus dihidupi. Meskipun dia membenci sang ibu tiri, tetapi Andah tak pernah berpikir untuk menelantarkan ibu tirinya itu.
"Kamu mau memberikanku izin bekerja di sini? Aku janji, aku akan menjaga diri." Andah menggenggan tangan Ojan.
"A-apa aku boleh mengatakan sesuatu?" Ojan melepas genggaman tangan Andah, lalu meletakannya pada dadanya.
"Kamu bisa denger bunyi detak jantungku? Aku seperti mendengar suara detak jantungku semakin cepat. Rasanya jantungku ingin berlari keluar dari tempatnya. Tolong ... apa yang terjadi padaku?" Wajah Ojan tampak memelas menjadi merah.
Andah pun melepaskan diri dari genggaman Ojan. Dia menuju ke loker pakaian khusus miliknya mengeluarkan sebotol minuman mineral yang dia siapkan.
"Kamu butuh ini!" menyerahkan benda tersebut dan segera beralih mengintip ke luar.
Ojan pun langsung meneguknya, dia mencoba merasakan apakah jantungnya masih berdetak cepat atau sudah kembali normal. Dia tersenyum lebar dan meminum air itu kembali.
Andah mendekat pada Ojan. "Bagaimana kalau kamu jadi bodyguard-ku?"
Ojan melongo. "Bodyguard itu apa?"
"Itu, tukang pukul, eh ... maksudku jadi orang yang mengawal semua kegiatanku. Memastikan bahwa aku baik-baik saja tanpa gangguan. Nah, itu tuh, fungsi suami yang sebenarnya."
Ojan membesarkan mata membulatkan bibir. "Ooh, jadi suami itu sama dengan bodyguard?"
"Ya, begitu lah! Jadi kalau ada yang macam-macam padaku, kamu boleh menghajarnya! Kamu jangan jauh-jauh dariku. Tidak boleh juga melirik-lirik wanita-wanita lain yang ada di sini!"
*
*
*
"Heeh, kamuuuh! Lihat apa hah?" Ojan menarik seorang pria yang sedang melihat aksi yang ditampilkan Andah. Dengan tiba-tiba menarik pria yang terus melihat kemolekan tubuh Andah dengan tatapan penuh nafsu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Hahaa,,,,Udh tau itu bocah gede diajak mdk ke tmpt nari,y gituu bikin runyam 🤣🤣🤣
2023-09-16
0