Jam saku

Tanpa istri pertama Mike, sepasang suami istri yang baru saja menikah itu melakukan ritual sarapan paginya.

Luna sempat bertanya, kenapa Lanie sang istri pertama tidak diajak sarapan pagi bersama? Lantas Mike bilang Lanie terbiasa sarapan sendiri.

Luna juga bertanya apa yang membuat Mike begitu menginginkannya? Sebab baru dua hari mereka bertemu, Mike rela menukarnya dengan puluhan koper uang dollar.

Mike bercerita pada akhirnya, yah Luna mengingatkan Mike pada seseorang yang pernah Mike sayangi.

Gadis pertama yang berhasil membuat Mike jatuh hati. Dan mereka berakhir terpisah satu tahun yang lalu.

Luna mendapat angin segar. Sepertinya, yang Mike bicarakan tidak lain dan tidak bukan adalah Lira Winara sang Kakak.

Dimulai dari sini, mungkin Mike akan bisa membawanya kepada jasad atau mungkin keberadaan kakaknya secara hidup-hidup.

Kriiiiiing...

Ditengah penggalian informasi Luna, dering ponsel milik Mike berbunyi pekak.

"Siapa?" Luna bertanya.

"Om Bas. Adik dari ayah ku, kalau dia menelepon, biasanya ada acara penting," ucap Mike.

"Angkat saja," angguk Mike, ia menggeser tombol terima dan mulai mengarahkan pada telinga.

"Om, ..." Sapanya.

Selama beberapa detik Mike dan seseorang di seberang telepon bercakap-cakap, lalu kata salam mengakhirinya.

"Ada apa?" kembali Luna bertanya penasaran sesaat setelah Mike menutup sambungan telepon.

Mike tersenyum. "Undangan pertunangan anak sultan, kita di undang malam ini, jadi, mulai sore ini pelayan akan membantumu bersiap Sayang."

"Baiklah," Luna mengangguk tersenyum..

...----------------...

^^^Sore harinya...^^^

"Apa kita akan bertemu lagi? Aku mau makan masakan Kakak lagi, semua makanan yang Kakak bawa enak loh, cuma satu yang tidak Kaes suka, saosnya sangat pedas."

Anak kecil berusia dua setengah tahun itu sangat tampan, Luna melihatnya dalam keadaan dia juga masih berusia 6 tahun.

"Aku punya ini untuk mu, mungkin suatu saat nanti kita akan bertemu lagi." Luna melepas kalung miliknya lalu memberikannya pada bocah kecil yang memanggil dirinya dengan sebutan Kaes.

Tampak Kaes juga menyodorkan sesuatu, dan rupanya jam saku tempo dulu yang Luna terima di tangan mungilnya.

"Kau yakin mau menukarkan jam mahal mu dengan kalung murahan ku?"

"Iya, tenang saja, aku sangat kaya raya kok, jam itu sangat murah bagiku."

Luna terkikik mendapati sahutan tengil bocah tampan itu. "Yang kaya orang tua mu kali."

"Bye!"

"Luna." Bersamaan dengan menghilangnya sosok mungil itu, Luna merasakan tepukan tangan besar di pipinya.

Sontak mata Luna terbuka dan menangkap sosok tampan suaminya. Rupanya, ia baru saja bermimpi melihat kembali masa lalunya.

Yah mimpi yang sama, mimpi yang selalu hadir di selingan malam-malam dinginnya, dari saat ia masih anak-anak sampai ia menikahi pria tampan nan dewasa.

Luna sendiri tak mengerti, kenapa ia begitu terpaut pada bocah kecil yang sering singgah dalam mimpinya.

"Mike," Luna menatap wajah tampan suaminya.

"Tadi kamu tersenyum-senyum saat tidur, apa ada aku di mimpi mu?" tanya Mike.

Luna terkekeh kecil. "Aku mimpi anak kecil yang sangat tampan," jawabnya jujur.

"Aku cemburu, kenapa tidak aku saja yang ada di mimpimu?" Mike belai lembut pipi istri barunya.

"Jam berapa ini Mike?" tanya Luna, kembali ia mengalihkan pembicaraan mereka.

Bicara soal cinta, tidak akan semudah itu datangnya, terlebih keberadaannya di sini bukan untuk jatuh cinta pada Mike, melainkan menguak misteri hilangnya Lira Winara sang Kakak.

"Kita jadi ke acara pesta pertunangan anak sultan kan?"

Mike mengangguk. "Jadi donk, sekarang kamu bersiaplah," ujarnya.

Luna menurut setuju.

...----------------...

Laluna sangat cantik dengan gaun malam hitamnya, ada tali kecil di pundak serta belahan di pahanya.

Dari belakang Mike memeluk tubuh rampingnya, memandang wajah cantik istrinya dari pantulan cermin besar.

"Kamu sangat seksi. Izinkan aku memiliki mu seutuhnya," bisiknya.

Raba tangan Mike menuju bola kenyal kepunyaan Laluna. Belahan indah nan mulus itu membuatnya terkesima.

Dia sentuh dari luar dan Luna sempat terpejam merasainya. "Mike..."

Embusan napas berat terdengar. Apa pun itu, Luna manusia biasa yang akan meremang ketika mendapat sentuhan.

"Hmm?"

"Kapan kita berangkat?"

"Sekarang." Mike tahu Luna mencari alasan, tapi mungkin Luna belum mau memberikan tubuhnya meski hanya sentuhan kecil.

Kali ini biarkan dia bersabar menunggu Luna jatuh cinta padanya, agar tiada keterpaksaan di antara mereka.

Mike membalikkan tubuh Laluna. Keduanya saling menatap, ia lingkarkan syal menutupi pundak mulus gadis itu.

"Kita harus sampai lebih awal, kamu akan aku kenalkan dengan Om Bas."

"Baiklah." Mike membawa tangannya menggandeng tangan istrinya. Luna mengikuti langkah kaki suaminya berjalan.

Di luar sana istri pertama Mike menatap tidak suka pada sepasang suami istri itu.

Bertahun-tahun lalu Lira yang selalu Mike bawa kemanapun meski selalu terjadi penolakan dan pembangkangan dari Lanie.

"Kau yakin mau mengajak istri kampungan mu Mike?" Lanie berbisik di telinga suaminya saat pria itu harus melewati tubuhnya.

Mike menoleh. "Hentikan kebiasaan mencemooh mu Lanie. Jangan menjadi norak begini," pelan namun penuh tekanan.

Lanie mengerut bibir membiarkan Mike membawa istri mudanya berlalu.

"Kita lihat Mike, apakah istri muda mu akan terus bertahan di sini atau tidak."

Sampai saat ini, Mike enggan membuang Lanie tapi tidak juga setia padanya. Pernikahan toxic yang bertahan karena masih saling meraup keuntungan.

Lanie yakin tiada cinta di antara mereka, karena Lanie pun tak berani setia pada satu pria.

Bertahannya di istana ini hanya untuk pundi-pundi uang kesayangan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.

Uang Mike mampu memberikan seluruh keinginannya bahkan membeli cinta pemuda tampan yang namanya berada di kelintingan kertas arisan.

Tiba di luar Mike mempersilahkan Luna masuk ke dalam mobilnya sebelum kemudian ia menyusul duduk di sisi Luna.

Mike memerintahkan sopir untuk jalan, perlahan tapi pasti mobil mereka membelah jalanan Jakarta yang semakin padat kendaraan.

Laluna diam menatap jendela, di sela perjalanan hening mereka, tas clutch milik Laluna mengalihkan perhatian Mike.

Ada jam saku tempo dulu yang sengaja dijadikan gantungan tas. Sepertinya benda itu sangat spesial bagi istrinya.

"Apa ini? Kulihat kau selalu membawanya."

Luna beralih menatap jam saku miliknya, entah lah dari umur 7 tahun dia sudah memiliki juga menyayangi benda kecil ini.

Tepat di hari dia mendapatkan jam kecil ini dari seorang anak laki-laki tampan, di hari itu pula ibu dan ayahnya bercerai.

Jam ini mengiringi perjalanan hidupnya setelah berpisah dengan sang ibunda, hingga sampai sekarang pun jam ini bak maskot dari sebuah kenangan yang tiada terlupakan.

Dia bahkan rela mereparasi dengan harga mahal, maklum onderdil jam tersebut terlalu langka di zaman sekarang.

"Dari seseorang kah?" Cecar Mike.

Luna menggeleng. "Ini hanya jam kecil yang tidak ada spesialnya, hanya saja, aku menyukainya. Jam ini sering mengingatkan aku pada almarhum Papah," ujarnya.

"Kamu pasti merindukannya?" Ucap Mike mengusap lembut puncak kepala gadis itu, Luna menjawab dengan anggukan kecil.

Dalam pikir ia bergolak, apakah mungkin lelaki selembut Mike memaksa dan memperlakukan Lira dengan sangat kasar hingga Lira frustrasi bunuh diri?

Terpopuler

Comments

Dewi citra

Dewi citra

bastian asisten raden kah thor??

2024-05-29

0

erinatan

erinatan

pasti istri pertamanya yg membunuhnya

2024-03-08

2

Denzo_sian_alfoenzo

Denzo_sian_alfoenzo

klo lanie untung dapat fuit klo mike untung dpt apa dr lanie 😰

2024-01-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!