Kriling...
Kriing....
Belum lama Sean terpejam, suara ponsel di atas nakarnya berbunyi. Ia pun segera mengambil dan menjauhkan dari Anna agar tidak terbangun nanti.
Di lihatnya nama yang tertera di layar itu, Sean pun menggeser ke tombol hijau.
"Ada apa?" Tanya Sean dingin.
"Maaf tuan, markas di serang." Ucap orang di
seberang sana. Wajah Sean seketika berubah menyeramkan. "Aku akan ke sana." Sean pun mematikan ponselnya.
la segera berganti dengan pakaiannya yang serba hitam. Sebelum pergi, Sean memandang Ana yang tertidur sejenak dan terukir senyuman di wajahnya. Tak perlu berlama-lama Sean pun segera bergegas karena anggotanya membutuhkan dirinya.
Sean mengendarai mobilnya membelah jalanan di tengah malam.
Di markas Kingdom...
Dor...
Dor...
Anak buah Sean saling beradu tembak dengan lawan.
Salah satu dari musuh melempar bom kearah gedung markas milik Sean.
Boom...
Gedung itu pun retak karena terkena ledakan bom yang dilempar oleh pihak musuh. Beberapa anak buah. Sean juga terimbas dengan ledakan bom tersebut.
Untung saja gedung markas milik Sean itu sudah di desain khusus hingga tidak mudah runtuh dengan ledakan bom.
"****." Umpat Riko melihat gedung markas itu retak.
"Serang mereka tanpa henti." Perintah Riko pada
yang lainnya.
Anak buah milik Sean pun menyerang mereka semua tanpa ampun.
Tak lama kemudian, Sean tiba di markasnya. Mobil yang ia kendarai di letakkan sedikit jauh dari markas miliknya. Sea pun turun dari mobil dan segera bergabung membantu anak buahnya.
Dor...
Dor...
Dor...
Sean memberondong peluru kepada musuh yang menyerang markasnya. Sean tidak akan membiarkan musuhnya itu menang.
Dor...
Dor...
Dor...
Banyak dari mereka yang tumbang karena serangan
dari Sean.
Bugh..
Bugh...
Mereka menyerang Sean dengan tangan kosong. Sean segera menampik pukulan dari mereka.
Sret...
Sean terkena sayatan di bahu kirinya. Darah segar
mengalir akibat sayatan yang di dapatkan tadi.
Bugh...
Bugh..
Sean langsung menghantam orang itu dengan pukulan yang sangat keras. Hingga orang itupun terkapar karena pukulan dari Sean.
1 jam kemudian kemudian musuh yang menyerang markas Sean tumbang tak tersisa.
Riko, selaku tangan kanannya kanan Sean di markas pun mendekat dan membungkukkan sedikit badannya.
"Siapa mereka?" Tanya Sean dengan tatapan dinginnya.
"Mereka dari Hell Devil, tuan." Jawab Riko.
"Mereka lagi mereka lagi." Sorot mata Sean terlihat sangat tajam.
Hell Devil merupakan musuh bebuyutan Sean. Sedari dulu, Hell Devil selalu ingin merebut wilayah yang
kuasai Seam karena luasnya wilayah itu.
"Serang kembali mereka. Habisi tanpa sisa lalu ambil alih wilayah mereka." Perintah Sean pada anak buahnya.
"Aku akan kembali terlebih dahulu. Benahi markas yang terkena ledakan." Perintahnnya lagi.
"Tapi, anda terluka. Apa tidak sebaiknya di obati dulu."Ucap Riko melihat luka pada bahu kiri Sean.
"Tidak perlu, ini hanya luka kecil. Aku takut Ana terbangun dan mencariku." Sean melangkahkan kakinya menuju mobilnya tadi.
Riko yang mendapat perintah dari Sean tadi segera bergegas dan mengajak sebagian anggota yang berada di markas.
Dia sangat semangat jika berurusan dalam hal penyerangan.
"Sean... luka apa ini?" Tanya Ana melihat luka pada bahu kiri Sean. Ia terlihat sedikit cemas.
Saat ini Sean mengenakan kaos pendek, ia lupa jika di bahu kirinya mendapat sayatan tadi.
Saat ini Sean mengenakan kaos pendek, ia lupa jika di bahu kirinya mendapat sayatan tadi.
"Tidak apa-apa. Ini aku kegores di kamar mandi tadi." Jawab Sean berbohong.
