"Uncle..." teriak Diva saat tiba di ruang kerja milik
Sean.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Sean lembut.
"Maafkan saya tuan, Nona kecil merengek untuk kesini," ucap salah satu maid yang membantu mengurus Diva di sana.
"Tak apa. keluarlah," perintah Sean. Maid itupun menunduk dan segera keluar.
"Aku ingin tidur dengan uncle," jawab Diva tersenyum manis.
"Baiklah, ayo kita tidur," ucap Sean menyetujui ajakan Diva.
Sean orang yang sangat dingin dengan siapa saja,
kecuali dengan Diva.
Sesampainya di kamar, Sean membaringkan tubuhnya di samping Diva. Diva meringkuk ke dalam pelukan sang uncle. Sean menepuk pelan punggung Diva agar cepat tertidur.
"Uncle, terima kak Ana ya," kata Diva mendongakkan kepala.
"Coba kasih alasan untuk uncle, kenapa uncle harus menerima kakak itu?"
"Kak Ana baik, biar Diva bisa bertemu kak Ana terus," celoteh Diva.
"Nanti uncle bicarakan dengan uncle James ya." Sean tidak ingin membuat Diva kecewa. Tapi, ia juga harus bersikap professional dalam hal ini.
"Sekarang tidurlah," perintah Sean menepuk-nepuk tubuh Diva.
Tak lama Diva pun tertidur dengan lelapnya.
Keesokan harinya...
William Company....
"Bagaimana yang aku perintahkan semalam?" Tanya Sean to the point.
"Nona Jesica, sering bersikap kasar pada nona kecil tuan. Nona kecil sering di marahi oleh nona Jesica hanya karena hal sepele." Terang James yang membuat Sean langsung emosi.
"Berarti benar apa yang dikatakan Diva kemarin. Berani-beraninya dia menyakiti kesayanganku," wajah Sean menunjukkan kemarahan yang begitu besar pada Jesica.
la mengira Jesica baik dan bisa menjaga Diva selama ini. Namun, dugaannya salah, justru sebaliknya. Jesica bersikap kasar pada Diva.
Jesica memang orang yang anggun, elegan, cantik dan terkenal ramah pada siapapun. Namun, dia tidak suka dengan anak kecil. Dia juga orang pemarah, semua keinginannya harus terpenuhi.
"Lalu, bagaimana tentang gadis itu?"
"Nama lengkapnya Anara Kejora. Dia merupakan gadis yang pintar, sabar, penyayang. Ia hidup dengan keluarga bibinya karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan mobil. Tapi, dia selalu mendapat perilaku buruk dari keluarga bibinya. Bahkan ia juga di ursir oleh keluarga paman dan bibinya." Terang James pada intinya saja.
"Untuk selebihnya, tuan bisa melihat data-datanya sendiri," ucap James memberikan data yang ia dapatkan semalam.
Tidak sulit untuk James mencari hal sekecil itu. la sangat bisa di andalkan.
"Bagaiamana dengan orang-orang kemarin?" Tanya
Sean tanpa melewatkan sedikit informasi apapun.
"Anda bisa melihat rekaman cctv ini tuan." Jawab James memberikan flashdisk berisikan rekaman cctv yang ada di ruang tunggu.
Tanpa berlama-lama, Sean mencolokkan flashdisk itu ke computer yang ada ruangannya.
Rahangnya mengeras melihat bagaimana Diva di perlakukan seperti itu.
"Kurang ajar." Sean marah menggebrak meja melihat rekaman cctv yang di berikan oleh James.
"Kau pastikan mereka yang bersikap kasar pada Diva tidak diterima dimanapun ia bekerja," titah Sean tidak bisa di bantah.
Sean tidak akan mudah mengampuni mereka yang sudah bersikap kasar pada Diva.
"Lalu, bagaimana hasil interview kemarin? Apa kau sudah mendapatkannya?"
"Hanya satu orang yang memenuhi kriteria tuan. Dia adalah wanita yang bersama nona kecil kemarin?" jawab James memberitahu.
"Yasudah. Kau urus itu, aku ingin pulang melihat Diva. Saat ini dia bersama Jessica. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya." Sean menyambar jas yang ia letakkan di kursi kebesarannya.
la pun melangkah keluar dari ruangan dan buru-buru untuk pulang.
Sedangkan di mension pribadi Sean...
Diva sedang memakan ice cream kesukaannya. la berjalan tanpa melihat kedepan karena menikmati ice creamnya.
Duugh... Diva tersandung sedikit keras
"Apa yang kau lakukan pada bajuku, hah?" Bentak Jesica karena baju mahalnya terkena ice cream yang di bawah Diva terjatuh.
"Maaf kakak, Diva tidak sengaja." Diva menunduk takut karena bentakan Jesica.
