Pagi harinya, Anara sudah selesai berdandan dengan rapi. la pun menampilkan senyumnya yang cerah.
"Sudah jam segini, aku harus berangkat agar tidak telat nanti." Ucap Ana melihat jam tangan yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 8 pagi.
Ana pun keluar dari rumah sewanya dan mengunci pintu.
"Ehh... Ana mau kemana rapi sekali?" Sapa ibu pemilik rumah sewa itu.
"Ana mau pergi ke perusahaan William Company, bu. Ana mendapat panggilan keterima di sana," jawab Ana dengan ramah.
"Wahh... itu kan perusahaan yang paling terkenal itu. Kamu beruntung sekali Ana, semoga kamu betah dan sukses ya." Ucap ibu itu yang ikut merasa senang.
"Doakan saja bu. Ana pamit dulu ya," pamit Ana membungkukkan badannya sedikit sebagai tanda hormat pada yang lebih tua.
Ibu pemilik rumah sewa itu memandang Ana hingga tak terlihat, ia terenyuh melihat perilaku Ana padanya, jarang sekali anak muda sekarang yang mempunyai sopan santun pada yang lebih tua.
Ana berjalan menuju halte menunggu angkutan umum, untung saja tidak lama kemudian ada taksi yang melintas. Ana segera naik dan menyebutkan tempat tujuannya.
30 menit kemudian, Ana sudah sampai di depan gedung tinggi nan megah itu. Ana bernafas lega bisa sampai lebih awal, tadinya ia harap-harap cemas jika telat karena jalanan sedikit macet.
Ana segera melangkahkan kakinya masuk kedalam perusahaan ternama itu. Ana menuju ke meja resepsionis untuk bertanya.
"Permisi, saya mau tanya. Kemarin saya mendapat panggilan untuk tanda tangan kontrak kerja, ruangannya di mana ya?" Tanya Anna malu-malu.
"Anda langsung saja ke lantai 40, nona. Nanti tanyakan di sana untuk menemui tuan James," jawab resepsionis itu dengan ramah.
"Terima kasih, selamat bekerja." Ucap Ana dengan tersenyum.
Ana pun melangkahkan kaki menuju lantai teratas dari gedung itu menggunakan lift. Sesampainya di atas, Ana segera bertanya atas nama James pada salah satu karyawan yang ada di sana.
Ana di antarkan ke ruangan dimana James berada.
Tok.. tok..
"Permisi tuan, ada yang mencari anda," ucap salah satu karyawan tadi.
"Suruh dia masuk," sahut James dari dalam. Karyawan tadi pun mempersilahkan Ana untuk masuk ke dalam.
Ana duduk di kursi berhadapan dengan James.
"Nona Anara?"
"Iya tuan, saya Anara Biasa di panggil Ana," jawab Ana sedikit grogi.
"Baik, Silahkan tanda tangani ini, nona." James menyodorkan surat kontrak untuk di tanda tangani Ana.
Ana pun menanda tangani kontrak tersebut.
"Kapan saya bisa mulai bekerja, tuan?" Tanya Ana ragu-ragu.
"Anda bisa bekerja mulai sekarang, nona." Jawab James.
Wajah Ana sumringah seperti mendapat jackpot besar hari ini. "Benarkah tuan?" Tanya Ana memastikan.
"Benar, nona. Perusahaan kami sedang sangat membutuhkannya, saya akan mengantar di mana ruangan nya." James melangkah keluar diikuti Ana di belakangnya.
Sesampainya di ruangan tersebut, Ana segera masuk dan memperkenalkan diri pada karyawan yang lainnya. Usai berkenalan, Ana pun mulai bekerja. la mendapat bimbingan dari karyawan yang sudah lama di sana.
.
.
.
Kediaman Audrey.....
Jesica di marahi habis-habisan oleh sang daddy karena hal kemarin membuat Sean marah besar padanya.
"Kenapa kau bisa bodoh sekali, Jesica." Sentak tuan Wilson Audrey.
"Susah payah daddy mendekatkanmu dengan Sean. Daddy sudah sering kali bilang padamu, jaga sikapmu. Sean orang yang sangat susah di dekati. Dan sekarang, kau sendiri yang membuatnya marah padamu," jelasnya panjang lebar pada Jesica.
"Tapi ini bukan salah Jesica, dad. Anak kecil itu yang sudah mengotori baju mahal Jesica." Elak Jesica membela dirinya.
"Bukankah kau sudah tau jika anak kecil itu adalah keponakan kesayangan Sean? Harusnya kamu bisa lebih baik padanya, ambil hati anak kecil itu. Dan sekarang semuanya gagal karena sikapmu itu." Ucap daddy Wilson yang sangat kesal pada Jesica.
