Keesokan harinya...
"Pergi kau dari sini. Dasar tidak tau di untung, susah-susah kami merawatmu, kau malah mencuri." Usir bibi dengan kasar.
"Bibi... percaya pada Ana bi. Ana tidak mecuri kalung itu ,"Anara memohon pada bibinya.
Lita tersenyum puas karen ia berhasil mengyingkirkan Anara di rumah itu. Setelah pulang dari club, Lita semalam masuk kedalam kamar Anara dan menaruh kalungnya di sana. Paginya, ia mengadu jika Anara lah yang sudah mengambilnya.
"Pergi kau. Aku sudah tidak sudi lagi melihatmu," sentak sang bibi.
"Hikss... hikss... tapi Ana tidak pernah mengambil kalung itu bibi," Anara menangis sesenggukan.
"Lalu kalung ini bisa berjalan sendiri ke kamarmu begitu?" Lita membentak Anara dengan mata melotot.
Anara hanya bisa tertunduk menangis. la meratapi nasibnya yang begitu malang, keluarga satu-satunya yang ia punya telah mengusirnya.
Tak lama kemudian pria tampan menghampiri rumah keluarga bibinya.
"Selamat siang, tante." Sapanya pada bibi Anara
Anara yang mendengar suara familiar itu mendongakkan kepalanya untuk memastikan siapa yang datang.
"Andi..." gumam Anara kaget.
"Hai sayang. Kau sudah datang," Lita menggait tangan Andi dengan mesra.
Anara kaget melihat kenyataan yang ada di depan matanya.
"Sejak kapan kalian dekat?" Tanya Anara.
"Kami, kami berpacaran sudah 1 bulan. Mulai sekarang aku dan kamu sudah tidak ada hubungan Ana." Jawab Andi yang membuat Anara semakin kaget.
"Ini tidak mungkin," gumam Anara menggelengkan kepala karena tidak percaya.
Andi adalah kekasih dari Anara. Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun. Namun, kenyataan pahit ia terima hari ini. Pria yang selama ini menjadi sandarannya telah berselingkuh dengan kakak sepupunya sendiri.
Lita tersenyum sinis melihat Anaraa. Lita selama ini iri dengan Anara karena bisa mendapatkan pria setampan dan kaya seperti Andi. Anara juga cukup terkenal semasa mereka SMA karena keramahan dan kepintarannya.
Lita selalu mendekati Andi dan menjelek-jelekkan Anara agar Andi bisa menjadi miliknya.
Keinginannya sekarang sudah tercapai. Ia sudah membuat Anara di tinggalkan kekasihnya dan di usir dari rumah.
"Tunggu apa lagi kau. Pergi dari sini," sentak bibi lagi.
"Bibi... biarkan ana mengambil barang-barang Ana dulu ."Ucap Anara lirih.
"Yasudah cepat. Aku sudah tidak sudi melihatmu berlama-lama disini."
Anar pun memasukkan barang-barang penting miliknya dan beberapa peninggalan dari mama dan papanya. Tidak lupa juga dengan ponsel usang miliknya. la sedari tadi melap air matanya yang tidak bisa berhenti.
"Aku harus pergi kemana lagi? Hiks... hiks..." lirih Anara.
Tak lama kemudian Anara turun ke bawah dan berpamitan pada keluarga bibinya. Ia tidak ingin mendapat omelan dan kata-kata kasar lagi dari kakak sepupu dan bibinya..
Anara pun berpamitan pada keluarga bibinya dengan langkah gontai.
Anara terus menyusuri jalan entah harus kemana ia sekarang. la merasa takdir tidak pernah memihaknya, ia selalu mendapat perlakuan buruk dari keluarga bibinya. Dan sekarang, ia di usir karena di tuduh sudah mencuri kalung milik Lita.
Di tambah lagi, kekasih yang menjadi sandarannya selama ini juga mengkhianatinya. Lebih sakit lagi, dia berselingkuh dengan kakak sepupunya sendiri. Bagai jatuh tertimpa tangga, hatinya merasa sangat sedih karena tidak ada lagi orang yang berada di sisinya saat ini.
Anara memutuskan untuk beristirahat sejenak di kedai es yang ada di pinggir jalan. Ia memesan 1 es jeruk untuknya.
"Aku harus kemana sekarang?" Gumam Anara setelah meneguk es miliknya. Ia memandang jalanan kota Berlin yang begitu ramai orang berlalu lalang.