Salah satu maid yang mendengar suara Jesica segera menghampiri.
"Maafkan nona kecil, nona. Jangan memarahinya, nona kecil kan tidak sengaja." Ucapnya.
Banyak yang tidak tahu jika Jesica selalu bersikap kasar pada Diva karena mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mereka juga percaya pada Jesica jika Diva akan aman dengannya, karena Jesica selalu bersikap ramah. Namun di luar dugaan, maid yang melihat hal itupun merasa takut jika nanti Sean melihatnya.
"Jangan ikut campur kau. Kembali bekerja sana," Jesica memarahi maid itu.
"Dan kau anak nakal, aku akan menghukummu. Ikut aku." Jesica menyeret kasar tangan Diva.
"Nona, nona... jangan begini. Maafkan nona kecil," maid itu menghalang jalan Jesica yang menyeret tangan mungil Diva.
"Menyingkir kau dari hadapanku," Jesica mendorong tubuh maid itu hingga terhuyung dan jatuh.
Jesica kembali menyeret Diva, maid itu kembali menghalangi dengan mencekal kaki Jesica.
"Nona... tolong maafkan nona kecil." Pinta maid itu. Jesica tidak menghiraukan ucapan maid itu. la melangkah dan menyeret Diva.
"Hiks... hiks... maafin Diva kakak. Diva tidak sengaja ," isakan Diva terdengar.
"Lepaskan kakak. Tangan Diva sakit. Hiks... hiks..."
Jesica tidak mendengarkan perkataan dari diva.
"Lepaskan tanganmu darinya," suaranya lantang hingga menggema di dalam mension.
Jesica yang mendengar suara sangat familiar itu tersentak kaget hingga sedikit gemetar. Bahkan maid yang mencoba menolong Diva ikut merasakan gemetar mendengar suara lantang itu.
Maid lain yang sedang bekerja pun menghentikan aktifitasnya mendengar suara menggema dari orang mereka kenal. Mereka semua segera berkumpul melihat apa yang sudah terjadi.
"See-an..."ucapan Jesica terbata.
Maid tadi segera bangkit dan membawa Diva sedikit menjauh.
Wajah Sean sudah tidak bisa di gambarkan lagi. Wajahnya merah dan rahangnya mengeras karena amarahnya.
"Apa yang sudah kau lakukan padanya?" bentak Sean pada Jesica.
"Sean... ini tidak seperti yang kamu kira. Kamu hanya salah faham," elak Jesica melihat kemarahan pada Sean.
"Apa kau kira aku bodoh, hah? Aku melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri." Sentak Sean di depan muka Jesica...
Sean memang sudah tiba dari tadi. Ia melihat semua perlakuan Jesica pada Diva. Ia bersembunyi di balik tembok dan mengepalkan kuat tangannya hingga semua kukunya memutih.
Diva masih terisak dan memeluk maid yang menolongnya tadi. Diva juga takut melihat kemarahan dari uncle nya.
"Hanya karena noda ice cream kau berani menyakitinya, hah!" Kemarahan Sean tidak bisa terhentikan.
"Sean maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan aku, Sean." Namun sayangnya, Sean tidak menggubris apa yang di ucapkan oleh Jesica.
"Pergi dari sini dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku," usir Sean.
"Tidak, Sean. Tolong maafkan aku," Jesica masih merengek pada Sean.
"Keluarr!!!"
Jesica pun takut dengan bentakan dari Sean. Ia pun memutuskan untuk pergi dari sana dari pada melihat kemarahan Sean yang sulit di redam itu.
la keluar dan pergi dari mension itu dengan perasaan dongkol.
"Ini gara-gara kau anak kecil. Awas saja nanti." Jesica melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Sean pun melangkahkan kakinya menuju sofa dengan nafas yang masih memburu.
"Kenapa kalian tidak pernah memberitahuku, hah?" Sean memarahi maid yang sedang berjejer.
"Maaf atas kelalaian kami tuan. Kami tidak tau jika nona Jesica selalu bersikap kasar pada nona kecil. Kami mengira, jika nona Jesica akan menjaga nona kecil. Maafkan kami, tuan." Jelas maid yang menolong Diva tadi.
"Kalian aku maafkan untuk kali ini. Jika lain kali seperti ini lagi, kalian akan aku pecat." Ujar Sean dengan tegas.
"Bubar. Dan lanjutkan pekerjaan kalian." Perintah
Sean.
"Diva jangan menangis lagi ya. Ada uncle disini, maafkan uncle ya." Sean mendekat dan mensejajarkan badannya dengan Diva.
Diva masih terisak pelan dan segera memeluk Sean. Sean mengelus punggung Diva agar tangisannya berhenti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
triana 13
nyicil sampai sini dl kak
aku kirim bunga supaya makin semangat ya
2023-02-24
2