Sesuai dengan apa yang di ucapkan daddy-nya tadi, Jesica segera menuju ke perusahaan di mana Sean berada saat ini.
Waktu yang pas untuknya datang, karena bertepatan dengan waktu makan siang. Jesica datang kesana membawa bekal untuk Sean, siapa tahu Sean bisa kembali luluh. Pikirnya.
Pintu terbuka menunjukkan siapa yang berdiri di ambang pintu. Sean menoleh kearah pintu, lalu beralih ke arah lain setelah melihat siapa orang itu.
"Sean, aku bawakan makan siang untukmu." Ucapnya sambil menata makanan yang ia bawa tadi.
Sean tidak menyahuti perkataan Jesica, Jesica di buat kesal akan hal itu. Namun, ia harus bisa mengontrol emosinya agar bisa membujuk Sean.
Jesica mencoba mendekat ke arah Sean. "Sean... aku minta maaf padamu. Aku tidak sengaja soal kemarin," ujarnya dengan menunduk. la mencoba membuat wajah yang sedikit memelas, agar Sean percaya.
"Sean..." ucapnya lagi mencoba meraih tangan Sean.
Sean yang mengetahui gerak gerik Jesica segera menjauh.
"Bukankah aku sudah bilang padamu, jangan tampakkan dirimu lagi di depanku." Sentak Sean dengan sorot mata yang menunjukkan kemarahan.
"Sean... aku tidak sengaja kemarin. Maafkan aku Sean." Bujuk Jesica.
"Apa kau kira aku bodoh? Apa kau kira aku tidak mengetahui semuanya apa yang sudah kau lakukan pada Diva?"
"Pergi sekarang, atau aku memanggil orang untuk menyeretmu keluar dari sini." Usir Sean pada Jesica.
Sean tidak akan pandang bulu siapapun itu, entah perempuan atau laki-laki. Jika sudah membuatnya tersinggung, ia tak segan-segan akan membuat orang itu menanggung akibatnya. Namun, untuk Jesica Sean masih berfikir dua kali. Karena ia merupakan anak dari teman dekat papinya. Tapi jika Jesica berbuat tidak-tidak lagi, maka Sean tidak akan berfikir lagi melakukan sesuatu yang membuat Jesica jera.
"Sean, tolong maafkan aku. Aku janji akan terus menyayangi Diva. Aku janji akan meminta maaf pada Diva dan memperbaiki sikapku." Jesica memohon tanpa hentinya.
"Keluar dari ruanganku. Aku tidak perlu omong kosongmu," usir Sean lagi. Ia memandang ramainya jalanan kota dari ruangannya. Tapi, Jesica masih kekeh untuk merengek pada Sean. la rela menjatuhkan harga dirinya agar Sean bisa luluh dan menjadi miliknya nanti.
"Sean, maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi," Jesica memeluk Sean dari belakang dengan erat.
"Lepas." Sentak Sean membuka kasar pelukan Jesica.
"Jangan pernah kau sekali-kali menyentuhku. Pergi dari sini, sebelum aku menembak kepalamu." Bentak Sean berbalik kearah Jesica.
Sean tidak pernah membiarkan siapa saja
menyentuhnya, sekalipun Jesica yang berteman dengan Sean sejak dulu.
"Tapi Sean..."
"JAMES." Teriak Sean. James yang mendengar teriakan dari sang boss pun segera datang.
"Seret wanita ini keluar. Dan jangan biarkan dia datang lagi kesini." Titah Sean tidak bisa di bantah.
James pun segera membawa Jesica untuk keluar sebelum kemarahan Sean semakin besar.
"Leppas," berontak Jesica di luar ruangan Sean..
"Maaf, nona. Sebaiknya anda pergi dan jangan kembali lagi." Ucap James pada Jesica.
"Awas kalian," Jesica melenggang pergi tidak terima dia di perlakukan seperti itu.
Di tengah-tengah perjalanan, ia melihat Diva berjalan dengan Ana dan temannya. Diva tersenyum dengan lebarnya bersama Ana.
Wajah Jessica marah melihat Diva, ia pun segera menghampiri mereka dan menyeret Diva dengan kasar.
"Aduhh... sakit kak." Rengek Diva karena cengkraman Jesica
"Ehh... nona. Apa yang anda lakukan padanya, lepaskan dia." Teriak Ana melihat Diva di perlakukan kasar.
"Jangan coba ikut campur." Jesica membentak Ana.
Ana pun menarik tangan Diva dan berdiri di depan Diva untuk melindunginya.
"Apa kau tidak tahu siapa aku? Menyingkir dari anak kecil itu."
"Aku tidak peduli siapa dirimu, kau lah yang berbuat salah. Aku tidak takut padamu, dan aku tidak akan menyingkir." Ucap Ana lantang melindungi Diva. Diva yang merasa takut terus saja sembunyi di balik tubuh Ana.
Rika yang melihat itu, mempunyai inisiatif untuk segera melaporkan pada James. Ia berlari dengan terburu-buru.
"Hoos.. hoss... maaf tuan." Ucap Rika di ambang pintu. Ia tidak sempat mengetuk pintu terlebih dahulu. Nafasnya tersengal-sengal karena berlari.
Sean dan James mengedarkan pandangannya ke arah sumber suara.
"Ada wanita yang berbuat kasar pada nona kecil," sambungnya.
Sean yang mendengar ucapan Rika seketika marah lalu melangkahkan kakinya keluar untuk menghampiri Diva.
