Satu minggu sudah pernikahan Ana dan Sean, selama itu juga Diva tinggal bersaman grandma dan grandpa-nya. Awalnya Diva tidak mau, tapi dengan jutaan bujukan akhirnya Diva mau untuk tinggal bersama grandma dan grandpa-nya.
"Ada apa? Kalau ingin bertanya, bertanya saja." Ucap Sean melihat ekspresi Ana yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.
"Eemm.. tuan... bolehkah saya bekerja lagi?" Tanya
Ana dengan hati-hati.
"Sudah aku bilang beberapa kali, jangan
memanggilku tuan." Ujar Sean. "Lalu... aku harus memanggil apa?" Ana bingung harus memanggil apa pada Sean.
"Terserah kau saja, senyaman dirimu." Tukas Sean.
"Kau tidak boleh bekerja, di rumah saja. Biar aku yang bekerja." Sambung Sean dengan garangnya.
"Tapi... aku tidak ada temannya dirumah. Aku rindu dengan teman-temanku, pasti mereka mencariku. Di rumah juga tidak ada Diva." Wajah Ana memelas mengingat biasanya dia bersama dengan Rika.
Sean yang melihat Ana seperti itupun tidak tega." Yasudah kalau begitu, tapi kau harus pergi bersamaku." Akhirnya Sean memperbolehkan Ana untuk pergi bekerja kembali.
"Benarkah?" Wajah Ana kembali sumringah. Sean hanya menganggukkan kepalanya pada Ana.
"Tapi, bagaimana jika yang lainnya curiga kalau kita pergi bersama?" Wajahnya kembali merengut.
"Tidak akan. Cepatlah bersiap, atau aku tinggal." Titah Sean. Ana pun segera bergegas berganti baju dan mengambil tas miliknya.
Selesai berganti, mereka pun segera berangkat ke kantor bersama-sama.
Sesampainya di kantor, mereka pun turun dari mobil.
Sean berjalan lebih dulu di depan Ana.
Semua orang memandang Ana tidak suka, karena hampir dua minggu Ana tidak datang kekantor. Tapi, sekalinya datang, ia bersama dengan Sean. Ana hanya menunduk dan berlalu menuju ruangan yang ia tempati untuk bekerja.
Sesampainya di ruangan yang biasa ia tempati,
rekan-rekan dari Ana begitu antusias melihat Ana datang ke kantor. "Anaa..." pekik salah satu di antara mereka.
Mereka semua pun menoleh kearah Ana.
"Ana kuu... ya ampun, kemana seja selama ini? Kenapa tidak pernah masuk? Tidak ada terjadi apa-apa kan?" Cerca Rika pada Ana.
Ana bingung harus menjawab apa dengan serentetan pertanyaan yang di layangkan oleh Rika.
"Biarkan dia duduk dulu, apa kau tidak kasihan dengannya?" Sahut teman yang lainnya karena Ana belum sempat mendudukkan dirinya.
"Hehe.. İya deh sorry." Rika meringis lalu menyuruh Ana untuk duduk terlebih dulu.
"Ana, kemarin-kemarin kemana saja kau. Aku rindu tau tidak ada teman bicaranya. Ponselmu juga, kenapa tidak aktif sama sekali?" Rika cemberut.
"Hehehe... tidak kemana-mana. Ada acara keluarga kemarin." Bohong Ana pada semua orang. Tidak mungkin kan jika Ana mengatakan jika ia sudah menikah, dengan bos mereka lagi. Ana tidak mau teman-temannya itu bersikap berlebihan padanya nanti. Lambat laun pasti semua akan tahu dengan sendirinya.
"Acara keluarga?" Rika tidak percaya apa yang dikatakan Ana. Karena sedikit tahu jika Ana sering mendapat perilaku buruk pada keluarga bibinya.
"Sudah, ayo kita bekerja. Jangan bercerita terus." Potong Ana sebelum Rika bertanya lebih dalam lagi.
Jam makan siang, seperti biasa, Ana dan Rika pergi ke kantin untuk makan siang.
Sedangkan di sisi Sean...
"James, dimana Ana?" Tanya Sean.
"Sepertinya, nyonya muda pergi ke kantin bersama temannya tuan." Jawab James.
"Huuh... yasudah kalau begitu. Terus awasi dia," titah Sean.
Tidak ada yang tahu jika Sean sudah menikah dengan Ana, hanya segelintir orang yang mengetahui akan hal itu. Bahkan, anggota Sean pun hanya sebagian yang mengetahuinya.
Kembali lagi kesisi Ana.
"Tumben sekali tidak membawa bekal?" Tanya Rika
"Tadi aku kesiangan, tidak sempat untuk memasak banyak." Jawab Ana jujur.
Di saat mereka sedang menikmati makanannya,
beberapa karyawan datang menghampiri mereka berdua. Sayangnya, mereka bukan ikut bergabung, melainkan untuk mengatai Ana yang tidak-tidak.
"Heh... dasar wanita tidak tahu diri. Pasti kau sudah
merayu tuan Sean kan." Ucapnya kasar pada Ana.