Daddy Wilson adalah teman dekat dari papi Erwin, papinya Sean. la berencana untuk menikahkan Jesica dan Sean agar bisnisnya semakin merambah di seluruh Eropa.
la mendekatkan Jesica dan Sean sejak masih berusia 10 tahun, waktu itu Jesica baru berusia 8 tahun. Sean yang memang sangat sulit di dekati oleh siapapun membuat tuan Wilson harus bekerja keras mendekatkan Sean dengan Jesica. Lambat Laun Sean dan Jesica mulai dekat. Namun, Sean hanya menganggap Jesica sebagai teman baik sekaligus adiknya. Tapi tidak untuk sebagai teman baik sekaligus adiknya. Tapi tidak untuk Jesica, ia memendam rasa pada Sean.
Di saat usaha keras daddy Wilson berhasil, justru Jesica sendiri yang menghancurkannya.
"Sekarang daddy tidak mau tahu. Kamu harus datang ke kantor Sean untuk meminta maaf, kamu harus bisa membujuk dia kembali. Bagaimanapun caranya, daddy tidak mau tau." Ucap daddy Wilson dengan tegas.
Daddy Wilson sangat terobsesi untuk bisa menjadi yang lebih unggul. Bahkan ia juga tidak segan-segan menggunakan cara kotor.Jesica pun juga tidak kalah seperti ayahnya, dia sangat ingin memiliki Sean.
"Daddy ke kantor dulu. Ingat kata daddy tadi," ucap Daddy melangkahkan kaki keluar.
Jesica berdecak kesal, ia pun memutuskan datang ke kantor Sean sesuai dengan apa yang di katakan oleh sang daddy tadi.
Kembali lagi ke William Company...
Seperti biasa, Diva selalu ikut ke kantor bersama Sean. Diva lebih nyaman bersama Sean dari pada bersama grandma dan grandpa nya.
Diva duduk di sofa panjang yang berada di ruangan Sean dengan memakan cake kesukaannya. Sean memandang gemas pada keponakan kecilnya.
Diva tidak pernah membuat repot sang uncle meskipun usianya masih kecil. Diva cukup tenang selama ia ikut ke perusahaan yang di pimpin oleh Sean sekarang.
Tak terasa sudah waktunya jam makan siang, Diva mengajak Sean untuk mencari makan siang.
"Uncle... Diva lapar. Ayo cari makan," ajak Diva. Sean tersenyum melihat Diva, padahal baru saja ia menghabiskan cake nya, sekarang sudah bilang lapar.
"Apa Diva belum kenyang memakan cake yang banyak tadi?"
"Itu beda uncle," jawa Diva dengan polos.
"Hahaha... lalu Diva mau makan apa?" Diva berfikir.
"Diva mau makan currywurst," jawab Diva.
Currywurst merupakan makanan khas jerman dengan bahan utama sosis daging dan di potong tipis. Dengan campuran saus tomat atau pasta tomat bercampur kari dan bubuk kari secukupnya.
Makanan ini biasanya di sajikan dengan kentang goreng atau gulungan roti.
"Diva pergi di temani uncle James dulu ya. Uncle harus menyelesaikan pekerjaan uncle dengan cepat." Terang Sean.
"Oke, uncle."
Sean memanggil James untuk menemani Diva mencari makan siang.
Di sisi Ana, ia juga bersiap keluar untuk mencari makan siang bersama rekan barunya.
"Kita ke kantin saja oke, biar lebih hemat dan tidak buru-buru nanti." Ajak teman Ana yang bernama Abigail. Abigail sama dengan Ana yang tinggal di rumah sewa, jadi dia harus pintar-pintarnya mengatur pengeluaran.
An menyetujui ajakan teman barunya itu. Di saat mereka keluar, Ola berpapasan dengan Ana.
"Kak Ana..." panggil Diva melihat Ana.
"Turunkan aku uncle," pintah Diva untuk turun dari gendongan James.
"Kak Ana mau makan?" Tanya Diva.
"Iya, kakak lapar, mau cari makan." Jawab Ana dengan senyum.
"Uncle lanjutkan saja pekerjaannya. Diva mau sama kak Ana aja," ucap Diva girang.
"Baiklah, nona kecil."
"Nona, aku titipkan nona kecil padamu." Ucap James pada Ana.
"Baik, tuan. Saya akan menjaga Diva," jawab Ana.
James pun kembali ke ruang Sean untuk melaporkan hal tersebut. Sedangkan Ana bersama teman barunya dan Diva pergi mencari makanan.
"Kenapa kau kembali, James"? Tanya Sean heran.
"Nona kecil tadi bilang jika mau ikut dengan nona Ana tuan," jawab James.
"Ya sudah kalau begitu. Tetap suruh salah satu anak buahku untuk mengamati mereka," perintah Sean. Banyak sekali musuh Sean yang berkeliaran di luar sana. Tidak menutup kemunginan jika Diva bisa saja menjadi sasaran mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
dekat sama ana
2024-03-11
0