Saat ini, Ana sudah sampai di depan gedung megah itu, Ana memandang takjub dengan kemegahan dan ketinggian dari gedung perusahaan yang cukup terkenal itu.
"Wah... megah sekali. Pasti karyawan disini orang-orang yang berbakat semua," ucap Ana memandang takjub.
William Company, ya... disinilah sekarang Ana berdiri menatap gedung tinggi itu.
"Apa aku bisa keterima ya?" Gumam Ana pelan. la pun segera masuk ke dalam gedung megah itu.
Sesampainya di dalam, ia pun duduk dengan orang-orang yang juga ingin interview.
Sesaat kemudian, anak kecil berusia 4 tahun menghampiri salah satu dari orang-orang yang datang ke sana untuk interview. Siapa lagi kalau bukan Diva.
Diva sering ikut sang uncle ke perusahaan, seperti sekarang ini.
"Kakak cantik, boleh aku minta uang. Aku ingin beli ice cream," ucap anak kecil itu sambil mengulurkan tangannya.
Orang itu memandang tidak suka pada anak kecil itu dan bersikap kasar, "eh anak kecil. Kamu kira aku ini ibumu apa, minta uang sesuka hati," bentak wanita itu.
"Sudah pergi sana," usirnya sambil mendorong tubuh Diva sedikit kasar. Diva berlalu dengan tertunduk sedih. Ana yang melihat hal itu membuatnya tidak tega dan segera memanggil nya.
"Hai adik manis, sini." Panggilnya. Diva pun berlalu kearah Ana.
"Adik manis mau beli ice cream ya?" Tanya Ana. Diva mengangguk cepat.
"Ayo kakak belikan," ajak Ana. Seketika wajah imut Diva sumringah mendengar perkataan Ana. Beda halnya dengan semua orang yang berada di situ, hanya memandang sinis pada Ana dan Diva. Ana tidak peduli cibiran dan ucapan yang di lontarkan pada orang-orang itu tadi.
Ana memang gadis yang baik dan penyayang, terutama dengan anak kecil. Dia sangat menyukai anak kecil.
Seketika Ana melupakan tujuannya ke perusahaan itu untuk apa, dia memilih untuk menemani Diva karena tidak tega.
Sesampainya di kedai ice cream....
"Adik manis mau yang rasa apa?" Tanya Ana
lembut.
"Aku mau yang rasa coklat dan vanilla kakak," jawabnya Diva.
Mereka pun duduk di kedai yang sudah di sediakan tempat untuk duduk.
"Adik manis... makannya pelan-pelan oke. Tidak ada yang merebut ice creammu," ujar Ana melihat Diva dengan mulut cemongnya karena memakan ice cream dengan lahapnya.
"Ini enak sekali kakak," jawabnya.
"Oh iya... namamu siapa? Nama kakak Anara, panggil saja kak Ana," tanya Anara dan tak lupa juga ia menyebutkan namanya.
"Namaku Diva Putri, panggil saja Diva, "jawabnya dengan mulut penuh ice cream.
"Ohh... oke Diva, apa yang kamu lakukan sendiri tadi?
Tidak baik anak kecil sendirian," tanya Ana lagi.
"Tadi aku hanya ingin jalan-jalan kakak. Uncle sangat sibuk, jadi aku jalan-jalan sendiri saja," jawab Ola jujur.
"Kakak ingin bekerja ya?" Tanyanya.
"Iya... tadinya kakak ingin interview di perusahaan itu. Tapi gak tau bisa keterima atau tidak," jawab Ana lesu.
"Uncle Diva juga bekerja di sana. Nanti Diva kenalin ya," kata Diva.
"Ehh... tidak perlu Diva," tolak Ana halus.
"Kamu cepat habiskan ya, sepertinya kakak sudah telat," ujar Ana.
Setelah ice cream yang mereka makan sudah habis, merekapun kembali ke perusahaan. Dan benar saja jika Ana sudah telat untuk interview.
"Kamu sudah tau peraturan disini bukan? Kalo saya tidak suka orang yang telat," ucapnya dengan tegas.
Ana pun menunduk ketakutan melihat sorot mata pria yang ada di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan Sean William, CEO perusahaan William Company. Tatapan intimidasinya membuat siapa saja takut, pantas saja mafia yang ia pimpin tidak terkalahkan.
"Ma-maafkan saya tuan, berikan saya kesempatan kali ini saja," ucap Ana terbata-bata karena ketakutan.
"Tidak ada kesempatan untukmu," tukasnya dengan tegas.
"Saya mohon, tuan. Kasih kesempatan untuk..." ucapan Ana terjeda mendengar suara anak kecil yang ia kenal.