Cukup lama Anara berdiam di sana, ia pun membayar es miliknya dan melanjutkan perjalanan.
Anara pun memutuskan untuk mencari kos-kosan atau kontrakan kecil untuk dirinya tinggal mulai dari sekarang.
"Uang tabunganku hanya ada 2 juta, apa bisa cukup ya?" Gumam Anara.
Lama Ana berkeliling, akhirnya ia mendapat tempat tinggal yang bisa terbilang murah dan layak.
"Ini kuncinya, nona. Semoga betah ya disini, biar ibu juga ada temannya nanti," ucap pemilik rumah sewa itu sambil bercanda dengan Ana.
"Terima kasih banyak ya, bu."
"Kalau ada apa-apa bilang saja ya," ujar ibu itu lagi. Ana tersenyum senang karena ia bisa menemukan tempat tinggal dan juga pemiliknya yang sangat ramah.
Ana pun masuk ke dalam untuk membersihkan dan menata barang-barang yang ia bawa.
"Hufft..." helaan nafas Ana setelah membereskan semuanya.
"Aku harus bersemangat lagi, aku harus mencari pekerjaan agar aku bisa bertahan," gumam Ana menyemangati dirinya.
Perasaannya tentu saja sedih saat ini, tapi Ana mencoba untuk terus kuat dan berjuang. Ana sudah terbiasa mendapat perilaku buruk seperti itu. Mulai Sekarang, Ana ingin membuktikan jika dirinya bisa.
Ana bertekad kuat untuk memperbaiki nasibnya agar lebih baik lagi.
Baru saja ia merebahkan dirinya di atas kasur, ponsel miliknya berbunyi menandakan jika itu ada pesan masuk untuknya.
Tiing...
Ana mengambil ponselnya dan melihat siapa yang telah mengirim pesan padanya.
Ana membuka pesan yang itu. Ia membaca perlahan-lahan.
"Waah... ini sangat bagus sekali. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku harus berusaha keras." Wajah Ana seketika merasa bahagia dan kembali bersemangat. Kesedihan yang ia alami tadi terlupakan karena melihat pesan masuk yang berada di ponselnya.
Pesan itu berisikan panggilan interview untuknya. Ana mengirim surat lamaran ke perusahaan ternama beberapa hari yang lalu saat melihat pengumuman lowongan pekerjaan.
Dan keberuntungan itu sepertinya memihaknya sekarang, ia pun tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depannya..
Malam harinya...
Di kediaman keluarga Litaa...
Keluarga itu terlihat sangat bahagia setelah kepergian Ana dari rumah mereka. Mereka tertawa dan menikmati makanan tanpa memikirkan keadaan bagaimana Ana saat ini di luar sana.
"Kira-kira gimana Ana sekarang?" Ucap Lita di
selah-selah canda tawa mereka.
"Buat apa sih mikirin parasit seperti dia?" Sahut mama Litaa.
"Gitu-gitu juga keponakan kamu, ma?" Ujar papa
Lita.
"Cihh... malas sekali aku. Tidak sudi aku mempunyai keponakan seperti dia." Sinis mama Lita.
"Sepertinya kalian sangat tidak suka dengan Anara?" Ucap sang papa.
"Kayak kamu tidak aja pa." Ketus mama Lita menyahuti ucapan suaminya.
"Aku sedari dulu tidak suka dengannya. Dia selalu menjadi unggul dari pada aku. Dia selalu mendapat apa yang aku inginkan, terutama Andi. Dan sekarang, aku sangat senang Andi bisa bersamaku." Sahut Lita.
Entah apa yang membuat mereka hingga sangat membenci Ana. Padahal Ana tidak pernah membuat mereka repot sama sekali.
Sedangkan di sisi Ana...
la selesai menyetrika baju yang akan di bawa untuk interview besok. Wajahnya tersenyum tidak hentinya sedari tadi.
"Aku akan berusaha semampuku. Semoga aku bisa berhasil nanti." Gumam Ana menjereng bajunya yang selesai di setrika.
"Ini adalah kesempatan emas buatku untuk bisa masuk di perusahaan terbesar itu." sambung Ana.
"Sebaiknya aku tidur. Aku tidak ingin besok terlambat." la pun melangkahkan kakinya menuju kasur dan tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Dewi Nurlela
apa anara interview diperusahaan sean
2023-08-23
1
Cokelatcaca🌼
semangat up ka, mampir iya😊
2023-02-09
2