Anara Dan Tuan Mafia
Sean William
Anara Kejora
Diva William
Jullian William
Jennifer William
James
Rika
Andy
Luna
Leon
dokter Erick
Clare
Anara Kejora biasa di sapa Ana, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapapun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal sejak ia berusia 10 tahun karena kecelakaan.
la saat ini hidup dengan keluarga paman dan bibinya. Bibinya merupakan kakak dari sang papa. Namun sayangnya, keluarga bibinya tidak menyukai kehadiran Anara. Mereka menganggap Anara sebagai benalu dalam keluarganya.
Meskipun keluarga paman dan bibinya adalah orang berada, mereka tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun untuk Anara. Anara hanya bisa bersekolah hingga SMA, selama ini dia bekerja paruh waktu untuk bertahan.
Anara selalu mendapatkan perilaku buruk dari keluarga bibinya. Tapi, Anara tidak bisa membenci mereka. Karena hanya mereka keluarga satu-satunya yang ia punya.
Hari sudah sore, Anara segera membereskan rumah yang begitu berantakan. Mulai dari menyapu, mengepel menyetrika pakaian dan masih banyak lagi.
"Anara, ambilkan aku kacang lagi," perintah Lita. Lita merupakan kakak sepupu dari Anara..
"Maaf kakak, tapi kakak sudah memakan kacang banyak sekali. Kulitnya berserakan di lantai, kakak tolong buang sampahnya ke tempat yang sudah aku siapkan," terang Anara dengan memelas pada Lita.
"Kau mau menceramahi ku, hah!" Bentak Lita sangat lantang.
"Ada apa ini?" Suara bibi terdengar saat baru menuruni tangga.
"Aku menyuruhnya untuk mengambil kacang untukku tapi malah menceramahi ku, ma." Adu Lita pada hal mamanya.
"Kau mau membantah?" Bentak bibi.
"Tapi bibi, kak Lita membuang sampah sembarangan. Aku kan sudah membersihkannya, bi" ujar Anara tertunduk.
"Tinggal kau bersihkan saja lagi kenapa susah sekali. Cepat ambil sana," titah bibi.
Anara pun menurut saja apa yang di perintahkan padanya.
Selesai bebersih, Anara menyiapkan makan malam untuk keluarga bibinya. Dan seperti biasa, Anara selalu berdiri di sebelah meja saat mereka makan. Anara menunggu mereka hingga selesai makan meskipun ia sendiri sedang kelaparan.
Keluarga bibinya memperlakukan dirinya layaknya pembantu, bukan seperti keponakan.
"Ciihh...kenapa asin begini, hah? Kau mau meracuni kami?" Bentak bibinya
"Tidak mungkin bibi. Tadi, Anara sudah mencicipinya kok," jawab Anara jujur.
"Kau coba saja ini," ucap bibi mencengkram pipi Anara dengan keras sambil menyuapkan makanan yang ia muntah kan tadi.
"Gimana? Enak?" Tanya bibinya dengan nada suara yang tinggi.
"Tapi bibi, tadi rasanya sudah pas kok," jawab Anara.
"Masih menyangkal kamu ya, dasar tidak becus," bentak bibi sambil menjambak rambut Anara.
Lita yang melihat Anara tersiksa merasa puas. Karena ini yang ia inginkan. Lita jugalah yang sudah mencampurkan banyak garam tadi saat Anara meninggalkan masakannya karena keburu ke toilet.
Anara hanya meringis mendapat jambakan dari sang bibi.
"Kau makan sampah itu," ujar bibi melepaskan tangannya dari rambut Anara.
"Kita makan di luar saja, aku sudah tidak selera," ajak bibi pada Lita dan suaminya.
"Rasakan itu," Anara melenggang pergi mengikuti langkah ibunya dengan tersenyum sinis menatap Anara.
Anara yang mengetahui itu hanya diam saja dan tertunduk menahan air mata hampir terjatuh.
Saat mereka sudah keluar, isak tangis Anara terdengar pilu. "Hiks... hikss... kenapa paman, bibi dan kak yuna jahat padaku? Apa salahku?" Lirih Anara membereskan semua makanan yang ada di meja.
"Mama... papa...kenapa kalian meninggalkan Ana sendiri disini? Hiks... hiks..."
Anara membereskan semua makanan tadi dengan air mata yang bercucuran sangat deras. Setelah itu, dia memutuskan untuk tidur karena merasa lelah.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Di sisi seberang...
Door...
Dor...
Dor...
Suara tembakan saling bersahutan. Dua kubu itu saling beradu kekuatan dan beradu senjata tanpa ada yang mau mengalah.
