Seperti biasa, Ana berangkat bekerja dengan sangat rajinnya. Banyak di antara mereka menatap sinis saat Ana datang.
"Dasar penjilat.Pasti dia hanya ingin mendekati tuan Sean." Sindir salah satu dari mereka pada Ana.
"Dasar sok baik, sok polos." Timpal mereka lagi dan masih banyak lagi.
Ana hanya membiarkan saja apa yang di ucapkan semua orang yang berada di sana. Ana hanya ingin fokus dengan apa yang dia lakukan.
Sesampainya di ruang kerja, Ana menghembuskan nafasnya kasar.
"Kenapa mukanya kucel gitu?" Tanya salah satu teman se ruangan Ana.
"Tidak kenapa-kenapa. Aku bingung saja, kenapa mereka semua tidak suka padaku ya?" Tanya Ana dengan wajah melasnya.
"Itu karena hanya kamu yang bisa dekat dengan keponakan tuan Sean selama ini. Yang sabar ya Ana, yang penting kamu tidak seperti apa yang mereka katakan." Jawabnya. Dia sangat tahu bagaimana kepribadian Ana karena sering melihat bagaimana perangai Ana saat bersama dengan rekan-rekannya.
Ana mengangguk dengan ucapan salah satu temannya. "Ehh... Rika kemana? Tumben sekali dia belum datang?" Tanya Anna saat melihat tidak ada Rika di sana. Teman Ana hanya mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.
Sedangkan di mansion keluarga William.
"Mi, Pi. Sean nitip Diva tiga hari. Sean mau ke Itali," ujar Sean pada mami dan papinya.
Hari ini Sean berencana untuk pergi ke Italia untuk acara lelang yang biasa di hadiri oleh para mafia seluruh. dunia. Sebelum ia berangkat, Sean datang ke kediaman keluarganya terlebih dahulu untuk menitipkan Diva selama ia pergi.
Tidak mungkin juga Sean membawa Diva untuk pergi bersamanya. Banyak para musuhnya yang mengincar nyawanya, ia tidak mau jika Diva menjadi incaran para musuhnya.
"Setiap hari Diva di sini juga tidak apa-apa. Ya kan Diva ?" Sahut mami Sara, maminya Sean. Diva hanya terdiam tidak menanggapi ucapan sang grandma.
'Tidak seperti bersama wanita itu' batin Sean melihat respon Diva.
"Lalu, siapa wanita bersamamu kemarin, Sean?" Tanya papi Erwin pada Sean.
"Wanita siapa yang papi maksud?" Sean mencoba mengelak dari pertanyaan sang papi.
"Jangan kira papi tidak tau. Kalian pergi ke mall kemarin dengan seorang wanita. Apa itu calon mantu papi?" Meskipun Sean bisa menjaga dirinya sendiri, memiliki anak buah yang banyak. Tapi, tetap saja papi Erwin mengawasi Sean sehari-hari. Jadi tidak mungkin jika sang papi tidak tahu mengenai hal itu.
"Itu kak Ana, grandpa. Dia sangat baik," sahut Diva mendengar pertanyaan dari sang grandpa.
"Apa Diva mengenalnya?" Tanya grandma. Diva menjawab dengan anggukan.
"Kenapa tidak kau kenalkan pada kami, Sean. Mami sudah ingin sekali mempunyai mantu dan cucu darimu. Sampai kapan kamu sendiri? Mau kamu jadi perjaka tua?" Sungut maminya Sean.
"Apa yang dikatakan oleh mami mu itu benar, Sean.
Kami sudah ingin mempunyai mantu dan cucu darimu."
Sahut papi. "Dia hanya karyawan di kantor Sean, mi, pi." Jawab
Sean dengan muka sedikit kesal.
"Mami tidak peduli itu siapa. Yang penting sikap dan tingkah lakunya baik. Bawa dia ke sini. Mami ingin bertemu dengannya."
Keluarga Sean tidak peduli jika orang itu berada atau tidaknya. Mereka lebih mengutamakan sikap dan kepribadian seseorang.
"Nanti ya, kalau Sean tidak sibuk." Jawab Sean mulai jengkel
"Secepatnya," titah mami tidak bisa di ganggu gugat.
Sean hanya bisa menghela nafasnya kasar. Mami dan papinya sudah sering sekali memintanya untuk segera menikah. Tapi, Sean masih belum memikirkan soal menikah.
Bandara...
Setelah dari mension di mana papi dan maminya tinggal, Sean sudah tiba di bandara saat ini. Dia pergi bersama beberapa anak buahnya kali ini, tentu saja untuk berjaga-jaga di Italia nanti.
