Mobil yang di kendarai oleh James sudah sampai di depan mension yang berdiri megah saat ini.
Ana memandang bangunan klasik nan megah itu dengan takjub
"Besar sekali rumah ini." Ana mendongakkan kepalanya melihat bangunan itu.
"Ini rumah siapa, tuan?" Tanya Ana pada James
"Kita masuk saja. Nyonya besar dan nona kecil sudah menunggu," ajak James pada Ana.
Ana mengikuti langkah James. Sepanjang perjalanan masuk di dalam mension, Ana menatap takjub interior dan semua barang mewah berada di sana.
"Selamat siang, nyonya, tuan besar." Sapa James membungkukkan sedikit badannya di ikuti oleh Ana.
"Kak Ana..." ucap Diva antusias melihat kedatangan Ana.
Diva berlari dan berhamburan ke pelukan Ana. "Divaa..." ucap Ana memeluk tubuh Diva.
"Ayo kita makan siang dulu." Ajak mami Sean pada James dan Ana.
Diva memilih duduk di sebelah Ana dan meminta untuk di suapi. Dengan senang hati, Ana menyuapi Diva. Kedua Orang tua Sean sedikit iri melihat kedekatan Diva dengan Ana. Karena semenjak orang tua Diva meninggal, Diva lebih banyak diam dan tidak dekat dengan siapapun. Termasuk grandma dan grandpa nya.
"Diva.... Diva makan sendiri ya. Kasian kak Ana, belum makan." Ucap maminya Sean.
"Tidak apa-apa, nyonya." Jawab Ana dengan senyuman manisnya.
'Dia mempunyai sisi keibuan. Pantas saja Diva lebih dekat dengannya' batin papinya Sean melihat keduanya.
Mereka pun melanjutkan makan siang bersama.
"Nyonya besar, tuan besar, saya pamit undur diri untuk kembali ke kantor. Masih banyak hal yang harus saya urus." Pamit James pada tuan rumahnya
"Lalu... bagaimana denganku tuan?" Tanya Ana pada James.
"Anda disini dulu, nona. Nyonya besar ingin berbicara dengan anda," jawab James. Ia pun membungkukkan sedikit lalu melenggang pergi dari sana.
"Anara Kejora " Panggil papi Sean.
"I-iya tuan. Bagaimana anda bisa tahu nama lengkap saya?" Ana mencoba bertanya dengan sedikit gugup.
"Aku tau dari orang-orang ku." Jawab papi Sean. Jelas saja papi Sean mengetahui nama Ana, waktu mendengar Sean pergi ke mall dengan wanita, papi Erwin langsung saja meminta anak buahnya untuk menyelidiki semua asal usulnya.
Ana hanya diam saja. la merasa gugup hingga meremas ujung bajunya sedari tadi.
"Tenanglah, nak. Jangan gugup," sahut mami Ana melihat Ana yang menunduk sedari tadi.
"Kami adalah mami dan papi Sean, grandpa dan grandma nya Diva. Kami hanya ingin mengenal dirimu lebih dekat." Sambung maminya Sean.
"Senang bisa mengenal anda nyonya, tuan." Ucap Ana sopan.
"Aku mendengar cerita Diva tentangmu. Hanya denganmu Diva bisa dekat, selama ini ia hanya diam setelah mama dan papanya meninggal."
"Bagaimana Sean terhadapmu selama ini?" Tanya mami Sean.
"Tuan Sean baik, tegas. Meskipun sikapnya yang sangat dingin," jawab Ana jujur.
"Hahaha... kau sangat jujur, nak." Sahut papi Sean
mendengar jawaban Ana.
"Dia memang sangat dingin, bahkan dengan kami saja dingin seperti es. Dia juga sulit sekali untuk di dekati, apa lagi dengan wanita. Dia sepertinya sangat menghindar." Imbuh papi Sean.
"Tapi, sepertinya dia mulai terbuka denganmu, nak. Jika memang itu benar, kami sebagai orang tua juga merasakan senang." Tutur mami Sean.
Ana menanggapi itu dengan senyuman. Ia bingung harus mengatakan apa, karena ini pertama kalinya Ana bertemu dengan keluarga yang sangat berpengaruh se Eropa itu.
Mereka pun berbincang-bincang dengan cukup lama. Ana pun juga mulai akrab dengan kedua orang tua Ana,
Kedua orang tua Sean pun menyukai sikap Ana yang begitu sopan padanya.
Roma, Italia.