"Bersiaplah untuk hancur hari ini," ucap pria itu dengan penuh penekanan terhadap musuhnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu bisa mengalahkan ku," jawab musuh dari pria tersebut.
Perkelahian kembali terjadi,
Bugh..
Bugh...
Tubuhnya terpental jauh dan dara segar muncrat dari bibirnya karena tendangan yang sangat kuat.
Pria itu mendekat ke arah musuhnya yang terkapar
lemah tidak berdaya.
"Bukankah sudah aku katakan, jangan pernah bermain-main denganku." Ucapnya tegas dengan sorot mata yang tajam.
Seketika pria itu berdiri dan melayangkan timah panas itu pada musuhnya.
Dor..
Dor...
Dor...
Timah panas itu bersarang tepat di kepala dan dada. Orang yang terkena tembakan itu pun seketika tewas tak bernyawa.
"Permisi tuan, semua anak buah dari pihak musuh sudah habis tidak tersisa," lapor salah satu anak buahnya.
"kau bereskan semua kekacauan ini, dan bakar hingga tidak tersisa, aku akan pulang terlebih dulu. Jangan lupa, ambil semua senjata mereka." Ucapnya dengan nada dingin. Ia pun melangkahkan kakinya pergi dan anak buahnya tadi menundukkan badannya memberi hormat pada sang pemimpin.
Tempat yang tadinya megah dan apik sekarang menjadi lautan darah dengan bau anyir yang menyengat.
Pria itu adalah Sean William. Dia adalah seorang laki-laki berparas tampan, memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum hawa yang melihatnya terkesima. Namun, dia adalah pria yang dingin, kejam, tegas dan tidak tersentuh. la sangat sulit untuk di dekati, apalagi dengan seorang wanita.
Namun siapa sangka, di balik ketampanannya dia adalah pimpinan mafia terkejam yang cukup terkenal di berbagai negara. Terutama di belahan Eropa. Selain menjadi pimpinan mafia, dia juga adalah CEO dari perusahaan nomer satu di Eropa.
Saat ini, ia tengah membantai para musuh. Awalnya, mafia itu bekerjasama dengan mafia milik Sean. Setelah mafia itu sudah di ambang kesuksesan, ia pun mengkhianati Sean. Sean yang merasa dirinya di permainkan dan hanya di manfaatkan secara diam-diam membuatnya murka dan tidak terima. Tanpa pikir panjang, ia menyerang dan menghabisi semuanya tanpa tersisa.
la pun melajukan mobilnya menuju mension pribadinya. Ia tidak ingin, jika keponakan kecilnya mencari saat dia terbangun nanti.
Sesampainya di mension, Sean melangkahkan kakinya masuk ke dalam untuk melihat sang keponakan yang sudah tertidur sejak tadi.
Di lihatnya tubuh mungil yang memeluk boneka teddy bear dengan ukuran yang sangat besar. la mengecup singkat kening sang keponakan sambil tersenyum.
Setelah itu, ia kembali ke kamarnya dan segera tidur.
Pagi-pagi buta, Anara sudah terbangun dari tidurnya. la sudah terbiasa bangun di waktu pagi buta, Anara segera bergegas mencuci muka dan membereskan rumah seperti biasa.
Anara memilih mencuci baju milik keluarga bibinya terlebih dahulu. Setelah itu, ia memasak untuk sarapan pagi.
Sarapan sudah di hidangkan, keluarga paman dan bibinya menuju ruang makan.
"Kau tidak meracuninya, kan?" Ucap bibi dengan tatapan intimidasi nya.
"Tidak bibi. Ana mana mungkin meracuni makanan itu," jawab Anara.
Mereka semua makan dengan lahap kecuali Anara. Selesai sarapan, mereka semua pergi ke luar. Sang paman, pergi ke perusahaan miliknya, bibi pergi bersama teman-teman arisannya. Dan Lita, ia pergi ke kampus yang cukup ternama untuk melanjutkan studinya.
Jujur saja, Anara iri dengan sang kakak yang bisa melanjutkan pendidikannya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Anara juga sebenarnya sudah tidak kuat lagi dengan perlakuan keluarga bibinya . Tapi dia bingung, jika ingin pergi, dia mau pergi kemana lagi? pikirnya.
Anara segera membereskan sisa makanan tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
pergi saja
2024-03-10
0
Fajar Ayu Kurniawati
.
2023-12-09
0
Nur Khalima
kalau aku udah tak sapi sama mulutnya di Lita sekalian, kalau nggak, aku kumpulin kulitnya dan lempar ke wajahnya.. seenaknya sama orang..
2023-09-22
2