Sedangkan di sisi Ana, semua karyawan yang melihat akan hal itu tidak berani mendekat karena mereka tahu siapa Jesica.
"Jangan ikut campur, ini urusanku dengan anak kecil itu." Jesica masih ngotot ingin menarik tangan Diva. Ana segera menepis tangan Jesica dengan kasar.
"Menyingkir," Jesica mendorong tubuh Ana dan menyeret Diva membawa pergi.
"JESICA," suara menggelegar mengagetkan siapa saja yang mendengarnya. Rahangnya mengeras dan wajahnya merah karena marah.
Ana segera mengambil Diva dan membawanya sedikit menjauh.
"Diva tidak apa-apa kan?" tanya Ana perhatian. Diva hanya menggelengkan kepalanya menjawab Ana.
"Se -Sean." Ucapnya tercekat mendengar suara Sean.
"Kau masih saja berbuat kasar pada keponakanku. Bersiaplah untuk menerima kehancuranmu," Sean terlihat benar-benar murka saat ini. Ia tidak akan membiarkan siapa saja yang berbuat kasar pada Diva merasa tenang.
"James, seret dia pergi dari sini. Aku tidak ingin melihat wajah wanita ini lagi," Titah Sean.
James pun membawa paksa Jesica untuk keluar.
Jesica terus saja memberontak dan berbicara kasar pada James. James tidak perduli dengan semua kata kasar yang di lontarkan oleh Jesica padanya.
"Diva tidak apa-apa kan?" Tanya Sean mensejajarkan tubuhnya pada Diva.
"Tidak, uncle. Tadi kak Ana menolong Diva." Jawab Diva. Sea pun mengedarkan pandangannya pada Ana. Ana hanya membalas dengan senyum manisnya.
Sean merasa ada sedikit getaran di hatinya melihat senyum manis dari Ana.
"Diva ikut uncle ya," ajak Sean pada Diva. Sean pun menggendong tubuh kecil Diva.
"Terima kasih atas bantuannya. Kembalilah bekerja," ujar Sean pada Ana lalu melenggang pergi menuju ruangan miliknya. Jarang sekali Sean mengucapkan kata itu pada siapapun. Entah mendapat dorongan dari mana ia mengatakan hal itu pada Ana.
"Waahh... ajaib Ana. Bagaimana bisa tuan Sean mengucapkan hal itu. bahkan dia tidak pernah mengucapkan kata-kata keramat itu pada siapapun." Kata Rika.
"Sudahlah, ayo kita kembali bekerja. Aku nggak mau nanti gajiku di potong," ajak Ana.
Setelah di ruangannya, Rika menanyakan kembali pada Ana.
"Ana, bagaimana bisa kamu dekat dengan keponakan kecil tuan Sean?" Tanya Rika penasaran.
"Emm... waktu itu, aku interview melihat anak kecil meminta uang pada salah satu orang yang interview untuk membeli ice cream. Dia di bentak dan di dorong dengan orang itu. Aku tidak tega melihatnya, aku pun mengajaknya untuk pergi membeli ice cream. Dari situ aku mengenalnya, aku juga baru tau kalau Diva keponakan dari pimpinan perusahaan ini." Terang Ana panjang lebar.
"Bagus itu, Ana, Siapa tau nanti unclenya juga luluh padamu." Timpal Rika.
"Kau ini ada-ada saja kalau bicara," sahut Ana.
"Ya kan namanya takdir Ana. Mana kita tau kan," cetus Rika.
"Huus... kerja woy. Jangan bergosip terus," sahut salah satu karyawan di sana yang seruangan dengan Rika dan Ana.
Ana dan Rika nyengir kuda lalu melanjutkan pekerjaan mereka.
Waktu sudah menunjukkan malam, jam kerja kantor pun usai. Semua karyawan segera beberes bersiap pulang, tak terkecuali dengan Ana.
Sedangkan di kediaman Audrey, Jesica kembali menerima kemarahan daddy-nya.
"Astaga Jesica, sebenarnya apa yang kamu lakukan lagi, hah?" Bentak daddy Wilson. Ia mulai geram dengan sikap Jesica
"Akibat ulahmu, Sean membatalkan semua kerja samanya. Daddy rugi banyak karena ulahmu itu Jesica."
Inilah yang harus mereka terima, setelah James kembali, Sean memerintahkan James untuk membatalkan kerja sama antar perusahaannya dan perusahaan milik daddy Jesica. Kali ini, Sean tidak peduli siapa orang itu. Sekali pun ia adalah teman dekat dari papinya.
"Kenapa menyalahkan Jesica sih, dad. Anak kecil itu yang salah, bukan Jesica." Elak Jesica tidak terima di salahkan.
"Kamu memang benar-benar bodoh, Jesica. Merebut hati anak kecil saja tidak beccus. Dan sekarang, kita rugi besar karena tingkah lakumu itu yang sangat sulit untuk di atur," daddy Wilson mengusap wajahnya kasar. la bingung harus bagaimana lagi mengahdapi sikap Jesica.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
lanjut
2024-03-11
0
ira rodi
bagus sean...biasanya si cowok masi tahan2 karna mengingat ayah si cewek dan ayah si cowok adalah sahabat baik....kamu sudah betul jng smpe si cewek ngelunjak....
2023-10-27
3
RistaRia
baca dulu deh Thor,.😃😃🤭
2023-09-09
0