Godaan

...Nyariin Kaesang yah? hehe ada aja emang gangguan nulis cerita ini.......

Hari demi hari terlewati, demi hubungan yang dibina secara diam-diam, Kaesang rela pulang pergi Jakarta Bandung, tentunya di celah kegiatan sibuk.

Perselingkuhan, mungkin itu definisi dari cinta sembunyi-sembunyi Luna dan Kaesang.

Jujur saja, Kaesang belum cukup nyali untuk bicara pada sang Ayah terkait hubungannya bersama Laluna.

Di satu bulan yang telah berselang, begitu banyak cerita yang Luna lalui di sela-sela kegiatannya merawat Lira sang Kakak.

Terkadang Luna tidur sendiri di dalam kamar yang luasnya seluas rumah tinggalnya di Surabaya.

Tak jarang pula Luna harus tidur bersama Kaesang meski di ranjang yang berbeda.

Berkat kesabaran dan ketelatenan yang Luna miliki, Kabar baik pun terdengar di telinganya.

Lira yang mendapatkan penanganan dan dukungan khusus dari Luna, sekarang wanita cantik itu mulai menunjukkan tanda-tanda kepulihan.

Setiap pagi, siang, sore, Luna ke kamar Lira demi memberikan treatment pengobatan yang cukup baik terhadap saudaranya.

Malamnya, Luna harus kembali ke kamar Kaesang, sebab memang di sanalah tempat tinggalnya sekarang.

Bersyukur, Mike tak pernah curiga meski beberapa kali mereka terlibat pertemuan di ruangan yang sama.

Beruntung, dokter Anelka selalu menjadi tameng bagi Luna, ketika terjadi kejanggalan kecil di hadapan Mike.

Masker ala medis lah, yang menjadi alasan Luna bisa mengecoh suami tidak sahnya.

Seperti biasanya, malam ini Luna berada di kamar milik Lira, agaknya Mike masih di jalan dengan hiruk pikuk kemacetan.

Dari sore tadi Mike tak ada nampak di hotel R-build group ini. Lupakan saja lelaki itu, Luna justru senang karena dengan begitu ia bebas berkomunikasi dengan kakaknya.

Sejauh ini kondisi Lira mulai membaik, Lira juga sudah bisa menatap Luna, secara bertahap dokter Anelka memperkenalkan Luna pada Lira.

Bahagianya lagi adalah, meski belum bisa menggerakkan satu pun bagian tubuhnya, Lira sudah bisa tersenyum pada Luna.

Lira masih perlu rangkaian terapi untuk bisa bergerak semula. Mungkin takkan cepat prosesnya tapi Luna yakin Lira akan sembuh.

"Kak Lira, Luna pergi dulu ya, besok pagi, sebelum Mike bangun, Luna besuk Kakak lagi," pamit Luna.

Lira mengedipkan mata pelan, sebagai tanda bahwa wanita itu setuju dan paham apa yang Luna bicarakan.

Luna tersenyum. "Cepat sembuh ya. Secepatnya Luna bawa Kakak menemui Mama," ujarnya.

Lira terdiam muram, seperti tidak setuju dengan usulan adiknya. Luna sempat mencerna apa yang sedang Lira ekspresikan.

Kenapa setiap Luna membicarakan soal pergi dari tempat ini, Lira seolah bersedih.

"Ya sudah, Kak Lira istirahat saja dulu, Luna harus pulang," pamitnya lagi. Luna mengecup kening Lira sebelum benar-benar pergi dari kamar tersebut.

...----------------...

Malam pun berakhir untuk hari ini. Pagi ibarat penawar setelah kelamnya malam memberikan dekapan menidurkan.

Embun yang menetes lembut seiring dengan terbitnya senyum manis seorang pemuda.

Terbaring miring di atas ranjang, Kaesang terdiam suka menatap pejaman netra sang perempuan.

Laluna masih terlelap pulas, dan setiap kali Kaesang menginap di Bandung, semalaman mata gadis itu tak mau pejam.

Luna takut menjadi santapan malam bagi sang predator muda nun tampan.

Polos ayu wajah cantik Laluna, jutek yang biasanya Kaesang lihat, kini tak nampak di retinanya.

"Cantik," puji Kaesang. Suara berat pujaan yang rupanya berhasil mengernyitkan dahi milik sang wanita.

Belum cukup lama Luna mengerut kulit-kulit di keningnya, mata bulat itu tiba-tiba membesar sempurna. "Aaaa!" teriaknya.

Bugh....

Satu tendangan bebas terarah lurus pada perut kotak-kotak Kaesang. Telak, Kaesang terjatuh ke dasar lantai.

"Aw!" Kaesang meringis bahkan menggeliat lemah di atas permukaan marmernya. "Ya Tuhan Yank, kau," lenguhnya lengar.

Wajah Luna yang tadinya murka kini merasa bersalah mendapati ekspresi kesakitan pemuda itu.

"Lagian ngapain kamu tidur di ranjang?" ketus Luna, ia bangkit dari tempatnya, berjongkok meraih tubuh remuk redam Kaesang.

"Aku nggak tidur, aku baring di ranjang cuma pengen liat kamu tidur!" catuk Kaesang, wajah masih meringis kesakitan.

"Ngapain?" kernyit Luna.

"Sebagai lelaki yang bertanggung jawab, aku berhak menjaga mu."

"Uuueg," Luna mendadak meluah. "Jangan membuat ku mual pagi-pagi begini," katanya.

Kaesang menyengir. "Belum aku apa-apain, jangan mual dulu, kita bikin dulu baru ngidam," godanya.

"Kau," melotot Luna, pikiran pemuda ini benar benar mind blowing sekali.

"Messum!" Geram, Luna mengarahkan tepukan keras pada perut kotak-kotak kekasihnya.

"Aw, sakit Luna!" teriak Kaesang.

"Makanya bangun!" pekik Luna.

Kaesang kembali menyengir. "Sudah bangun dari subuh, cuma belum ada yang ngeluarin ajah," ujarnya ambigu.

"Apaan sih!" Dengan segenap kekesalan yang ada, Luna bangkit dan menendang kecil kaki Kaesang. "Pembahasannya selalu aneh-aneh, messum!"

Kaesang menepis. "Jangan coba coba menganiaya ku Luna, gimana kalo pewaris R-build group lumpuh hah?" tanyanya.

"Nggak usah drama!" sambung Luna.

Kaesang mencoba bangkit, lalu Luna kembali berjongkok demi membantu dan mendudukkannya pada sisi ranjang.

Melihat rengekan kecil Kaesang, segera Luna periksa punggung pemuda itu dengan sedikit menyingkap piyamanya. "Ya ampun, lebam."

"Sebentar," ucap Luna lagi, gadis itu berlari menuju kamar mandi. Kaesang menyengir melihat kepedulian kekasihnya.

Tak lama Luna kembali membawa waslap beserta air dingin di mangkuk keemasan yang biasanya ditemukan di kamar mandi.

Seolah tahu apa hal yang akan Luna lakukan, Kaesang membuka piyamanya, menyisakan satu celana tidurnya saja.

Luna sempat terkesima dengan panorama itu, di mana perut kotak-kotak dan dada bidang Kaesang dihiasi bulu-bulu lembut.

Menggeleng cepat, Luna berusaha menafikan gejolaknya. "Sementara aku kompres dulu lebamnya, tapi setelah ini kamu perlu minyak atau salep pereda memar, nanti minta ke asisten asisten mu."

"Hmm," angguk Kaesang. Secara pelan-pelan Luna mulai mengompres punggung pemuda itu.

"Ahh, ahh," Kaesang melenguh meringis Luna masih terlihat biasa saja, tapi lama semakin lama, desah Kaesang kian menggila. "Ahh ahh ahh, Ough Sayang!"

Plakk....

"Aw!" Kaesang berteriak. Kembali ia menoleh pada wanita yang baru saja memukul lukanya. "It hurts, Luna!" pekiknya.

"Bisa diam saja tidak? Sadar nggak, kamu tuh over suara Kaes!" tukas Luna kesal. "Ngapain pake desah desah gitu?"

Kaesang terkikik geli menanggapi kata kata protes Luna. "Kenapa? Kamu terganggu dengan desah ku hmm?" tanyanya.

Setaraf lagi Kaesang mendekati wajah Laluna kasih yang kian memerah, terlihat pula bulu-bulu kuduk gadis itu terangkat.

"Kenapa, Sayang merinding? Apa mau gantian saja, biar kamu yang desah," bisik Kaesang. Tangan nakalnya meraih pinggang ramping Luna dan segera ditepis.

"Mimpi sanah!" ketus Luna, kemudian pergi meninggalkan godaan laknat pemuda itu.

Kaesang tergelak, rona merah di wajah Luna cukup menghiburnya. "Ya Tuhan, manisnya perempuan ku," gumamnya.

Dukungannya dengan like saja pun tak apa, terlebih dengan vote dan bunga, juga komentar terbaiknya, see you next episode.

Terpopuler

Comments

Dewi Soraya

Dewi Soraya

y ampun sweet bngt

2024-05-14

0

Miss Typo

Miss Typo

jatuh cinta berjuta rasanya 🎤
Kaesang dah bener² dah gila karna Luna 😁

2024-01-24

3

Pragya Ayundari

Pragya Ayundari

heh /Facepalm/

2023-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!