Malam harinya, dimension Sean sudah tersedia dengan hidangan khas Jerman di ruang makan. Sean memerintahkan para maid membuatnya untuk rekan bisnisnya yang akan berkunjung ke mension pribadinya.
"Selamat datang di mensionku, tuan Alvin." Sambut Sean melihat rekannya itu telah tiba di mensionnya.
"Terima kasih atas sambutannya, tuan William. Suatu kehormatan bisa datang ke mension pribadi anda ." Ucapnya menjabat tangan Sean.
"Suatu kehormatan juga untukku, anda sudah bersedia mampir ke kediamanku."
"Mari, kita nikmati dulu makan malam. Aku sudah
menyiapkan banyak hidangan yang menggugah selera
untuk anda." Ajak Sean dengan gurauan kecilnya.
"Hahaha... jangan di bawa serius ucapan saya semalam, tuan." Balas tuan Alvin. Mereka pun melangkahkan kaki mereka ke ruan makan.
Di sana sudah tersedia banyak makanan yang menggugah selera. Sean mempersilahkan tuan Alvin untuk duduk di tempat yang sudah tersedia.
"Di mana Ana?" Tanya Sean dengan salah satu maid di sana.
"Ana? Siapa itu, tuan William?" Tanya tuan Alvin penasaran. Karena baru kali ini dia mendengar Sean mengucapkan nama wanita. Karena mereka tahu, jika Sean sangat sulit untuk di dekati siapapun.
"Dia adalah istriku." Jawab Sean yang membuat tuan Alvin sangat terkejut.
"Istri?" Ucap tuan Alvin tidak percaya. Sean hanya menganggukkan kepalanya.
"Kapan anda menikah, tuan? Kenapa tidak mengundangku?" Tanyanya masih dengan rasa penasarannya.
"Satu minggu yang lalu. Maaf kan saya tuan, karena memang saya tidak ingin para musuh di luaran sana mengetahui siapa dia bagi saya. Banyak di luaran sana yang mencari kelemahan saya." Terang Sean.
"Wow... ternyata tuan William lebih cepat dari pada saya. Tidak apa tuan, saya mengerti untuk itu. Saya ucapkan selamat atas pernikahan kalian. Semoga tidak akan terpisahkan, saya akan kirimkan kado spesial buat anda nanti." Ujar tuan Alvin.
"Haha... tidak perlu repot-repot tuan."
Tak lama kemudian, Ana sampai di ruang makan. la mengenakan dress selutut yang pas dengan ukurannya, Ana terlihat elegan dan cantik.
"Selamat malam, tuan. Maaf sudah lama menunggu ." Sapa Ana pada tuan Alvin. Sebelumnya, Ana sudah di beri tahu oleh Sean jika teman bisnisnya akan datang berkunjung.
"Tidak apa, nyonya." Jawab tuan Alvin ramah.
"Waahh... jadi ini istri anda, tuan?" Tanyanya pada Sean setelah melihat Ana.
"Anda hebat nyonya, bisa mencairkan gunung es ini. la sangat sulit di dekati, bahkan setiap ada wanita yang mendekatinya ia langsung saja mengambil tindakan." Sambungnya dengan sedikit menyindir sikap Sean selama ini.
"Anda bisa saja, tuan." Ana tersenyum simpul.
"Silahkan nikmati hidangannya, tuan." Sambung Ana. Mereka pun makan dengan khidmat tanpa ada suara sedikitpun. Hanya dentingan sendok dan piring yang saling bersahutan.
"Ana, kau tunggu saja di kamar. Kami akan ke ruang kerja membahas hal yang penting." Ujar Sean setelah menikmati makan malam.
"Baiklah."
"Mari, nyonya." Pamit tuan Alvin menyusul langkah Sean. Ana mengangguk kecil sambil tersenyum tipis.
Sean dan tuan Alvin pun menuju ke ruang kerja milik Sean. sedangkan Ana, ia membantu maid untuk membersihkan piring kotor yang mereka gunakan tadi.
Sesampainya di depan ruangan dengan pintu berwarna coklat itu, Sean mempersilahkan tuan Alvin untuk segera masuk dan duduk.
"Bagaimana tuan?" Tanya Sean tanpa berbasa basi.
"Sesuai dengan apa yang kita bahas waktu itu, tuan. Aku ingin memesan senjata lagi darimu." Jawab tuan Alvin.
"Berapa yang ingin anda pesan tuan? Senjata yang aku produksi sekarang jumlahnya terbatas. Dia memiliki kecepatan 1 km per detiknya." Jelas Sean.
"Senjata yang anda ciptakan memang tidak pernah mengecewakan tuan." Sanjung tuan Alvin. Dia sering sekali memesan persenjataan dari kelompok Sean. ia memesan untuknya sendiri ataupun juga untuk anggota miliknya.
"Aku ingin memesan dalam jumlah 500 tuan. Aku ingin, anggotaku yang sangat handal nanti yang akan menggunakannya." Sambung tuan Alvin.
"Aku akan mengaturnya untukmu, tuan." Ujar Sean.
"Aku juga ingin mengajak anggota anda untuk latihan bersama, tuan. Apa anda setuju?"
Sean menimbang-nimbang sebelum menjawab ajakan tuan Alvin. "Sepertinya itu tidak buruk. Kita jadwalkan untuk itu, agar kerja sama kita semakin erat." Sean menyetujui ajakan dari tuan Alvin.
Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka dengan serius.
Setelah mengantar tuan Alvin sampai depan mensionnya, Sean kembali menuju kamarnya di mana Ana sudah menunggu saat ini.
Di bukanya pintu kamar dan terlihat Ana yang duduk bersandarkan kepala kasur king size itu dengan membolak-balikkan majalah yang ada di tangannya.
"Kau belum tidur?" Tanya Sean melihat aktifitas Ana.
"Kau sudah selesai?" Bukannya menjawab, Ana justru bertanya balik. Sean hanya mengangguk saja.
"Apa kau menungguku?" Tanya Sean lagi.
"Tidak." Ana menggelengkan kepala.
"Aku tidak bisa tidur saja, makanya aku lihat-lihat majalah ini." Terang Ana dengan menunjukkan majalah fashion yang di bawanya. Sean hanya manggut-manggut lalu merebahkan dirinya di atas kasur dan memejamkan kedua matanya.
"Emm... Sean. Apa kamu tidak malu memperkenalkan aku dengan rekanmu tadi?" Tanya Ana hati-hati. Sean membuka matanya kembali mendengar pertanyaan dari Ana.
"Tidak. Kenapa harus malu, kau adalah istriku." Jawab Sean tegas.
"Jika bukan karena alasan tertentu, aku pasti sudah mengumumkan pada dunia jika kau adalah istri dari Sean." Jawab Sean.
"Itu tidak perlu kau lakukan. Begini saja sudah cukup bagiku, aku tidak mau mereka semua mengataiku yang tidak-tidak." Tolak Ana.
"Jika suatu saat nanti kau mengetahui siapa aku sebenarnya, apa kau akan pergi dariku?" Tanya Sean ambigu. Ana mengerutkan dahinya dengan pertanyaan Sean.
"Mengetahui apa? Memangnya, Apa yang tidak aku ketahui?" Ana di buat penasaran.
Ana memang belum mengetahui jika Sean adalah seorang pimpinan di dunia mafia. Dia hanya mengetahui jika Sean adalah seorang CEO muda yang memiliki perusahaan terbesar di Eropa.
"Aku bukanlah seperti apa yang kau lihat saat ini." Ucap Sean.
"Memangnya seperti apa?" Ana kembali
mengerutkan keningnya.
"Tidak apa. Lupakan. Sekarang istirahatlah." Ujar Sean. Ana pun semakin di buat penasaran dengan apa yang baru saja di katakan oleh Sean.
Ana pun merebahkan dirinya menyusul Sean yang tertidur meskipun dalam fikirannya bertanya-tanya dengan apa yang di katakana Sean.
Tak lama kemudian, nafas Ana terdengar teratur. Itu menunjukkan dirinya yang memang sudah berlabuh di pulau mimpi.
Sean yang belum tertidur pun membuka matanya kembali dan melihat wajah tenang dari Ana yang sudah tertidur.
"Aku tidak yakin jika dirimu akan menerima kenyataan yang mengejutkan bagimu." Lirih Sean menatap wajah teduh Ana. Ia tidak tahu nanti bagaimana Ana yang mengetahui dirinya adalah seorang mafia.
"Tapi, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Kau adalah milikku, aku tidak akan membiarkan milikku pergi begitu saja. Aku akan tetap membuatmu berada disisiku, meskipun saat ini, kau belum bisa mencintaiku," Sambung Sean membelai lembut pipi Ana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
suka sikapnya sean
2024-03-11
0
Ahmad Irfan
saya suka tor tapi tolong di perbaiki dalam penulisan nama sering kali salah yg seharus nya sean kok jd aiden kan jd bingung 😕
2023-05-21
3
Veronika Rajagukguk
lanjut dong thor
2023-02-13
1