Saat ini, Sean sudah sampai di hotel mewah yang sudah ia booking sebelumnya.
Perjalanan dari Berlin menuju Roma tidaklah memakan waktu lama menggunakan jalur udara. Hanya sekitar 1-2 jam saja.
Sean memutuskan untuk bertemu teman bisnisnya hari ini. Acara lelang yang di selenggarakan itu baru di laksanakan besok.
Sean segera bergegas menuju tempat yang di gunakan untuk bertemu dengan koleganya.
Sean menuju tempat itu dengan menggunakan mobil yang ia sewa di sana.
Sesampainya di tempat tujuan, Sean segera masuk ke dalam dan menanyakan pada salah satu karyawan di sana.
"Dengan tuan Alvin." Ucap Sean pada karyawan di sana dengan dinginnya. Sean pun di antarkan untuk menuju ruang VIP.
"Selamat datang, tuan William." Ucap tuan Alvin menyambut kedatangan Sean. Keduanya saling berjabat tangan.
"Mari kita duduk," ajaknya pada Sean. Karyawan di sana segera hidangan yang sudah di pesan tadi oleh tuan Alvin.
"Mari kita makan terlebih dahulu. Setelah itu kita berbincang-bincang." Ajaknya pada Sean. Mereka menikmati makanan khas dari kota roma tersebut.
setelah 30 menit, mereka pun selesai.
"Bagiamana dengan perusahaan anda, tuan William?" Tanya tuan Alvin.
"Seperti biasa tuan Alvin. Tidak ada kendala apapun."
"Anda memang tak tertandingi tuan, saya pun puas kerjasama dengan anda."
"Semoga kita bisa terus bekerjasama dan saling menguntungkan tuan." Jawab Sean tersenyum tipis.
"Aku juga berencana memesan senjata lagi darimu, tuan William. Aku ingin keluaran terbaru yang baru saja anda luncurkan."
Selain bekerjasama dalam perusahaan, mereka juga bekerjasama di dunia bawah. Sudah cukup lama tuan Alvin Bekerjasama dengan mafia milik Sean. Kerjasama di antara mereka terbilang cukup baik. Mereka juga saling menguntungkan satu sama lain.
"Silahkan, tuan. Dengan senang hati kami akan menerimanya. Dan aku menjamin jika anda akan menyukai kali ini," jawab Sean.
"Hahaha... aku selalu menyukai dengan produk yang anda dan mafia anda hasilkan, tuan William. Semuanya berkualitas," jawabnya.
"Setelah acara pelelangan besok, aku berencana datang ke tempatmu, tuan William." Imbuhnya lagi.
"Silahkan, tuan Alvin. Kami akan menyambut mu dengan senang hati," jawab Sean. Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka cukup lama.
Malam harinya...
Kediaman William....
"Pi, mami berencana mau menjodohkan Sean dengan Ana." Ucap mami Sean.
"Papi ngikut saja, mi. Tapi, kita juga harus berbicara ini terlebih dahulu pada Sean. Kalau Sean tidak mau, jangan paksakan." Jawab papi Erwin.
"Sepertinya, Sean tidak akan menolaknya, pi. Kau lihat sendiri bukan, Ana sangat dekat pada diva. Diva juga mengatakan waktu mereka dari mall, Sean sempat melamun malam harinya. Kayaknya, hati Sean mulai terbuka untuk Ana." Jelas mami Sean.
"Nanti kita bahas lagi saat Sean sudah kembali dari
Itali."
"Tapi, papi setuju kan jika Sean dengan Ana?"
"Papi tidak pernah melarang Sean dengan siapapun, mi. Selagi orang itu memiliki tata krama yang baik, dan yang terpenting bisa menyayangi Diva. Diva masih butuh kasih sayang kedua orang tuanya."
Papi Sean juga sudah membaca dan mendengar semua laporan mengenai Ana. Ia juga sudah melihat bagaiman sikap Ana terhadap keluarganya dan cucunya, diva.
Sedangkan di sisi Ana...
la masih tidak menyangka bisa berkenalan dengan keluarga Sean yang sangat berpengaruh itu. Ana juga merasa senang di sana, ia di perlakukan sangat baik dan lebih di hargai.
Awalnya Ana takut jika dirinya akan di caci maki dan di perlakukan buruk seperti yang di lakukan oleh keluarga bibinya. Namun, itu hanya ketakutan Ana. Semua itu tidak terjadi, keluarga Sean sangat baik padanya. Mereka tidak memandang kasta seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments