"Sean tidak ingin ada acara resepsi, hanya acara pemberkatan dan janji suci saja. Sean juga ingin jika acara ini hanya di hadiri keluarga kita saja." Kata Sean dengan serius.
"Sean tidak ingin jika public mengetahui ini, kita adakan acara secara tertutup." Sambung Sean.
"Kenapa harus begitu, Sean? Inikan acara hanya di lakukan sekali dalam seumur hidup?" Tanya mami Sean.
"Banyak musuh-musuh di luaran sana yang mencari kelemahan Sean, Mi. Sean tidak mau jika orang-orang terdekat Sean menjadi incaran mereka semua." Tegas Sean pada sang mami.
'Musuh? Apa tuan Sean mempunyai musuh? Aahh... tapi mungkin saja musuh bisnisnya' batin Ana menerka-nerka.
"Memang benar apa yang di katakana Sean, mi. musuh Sean banyak sekali di luaran sana." Sahut papi.
Tentu saja banyak sekali musuh-musuh Sean yang akan mencari kelemahan dari seorang Sean William. Ceo dari perusahaan terbesar se Eropa sekaligus pimpinan mafia yang sulit di kalahkan.
"Kami menurut bagaimana dirimu saja, son. Kita akan laksanakan acaranya minggu depan." Imbuh papi Erwin.
"Tapi nyonya, tuan, apa tidak terlalu cepat?" Ana masih tidak menyangka dengan semuanya.
"Kau tenang saja, nak. Kami yang akan mengurus semuanya. Kalian tinggal mempersiapkan diri dan fitting baju untuk di kenakan." Jawab mami Sean.
"Dan satu lagi, panggil kami mami dan papi, seperti Sean." Imbuh mami Sean.
"I-iya nyonya. Eeh... iya m-mi." Ucap Ana gugup. la masih tidak menyangka dengan kenyataan yang baru saja ia terima.
"Horee... nanti Diva manggilnya jadi aunty." Ucap Diva yang sangat antusias. Ana hanya bisa tersenyum kikuk dengan semua saat ini.
"Kalau begitu, Sean kembali ke mension Sean." Pamit Sean langsung berdiri dari duduknya.
"Kau mau tinggal di sini atau pulang?" Tanya Sean
dingin.
"Ehh... iya. Aku pulang." Jawab Ana.
"Mi, pi, Ana pamit dulu." Pamit Ana menyusul langkah Sean yang sudah jauh di depan sana.
Sesampainya di halaman depan, Ana segera masuk ke dalam mobil milik Sean. Ia tidak mau jika di tinggalkan oleh Sean, bagaimana nanti dia bisa pulang. la tidak mengingat jalan menuju mension ini.
Sean segera melajukan mobilnya dengan kecepatan. sedang. Ana memutuskan bertanya dengan Sean dengan keputusan yang di ambilnya tadi.
"Tuan...kenapa tadi anda menerimanya? Apa anda tidak malu jika bersanding dengan saya nanti?" Tanya Ana hati-hati takut salah dengan pertanyaan yang di lontarkan.
"Entahlah, aku juga tidak tau." Jawab Sean. la sendiri pun bingung, bagaimana bisa tadi ia langsung saja menyetujui permintaan maminya untuk menikah dengan Ana.
Ana di buat cengoh dengan jawaban Sean." Bagaimana bisa begitu? Kita juga baru mengenal. Aku juga ingin menikah dengan orang yang aku cintai nantinya." Ujar Lalu sedikit lirih.
"Memangnya kau ingin menikah dengan siapa? Apa kau masih mengharapkan mantan kekasihmu yang sudah mengkhianatimu?" Cetus Sean yang fokus ke arah depan.
Ana terkejut dengan pertanyaan yang dilayangkan oleh Sean. Bagaimana bisa Sean mengetahui akan hal itu. padahal, dirinya tidak menceritakan hal ini pada siapapun.
"B-bagaimana tuan bisa tau?"
"Apa kau lupa siapa aku?" bukannya menjawab Sean justru berkata seperti itu.
Ana pun langsung terdiam, jelas saja Sean tahu semua tentangnya. Secara, la pasti akan mencari tahu seluk beluk orang-orang yang ada di dekatnya.