"Uncle... Ana datang," teriaknya girang dan berlari ke arah Sean.
"Ya ampun Diva, kenapa bajumu kotor sekali?" Tanya Sean. Sikapnya berubah drastis melihat keponakannya datang.
Anara tersenyum melihat kehadiran Diva yang baru saja ia temui tadi.
"Oh.. hai kakak baik. Kita bertemu lagi, ini uncle Diva. Tampan kan kak?" Sapanya pada Ana. Anara hanya menanggapi dengan senyuman.
"Kau mengenalnya, Diva?" Tanya Sean pada Diva.
"Aku mengenal kakak baik ini, uncle. Dia tadi membelikanku ice cream, orang-orang tadi bersikap kasar pada Diva, tapi kak Ana baik sama Diva," ujar Diva mengadu pada Sean.
"Memangnya apa yang sudah mereka lakukan padamu, Diva?" Tanya Sean dengan tatapan yang sudah tidak bisa di artikan. Diva hanya diam tidak menjawab pertanyaan dari Sean.
"Kakak baik... maafin Diva ya. Karena Diva kakak terlambat, pasti uncle memarahi kakak cantik kan," ujar Diva dengan polosnya.
"Ehh... tidak kok Diva. Uncle Ola tidak marah sama kakak," jawab Ana. Sean menyimak keakraban pada keponakan kecilnya dan Ana. Karena tidak biasanya Diva bisa mudah akrab dengan seseorang.
"James..." teriaknya memanggil asistennya.
"Iya tuan," sahut James di depan pintu.
"Kau lihat apa yang sudah terjadi tadi di ruang tunggu para peserta interview," perintahnya dengan tegas. James pun melaksanakan perintah dari boss nya itu.
"Uncle... terima kakak Ana ya. Kakak Ana baik kok," pintah Diva. Sean menimbang-nimbang permintaan keponakan kecil nya.
"Nanti uncle pikirkan lagi ya," jawab Sean tidak mau membuat Diva kecewa. Sean selalu menuruti apa yang di inginkan oleh Diva.
Diva adalah keponakan satu-satunya yang ia sayangi. la selalu menuruti apa yang Diva mau, tapi untuk sekarang, ia harus bisa bersikap professional sesuai dengan pekerjaannya.
Sean pun menyerahkan Anara pada karyawan lainnya untuk masalah interview yang tertunda tadi, Sean memilih untuk menemani Diva.
"Uncle terima kak Ana disini ya. Kak Ana baik, kak Ana juga cocok sama uncle," bujuk Diva pada Sean.
"Apa kak Jesica tidak baik sama Diva?" Tanya Sean.
"Kalau ada uncle saja," jawab Diva ambigu. Diva mengatakan hal itu, karena ia melihat ketulusan pada diri Ana yang tidak ia temukan pada orang lain saat bersamanya.
Sean mengerutkan kening bingung. Apa maksud dari perkataan Diva? Apa Jesica hanya baik dengan Diva saat ada dirinya saja? Pikirnya.
Diva sering bersama dengan Jesica saat dirinya ke kantor, ia kira Jesica orang yang baik. Namun, mendengar jawaban dari Diva membuat Sean bertanya-tanya.
Malam harinya...
Mension pribadi Sean...
Sean termenung di ruang kerjanya memikirkan apa yang di katakana Diva tadi siang.
"Apa yang dimaksud Diva tadi? Apa memang Jesica baik sama Diva hanya ada aku saja? Jesica orang baik, mana mungkin dia bersikap jahat pada anak kecil. Tapi ucapan anak kecil tidak mungkin berbohong."
"Dan wanita itu, bagaimana bisa Diva sangat akrab dengannya. Padahal Diva sangat sulit didekati siapapun setelah kakak dan kakak ipar tidak ada, termasuk dengan mami. Tapi, begitu akrab dengan wanita tadi."
Sean bertanya pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi sang asisten.
"Halo James. Kau cari tahu semua kegiatan Jesica dengan Diva selama aku tidak bersama mereka. Dan juga, cari tahu seluk beluk wanita yang bersamaku di ruangan. tadi," perintah Sean. Ia langsung memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak.
Untuk James sendiri, dia sudah tidak kaget lagi dengan sikap dingin dari tuannya.
selamat membaca......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
Azzahro shofiya Ramadhani
iya....masak gk prnah cek cctv...piye toh mas Sean Iki....🤦🤦
2023-06-21
2
Mr.Jay H
mungkin belum d pasang atau rusak kak😅
2023-05-26
0
Della Novilia
emangnya di rumah Sean gak ada cctv apa kan orang kaya tinggal liat cctv kan gampang gak usah nyuruh asistennya segala
2023-05-26
2