"Tidak, aku tidak pernah merayu tuan Sean." Ucap Ana menggelengkan kepala
"Kalau kau tidak merayunya, bagaimana kalian bisa berangkat bersama tadi? Hah?" Sentaknya.
"Ngaca dong, apa kau pikir kau pantas dengan tuan Sean?" Timpal salah satu dari mereka mendorong sedikit bahu Ana dari belakang.
"Heh.. kalian itu kenapa sih. kalian iri ya kalau Ana bisa berangkat dengan tuan Sean? Itu berarti Ana lebih layak dari pada kalian." Sarkas Rika melihat Ana mendapat perilaku buruk.
"Lihat saja diri kalian, dandanan sudah seperti badut baju pun hanya membungkus tubuh. Apa kain yang kalian gunakan itu kurang?" Celetuk Rika pada orang-orang bersikap kasar pada Ana.
Mereka adalah orang yang mengagumi Sean, dandanan yang begitu menor dan berpakaian seksi agar bisa menarik perhatian Sean. Tapi itu semua tidak berarti untuk Sean.
"Huusst... Rika." Bisik Ana menegur teman karibnya itu.
"Awas, ya kalian." Sarkas salah satu di antara mereka. Mereka pun berlalu pergi meninggalkan Ana dan Rika.
"Rika, kamu harus hati-hati kalau bicara." Tegur Ana.
"Biarkan saja Ana, sekali-kali mereka di beri pelajaran. Sudah banyak karyawan yang terkadang mereka bully." Jelas Rika.
"Ehh... tapi apa yang mereka bilang itu benar? Kau pergi bersama tuan Sean?" Tanya Rika.
"Iya... tadi taksi yang aku tumpangi mogok. Kebetulan ada tuan Sean yang melintas, dia mengajakku untuk pergi bersama." Ana mencoba memutar otaknya untuk menjawab pertanyaan Rika. Rika hanya memanggut-manggut percaya dengan jawaban Ana.
Mereka pun melanjutkan makan siang dengan khidmat.
Waktu berlalu cepat, hari pun sudah menunjukkan malam hari.
"Tuan kemana bi?" Tanya Ana pada salah satu maid karena tidak melihat keberadaan Sean.
"Tuan tadi katanya pergi keluar nyonya, teman bisnisnya berkunjung kesini. Tadi tidak sempat bilang ke nyonya karena buru-buru." Jelas maid tadi. Bibir Ana membulat membentuk huruf O sempurna.
Sedangkan di sisi Sean.
"Selamat datang, tuan Alvin." Sambut Sean menjabat tangan orang tersebut.
"Terima kasih atas sambutannya, tuan William. Maaf jika baru bisa datang kemari." Ucapnya pada Sean.
"Tidak apa, tuan Alvin. Silahkan duduk, kita nikmati
hidangan yang sudah tersaji terlebih dahulu." Ajak Sean.
Saat ini mereka tengah berada di Alice Restaurant. Sean sengaja untuk memilih tempat itu karena sekaligus melihat perkembangan Restaurant tersebut.
Mereka menyantap makan malam tanpa ada gangguan dari siapapun.
Selesai makan malam, mereka pun melanjutkan perbincangan mereka. "Bagiamana kabar anda tuan?" Tanya Sean memulai percakapan.
"Seperti yang anda lihat, tuan William. Bagaimana juga dengan kabar anda?"
"Sama seperti anda, tuan." Jawab Sean dengan
gaya cool-nya.
"Bagaimana dengan mafia milikmu, tuan?" Tanya Sean lagi.
"Semua aman dan terkendali. Aku kesini ingin membicaRikan saat kita berada di Itali waktu itu." ujar tuan Alvin menyampaikan tujuannya.
"Datanglah ke mension saya, tuan. Kita bahas nanti di sana, sekalian aku ingin menjamu mu." Ajak Sean.
"Hahaha... terima kasih atas sambutannya tuan. Aku pasti akan datang ke sana, jangan lupa siapkan makanan yang menggugah selera untukku." Jawab tuan Alvin di selingi dengan gurauan.
"Aku tunggu kedatangan mu tuan." Merekapun melanjutkan perbincangan mengenai bisnis mereka yang sudah terjalin hingga tidak sadar waktu menunjukkan sudah hampir tengah malam.
Sean dan tuan Alvin memutuskan untuk kembali pulang masing-masing.
Sesampainya di mension, Sean langsung saja masuk ke dalam dan menuju kamar yang ia tempati dengan Ana. Dilihatnya wajah teduh Ana yang sudah tertidur pulas. Ana tersenyum simpul melihat wajah tenang dari Ana yang seperti tidak mempunyai beban apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
lanjut
2024-03-11
0
Mega Nurhasanah
kosakatanya bnyak yk salah, nyebut nama juga bnyak yk keliruu, mohon di perbaiki LG, ceritanya baguu
2023-07-17
4
triana 13
mampir lagi
2023-03-08
1