"Aku tau, ini pasti sangat mengejutkanmu. Tapi aku hanya minta padamu, kita jalani saja pernikahan ini. Cinta akan tumbuh dengan sendirinya, aku juga hanya ingin menikah sekali seumur hidupku. Dan apa yang sudah menjadi milikku, tidak akan aku lepas begitu saja." Terang Sean panjang lebar. Baru kali ini Ana mendengar Sean berbicara padanya panjang lebar. Biasanya hanya deheman ataupun satu kalimat.
"Apa kau tidak mau? Jika tidak mau tak apa. Aku akan beritahu mami dan papi nanti," ucap Sean melihat reaksi Ana yang sedari tadi diam membisu..
"Entahlah tuan. Ini sangat mengejutkan untukku," Ana memandangi suasana kota dari balik kaca mobil.
"Percayakan semua padaku. Jika nanti dalam pernikahan tidak ada rasa cinta di hatimu, kau bisa pergi dariku." Tukas Sean.
Ana hanya diam dan memandangi jalanan kota yang di penuhi dengan kelap kelip lampu mobil yang berlalu lalang.
Sesampainya di rumah sewanya, Ana merebahkan dirinya di atas kasur kecil itu dengan posisi terlentang. Fikiran Ana melayang jauh entah kemana setelah kenyataan mengejutkan yang ia terima.
"Apa aku tidak bermimpi? Aku akan menjadi istri dari tuan Sean. Tapi aku merasa tidak pantas untuknya." Ana bermonolog dengan dirinya sendiri
"Aku seperti mendapat jackpot besar kali ini. Tapi...
aku juga merasa takut jika suatu saat aku di tinggalkan begitu saja jika ada wanita yang lebih cantik dan lebih kaya." Sambung Ana.
Jelas saja ia juga merasa takut akan hal itu, tidak mungkin orang sekelas Sean akan setia dengan dirinya, pikirnya.
Pikiran Ana berkecamuk hebat malam ini, ia segera bergegas membersihkan dirinya terlebih dahulu dan
segera istirahat. Sedangkan di sisi Sean, ia berdiam diri di balkon kamar miliknya.
la berfikir, entah keputusannya ini tepat atau tidak. Tapi, dia juga bingung, kenapa dirinya tidak bisa menolak untuk bersanding dengan Ana.
3 hari kemudian...
Seann mengajak Ana datang ke Mension nya untuk pertama kalinya, ia memerintahkan Ana untuk memilih gaun yang akan di kenakannya nanti. Sean sengaja tidak membawa Ana ke butik langganan milik keluarganya, justru karyawan butik itulah yang datang ke mension milik Sean
Sean hanya tidak ingin saja jika ada musuhnya yang mengetahui akan hal ini.
"Bagaimana tuan muda, cantik bukan?" Tanyanya memakaikan gaun pertama yang di coba oleh Ana.
"Aku ingin yang lebih tertutup." Protes Sean. Gaun itu tidak ada lengan tangan, hanya menutup sampai dada milik Ana saja.
'Cantik' batin Sean memuji kecantikan Ana. Tanpa sadar, ia menyunggingkan sedikit senyumannya. Tapi tidak ada yang bisa melihat senyum tipis milik Sean.
"Aku setuju untuk yang ini. Kau urus semuanya," ucap Sean pada pemilik butik itu.
Gaun yang di pakai Ana nanti berwarna putih, memiliki model seperti gaun Cinderella dengan full paiet dan terbuat dari bahan yang sangat berkualitas.
Pemilik butik itu pun tersenyum senang saat Sean menyukai produk miliknya. Dia harap-harap cemas jika saja Sean akan marah nanti.
Ana pun segera bergegas dan berganti dengan pakaian yang kenakan tadi..
"Mulai sekarang, kau tinggal di mension ini." perintah Sean pada Ana.
"Tapi, tuan... kita kan belum resmi menikah." Tolak Ana secara halus.
"Agar kau terbiasa tinggal di sini. Aku juga tidak mau repot-repot menjemputmu jika ada sesuatu yang mendesak nanti." Ujar Sean dengan tampang datarnya.
"Lalu... bagaimana dengan rumah sewa saya?"
"Biar anak buahku yang mengurusnya. Dan mulai besok, kau tidak perlu bekerja." Titah Sean.
"Tapi..."
"Tidak ada bantahan." Sarkas Sean yang langsung membuat Ana kicep tak berkutik. Ana hanya bisa menurut dengan apa yang di katakana oleh Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
jadi ny rumah
2024-03-11
0