Sean segera naik ke jet pribadi miliknya.
Di dalam jet tersebut, seorang pramugari datang menghampiri untuk memberikan segelas minuman dan sedikit menggoda Sean.
"Silahkan di minum tuan," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya. Sean menatap tajam ke arah pramugari itu, yang di tatap pun tidak merasa takut. Justru ia ingin sekali lagi menggoda Sean.
la mencoba memegang tangan Sean. Tapi, sebelum tangan itu menyentuh Sean, Sean sudah menarik tangannya cepat.
"Jangan sekali-kali kau menyentuhku, atau tanganmu tidak akan di tempat nya lagi." Ancam Sean dengan tatapan yang begitu menakutkan. Hingga sang pramugari itu pun merasa takut.
"M-maafkan saya, tuan." Ucapnya terbata setelah melihat sorot mata Sean yang begitu menakutkan. la pun segera melangkahkan kakinya pergi membiarkan Sean duduk dengan tenang.
Tak lama kemudian, jet itu pun segera lepas landas menuju negara yang di tuju oleh Sean
Kembali lagi di ke kediaman William...
"Diva, grandma mau nanya. Bagaimana kak Ana menurut Diva?" Tanya mami Sean yang merasa penasaran.
"Kak Ana baik, grandma. Dia selalu memasakkan makanan untuk diva, dia juga pernah membelikan ice cream untuk Diva." Jawab Diva.
"Semalam, uncle juga melamun, grandma.. Sepertinya, memikirkan kak Ana." Imbuh Diva pada sang grandma.
"Grandma jadi penasaran dengannya," ujar grandma pada Diva.
"Kita jemput kak Ana saja grandma. Ajak kak Ana bermain kesini," ucap Diva antusias. Entah kenapa baru menyebut nama Anna saja sudah membuat Diva sangat bahagia.
"Ide bagus." Ucap maminya Sean menyetujui apa yang di ucapkan oleh Diva.
"Biarkan dia bekerja dulu, mi." Sahut papi Sean.
"Udah tenang aja. Untuk itu biar mami yang urus, mami akan telfon James untuk mengijinkannya." Sarkas mami Sean.
"Huuhh... terserah mami saja." Jawabnya pasrah. Papi Erwin pun tidak bisa bertindak banyak jika mami Sean sudah turun tangan.
Mami Sara pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi James, selaku asisten Sean yang berada di kantor.
Di sisi seberang, setelah mendapat telfon dari mami Sean, James segera memanggil Ana untuk datang ke ruangannya.
Tok...
Tok..
Suara pintu di ketuk.
"Masuk," teriak James dari dalam ruangannya.
"Ada apa tuan memanggil saya?" Tanya Ana saat berada di ruang milik James
"Ada yang ingin bertemu denganmu saat makan siang nanti, aku yang akan mengantarmu ke sana." Ucap
James to the point.
"Bertemu dengan saya? Siapa itu tuan?" Tanya Ana penasaran. Jelas saja ia bingung, siapa yang ingin menemui dirinya. Keluarga saja ia sudah tidak punya.
"Nanti kau akan tau. Kembalilah keruangan mu dan selesaikan dulu pekerjaanmu." Perintah James. Ana hanya diam menurut saja apa yang di perintahkan oleh atasannya.
Ana pun kembali menuju ke ruangan kerjanya." Ada apa Ana, tumben sekali tuan James memanggilmu? Kau tidak melakukan kesalahan bukan?" Cerca Rika pada Ana.
"Tidak. Tadi tuan James bilang padaku jika ada yang ingin bertemu denganku saat makan siang nanti," jawab Ana jujur.
"Siapa?" Tanya Rika ikut merasa penasaran.
"Entahlah, aku juga tidak tau." Jawab Ana. Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing. Saat jam makan siang, sesuai dengan apa yang di ucapkan James tadi. James segera mempersilahkan Ana untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Cepatlah, nona. Jangan membuang waktuku," sarkas James saat Ana masih terdiam di luar mobil.
"Eh.. iya. Maaf tuan," Ana pun segera masuk ke dalam mobil milik James.
Di perjalanan, Ana yang merasa penasaran pun bertanya pada James. "Tuan... memangnya sebenarnya siapa yang ingin bertemu dengan saya?" Tanyanya pada James.
"Nyonya besar," jawab James singkat.
"Nyonya besar? Siapa itu?" Tanya Ana lagi. James diam tidak menjawab pertanyaan dari Ana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 321 Episodes
Comments
epifania rendo
ny besar
2024-03-11
0
triana 13
cinta beda kasta mampir lagi
2023-03-07
6