Mension pribadi Sean....
Sean sudah selesai bersiap-siap untuk datang ke kantor hari ini.
la tinggal sendiri di mension pribadinya bersama keponakan kesayangannya dan para maid.
"Diva hari ini dengan kak Jesica, ya." Ujar Sean pada keponakan kecilnya.
Keponakan kecil Sean bernama Diva Putri William, ia berusia 4 tahun. Papa dan mamanya meninggal karena kecelakaan mobil. Waktu itu, hanya Diva lah yang selamat.
Diva hanya bisa nyaman dengan Sean sang uncle sejak kedua orang tuanya tiada. Dengan grandma dan grandpa nya lebih banyak diam. Dari situ, Sean memutuskan untuk membawa Diva ke mension pribadinya.
Dalam kecelakaan itu, Sean merasa ada unsur
kesengajaan yang di lakukan. Hingga sampai sekarang, Sean masih terus menyelidiki bersama semua anak buahnya.
"Uncle cepat pulang, ya." Jawab Diva yang seperti tidak ingin berlama-lama di tinggalkan oleh Sean.
"Aku titipkan Ola padamu, ya." Pamit Sean pada Jesica.
"Kau tenang saja, Diva aman bersamaku," jawab Jesica dengan ramah.
Jesica Audrey merupakan anak konglomerat di Eropa. Tepi,dibanding dengan Sean, ia masih di bawah. Jesica merupakan teman baik Sean. Sean hanya menganggap Jesica sebagai teman sekaligus adik baginya. Namun, beda lagi bagi Jesica, ia memendam rasa pada Sean.
Mereka sudah berteman sejak lama, jadi Sean mempercayakan Diva pada Jesica.
Sean pun melangkahkan keluar rumah dan masuk kedalam mobil. la melajukan mobilnya membelah. jalanan kota Berlin di pagi hari.
Melihat jika Sean sudah pergi, Jesica yang ramah
dan anggun mengeluarkan sisi sebenarnya yang ia sembunyikan pada Sean selama ini.
"Heh, anak kecil. Ambilkan aku cemilan," bentaknya pada Diva.
"Tapi, Diva tidak bisa mengambilnya kak. Kenapa kakak tidak menyuruh maid di sini saja," jawab Diva.
"Kau mau membantahku, hah!" bentaknya lagi dengan mata melotot, ia juga mencengkram lengan Diva dengan kuat hingga Diva meringis kesakitan.
"Aduh... sakit kak." Ringis Diva. Jesica masih belum melepaskan rintihan Diva.
"Cepat ambil sana." Ucap Jesica pada Diva. Tubuh Diva sedikit terdorong oleh Jesica. Mau tidak mau, Diva mengambil cemilan untuk Jesica.
"Benarkah itu nona kecil?" Tanyanya sedikit merasa ragu dengan ucapan Jesica.
Jesica menatap Diva melotot hingga membuat Diva takut.
"Iya bi. Bibi lanjutkan saja pekerjaan bibi," ucap Diva. Maid itu pun mengangguk dan melanjutkan pekerjaannya.
"Awas saja kalau kau mengatakannya pada Sean dan lainnya. Akan aku buat dirimu sengsara." Ancamnya pada Diva. Diva hanya bisa diam tidak menyahuti ucapan Jesica.
William Company....
William Company merupakan perusahaan di bidang IT dan property terbesar se Eropa. Banyak dari semua kalangan mengetahui perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut selalu berhasil membuat siapa saja takjub akan hasilnya karena memang tidak sembarang orang bisa di terima di sana.
Semenjak Sean yang menjadi CEO, perusahaan itu semakin merambah pesat hingga bisa menjadi nomer satu di Eropa.
Sean turun dari mobil mewahnya saat tiba di depan gedung megah dan menjulang tinggi itu. Setiap karyawan menunduk hormat pada Sean. Sean terus saja melangkahkan kakinya menuju lift yang di gunakan khusus untuknya.
Sesampainya di ruangan miliknya, Sean menanggalkan jas mahalnya dan duduk di atas kursi kebesarannya.
Sean berkutat dengan berkas-berkas yang menggunung di dalam ruangannya.
Tokk..
Tokk..
Tokk..
Suara pintu di ketuk dari luar. "Masuk," sahut Sean dari luar.