"Kegores apa? Di kamar mandi tidak ada benda tajam." Ujar Ana.
"Apa kau cemas?" Tanya Sean sedikit menggoda An.
"Tentu saja aku merasa cemas, kau adalah suamiku. Aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu." Terang Ana.
"Kau bilang apa tadi? Coba ulangi?" Goda Sean
setelah mendengar kata suamiku dari mulut Ana.
Hatinya merasa berbunga-bunga mendengar kata itu
pertama kalinya dari Ana.
"Memangnya aku bilang apa?" Ana mengernyitkan sebelah alisnya.
"Tidak apa. Lupakan." Kata Sean cuek. Ana di buat bingung dengan tingkah Sean barusan.
"Tidak pergi ke kantor?" Tanya Ana melihat Sean menyalahkan TV besar yang berada di kamarnya.
"Tidak. Aku ingin beristirahat hari ini." Jawab Sean melihat tayangan berita.
"Kemarilah, temani aku." Panggil Sean. Ana hanya diam dan menurut.
"Apa yang kau rasakan saat ini padaku?" Tanya Sean pada Ana.
"Maksudnya?" Tanya Ana bingung.
Sean menghela nafasnya kasar. "Apa kau belum mencintaiku?" Tanya Sean lagi. Ana terdiam sejenak menjawab pertanyaan Sean.
"Entahlah, aku tidak tau. Tapi, aku merasa jika dirimu selalu melindungiku." Jawab Ana jujur. Setelah ia menikah dengan Sean, ia merasa jika Sean selalu melindungi dan menjaganya. Bahkan Sean juga sering melarangnya untuk tidak bekerja lagi.
"Lalu?" Pandangan Sean tertuju pada Ana. Kedua matanya bertemu dengan manik milik Ana.
la melihat jika terdapat banyak kasih sayang dan
ketulusan yang dimiliki oleh Ana.
"Entahlah, aku juga bingung.” Jawab Ana lagi.
Sean manggut-manggut lalu pandangannya kembali fokus pada TV yang ada di depannya.
"Aku akan menunggumu mengatakan cinta padaku." Ujar Sean dengan pandangan lurus ke depan.
"Terkadang, cinta itu tidak perlu diungkapkan. Coba lihat saja bagaimana sikap dan perlakuannya padamu jika seseorang itu mencintaimu. Banyak di luaran sana mengatakan kata Cinta tapi tidak pernah menunjukkan sikap dan perlakuannya pada kita." Jelas Ana pada Sean.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Ana,
banyak yang mengatakan kata cinta tapi tidak dengan sikap dan perlakuannya yang di tunjukkan. Terkadang, sikap dan perlakuannya berbanding terbalik dengan apa yang di katakan.
"Sepertinya, kau faham sekali akan itu." Imbuh Sean mendengar penjelasan dari Ana.
"Karena memang itu kenyatannya." Sean hanya
manggut-manggu saja.
Sean pun memilih bersandar di bahu Ana tanpa aba-aba. Ana di buat kaget dengan sikap Sean.
"Ada apa? Apa kau sakit?"
"Tidak apa. Biarkan saja seperti ini. Aku mengantuk." Ujar Sean. Ia merasa sedikit penat karena melakukan baku hantam dan baku tembak tadi.
"Apa kau tidak tidur semalam?"
"Tidak, aku hanya tidur sebentar karena ada hal yang aku urus." Jawab Sean.
"Memangnya apa? Tidak seperti biasanya kau terlalu begadang?" Tanya Ana lagi. Selama ia menikah dengan Sean, ia tidak pernah melihat jika Sean begadang terlalu larut.
"Urusan mendadak dari James semalam." Jawab Sean berbohong. Tidak mungkin jika ia mengatakan jika semalam ia melakukan baku hantam dan baku tembak dengan musuhnya.
"Lalu, kenapa kau tidak hadir hari ini jika ada hal penting?'
"James yang sudah menggantikanku. Aku ingin beristirahat hari ini."
"Sudah diamlah, aku ingin tidur sebentar." Titah Sean. Ana hanya diam dan membiarkan Sean untuk tidur di bahunya.
Tidak lama kemudian, Sean tertidur di bahu Ana dengan nyamannya. Entah memang dia yang merasa kantuk berat atau hanya alibinya untuk bisa bermanja dengan Ana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
sean aku padamu
2024-03-11
0