"Permisi tuan, pukul 9 nanti kita ada pertemuan dengan pihak Collen Coorporation di Alice Restaurant." Ucap asisten Sean.
"Apa ada lagi?" Tanya Sean.
"Tidak ada tuan."
"Lalu, bagaimana dengan jadwal interview? Kita harus mendapatkan karyawan secepatnya."
"Kita laksanakan lusa nanti, tuan." Jawabnya.
"Ya sudah. Kita berangkat sekarang," ajak Sean menuju tempat yang di digunakan untuk pertemuan dengan koleganya.
Sean Restaurant merupakan rumah makan milik mendiang mama Diva. Untuk sekarang, Sean lah yang memegang terlebih dahulu sebelum Diva beranjak dewasa.
Waktu berlalu begitu cepat, hari sudah berganti malam saat ini.
Kediaman bibi Anara....
"Cepat Anara, lelet banget sih." Bentak Lita pada
Anara.
"I-ini kak bajunya," ucap Anara memberikan baju milik Lita yang ia setrika tadi.
"Bagi uangmu, aku mau pergi keluar malam ini." "Tapi kak, aku tidak ada uang sama sekali," lirih Anara.
"Dasar pelit. Pergi sana," ujar Lita lagi. Lita mendorong tubuh Anara keluar dari kamarnya.
Anara pun keluar dan segera menyiapkan makan malam untuk keluarga bibinya. Keluarga paman bibinya selalu saja meminta uang pada dirinya, sampai-sampai Anara terpaksa berbohong pada mereka.
Padahal, keluarga bibinya orang yang berada. Entah apa yang mereka inginkan, sepertinya mereka tidak membiarkan Anara memegang uang sepeserpun.
Usai makan malam, Anara membereskan sisa-sisa makanan tadi.
"Mama... aku keluar ya," pamit Lita pada mamanya sambil menenteng tas mahalnya.
"Mau kemana kamu?" Tanya papa Tomy, papanya
Lita.
"Mau ke club' sebentar sama teman-teman. Boleh ya, ya ya?" bujuk Lita pada sang papa.
"Udah pa, ijin aja sih. Lita kan enggak sendiri." Ucap sang mama membantu Lita.
"Huhu..." helaan nafas terdengar dari papa Lita.
"Yasudah, jangan terlalu malam," akhirnya sang papa memberikan izin.
"Thank you papa." Ucap Lita girang mencium pipi mama dan papanya. Lita berlari keluar rumah, teman-temannya sudah berada di depan rumah untuk menjemputnya.
"Lama sekali kamu, Lita?" Omel salah satu teman
Lita.
"Izin dulu tadi sama papa mama. Yasudah ayo kita berangkat."
Mobil melesat di jalanan malam kota Berlin. Sesampainya di sana, mereka segera memesan minuman yang berbau menyengat itu.
Lita meminum dan menggoyang-ngoyangkan gelas yang berada di tangannya.
"Kamu kenapa, Lita?" Tanya salah satu teman Lita yang melihat Lita seperti memikirkan sesuatu.
"Aku Cuma berfikir. Bagaimana aku bisa menyingkirkan Anara dari rumah." Litaa meneguk minuman yang ia bawa.
"Wow... ternyata masih ada yang belum puas nih. Bukankah Andi sudah berada di tanganmu saat ini? Lalu apa lagi yang mau kau lakukan pada Anara?" Tanya teman yang lainnya.
"Dia belum tau jika Andi sudah berada di tanganku. Aku juga ingin dia di usir dari rumah."
Teman-teman Lita yang tidak menyukai Anara ikut memikirkan cara supaya Anara bisa di tendang dari rumah keluarga bibinya.
"Kau punya barang berharga? Seperti kalung, gelang atau apa gitu?" Tanya salah satu di antara mereka.
"Ada, memangnya kenapa?" Tanya Lita.
"Kau bisa meletakkan salah satunya di kamar Anara". Jawabnya.
Litaa yang faham arah pembicaraan itu menyeringai. "Ide yang bagus," ucap Lita menyetujui.
"Sekarang kita bersenang-senang dulu oke." Ajak
teman-teman Lita
Mereka pun bersenang-senang dan berjoget ria dengan alunan music yang begitu keras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Misih Supriyati
lanjut thor....sy suka alur ceritanya
2024-03-02
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
2 🌹🌹 meluncur pada karyamu. Bagus Thor ceritanya 👍
2023-02-16
2