Coklat late

Melangkah elok Luna mengikuti langkah kaki sang pelayan, tanpa ketakutan lorong demi lorong eksentrik itu Luna telusuri.

"Silahkan Nona." Wanita itu mempersilahkan Luna pada ruangan yang sepertinya sangat istimewa.

Pintu tinggi berwarna kuning keemasan itu terbuka dan Luna masuk ke dalam seiring dengan kembali tertutupnya pintu tersebut.

Tiba di dalam pandangan Luna berotasi, netra kecoklatan miliknya menyisir setiap inci kecil ruangan ini.

Klasik keemasan tapi sangat nyentrik, modern juga elegan, entah apa nama desain interiornya, ini begitu distingtif.

Mike bilang, pemilik gedung ini rajanya properti, keturunan ningrat yang sangat kaya, bahkan dijuluki sebagai keluarga Billionaire.

Pantas jika di katakan seperti itu, sebab seluruh kemegahan ini luar biasa menakjubkan.

"Ekm ekm," dahaman seorang pria membuat Luna menoleh dengan kening yang mengerut.

Rupanya pemuda tampan yang dia lihat di depan balai riung tadi ia jumpai.

Kaesang Narendra Wardhana, yah pemuda itulah yang yang saat ini berdiri tegak di hadapan Laluna. Dasi merah anggur, kemeja biru yang lebih dominan putih, juga tatapan syahdunya melekat sempurna.

"Ada apa ini?"

Tuk ... Tuk ...

Ketukan sepatu hitam runcing nan mengkilat mengisi keheningan, seiring mendekatnya Kaesang, Luna berpikir sedikit lebih keras, untuk apa pria muda itu memanggil dirinya?

"Hay."

Kening Laluna mengerut. "Yah, kenapa dan ada apa Tuan memanggilku?" tanyanya.

"Aku hanya penasaran saja dengan jam saku di tas kecil mu."

Luna terkekeh tipis, lihatlah kelakuan orang kaya, hanya penasaran saja sampai memanggilnya secara khusus begini.

"Kau menginginkannya? Bukankah kamu sangat kaya? Mungkin banyak jam seperti ini di toko antik," sahut Laluna.

"Itu milikku."

"Emmh," Luna manggut-manggut tapi kemudian merubah ekspresi ketika menyadari sesuatu. "Milikku? maksud mu?" tanyanya.

Bukankah Luna mendapatkan jam sakunya dari bocah kecil berusia dua sampai tiga tahun?

"Ada nama ibu ku di balik jam itu, itu jam saku yang Papi berikan saat ulang tahun Mammi ke dua puluh satu tahun, aku bahkan masih memiliki sertifikat beserta foto-fotonya."

"Hah?" Luna ternganga, memang benar ada nama Alula Humaira yang terukir di balik jam saku kecil miliknya.

Lantas, apakah benar pemuda itu Kaes yang belasan tahun lalu ia temui? sekali lagi Luna berpikir keras dalam kediaman.

Meski acap kali Luna bermimpi bocah kecil nan tampan ini, namun sejatinya, tujuan Luna datang ke Jakarta bukan untuk menemuinya, Luna ke sini hanya untuk mencari keberadaan Lira sang Kakak.

Entah hidup atau sudah tiada. Mike terlalu kuat untuk dituntut, bahkan ibu kandung Luna sendiri pun tak mampu membuktikan keterlibatan Mike atas hilangnya Lira Winara.

Satu langkah lagi Kaesang beringsut, ayunan kaki besarnya membuat jarak keduanya semakin tipis.

Luna masih berusaha terlihat lebih tenang walau nyatanya manik hijau Tuan Billionaire itu begitu memikatnya.

Cukup lama Luna hening di depan tubuh tinggi tegak pemuda itu, sebelum ia berani memberikan gelengan kepalanya.

"Anda salah, ini milikku," sanggahnya, dari pada berurusan lebih jauh lagi, Luna lebih memilih untuk berkilah.

"Sudah jelas kan? aku harus pergi," Laluna melengos tanpa memikirkan apa pun lagi.

Lihatlah, bahkan eskrim di tangannya sudah hampir meleleh. Lagi pula, untuk apa dia masih memeganginya? bukankah ini terlihat sangat konyol?

"Tunggu Kakak cantik!"

Kaesang meraih tangan mulus gadis itu hingga kembali berputar padanya. Sepatu hak tinggi yang berdiri di atas lantai marmer licin tentu saja meleset kehilangan keseimbangan.

"Umh!"

Luna tercampak ke belakang, sontak sebelah tangannya meraih dasi merah anggur milik Kaesang.

Brakkk....

"Aw," Luna meringis menahan berat tubuh pemuda tampan itu. Yah, Kaesang berada di atasnya.

Beruntung, Kaesang sigap melindunginya dengan kedua telapak tangan yang menyangga bagian belakang kepalanya.

Eskrim coklat late telah berserakan di wajah, hidung, bibir, bahkan pipi mereka. Ini terlihat sangat konyol bukan?

Sejenak, oh tidak, mungkin dua jenak, Luna hening di bawah kungkungan laki-laki yang bukan suaminya.

Mata mereka saling bertemu lekat, dari kedekatan yang tak lagi berjarak keduanya mampu merasakan masing-masing debaran jantungnya.

Seluruh kota sunyi, hanya ada degup yang begitu tak terkendali. Luna membatin, kenapa harus dipertemukan kembali dengan pemilik jam sakunya ini?

"Manis," dengan lidah sensual Kaesang melibas cipratan eskrim yang mengenai ujung bibirnya.

Luna berkerut kening, dahulu bukankah lidah pemuda tampan itu memang tidak bisa mengecap satu pun rasa selain panas dan dingin?

"Lidah kamu sudah tidak mati rasa?"

Lengkungan bibir Kaesang terbit, jadi benar dugaannya, Kakak cantik ini lah yang selalu dia ingat di sepanjang hidupnya.

Yah, disaat semua momen terlupakan karena penyakit demensianya, tapi Luna, kalung liontin, dan jam sakunya selalu terngiang.

Untuk anak usia 3 setengah tahun, mungkin kah itu terjadi? Sumpah demi apa pun, Kaesang tak pernah melupakannya, bahkan ia catat momen langka itu di setiap jurnal yang dia punya.

Momen di mana Kaesang pernah mengecap yang namanya manis, asam, asin, bahkan pedas pada indera perasanya.

"Jadi benar, kamu Kakak cantik yang dulu pernah aku temui di rumah sakit?"

Luna membulatkan mata, baru saja ia menyadari sesuatu yang sangat amat bodoh. Kenapa pula dia harus keceplosan bertanya?

Lihatlah Laluna Kasih, sekarang manik hijau laknat itu seperti menginginkan sesuatu darimu, ia merutuk dalam batin.

Bahkan, dirinya hanya mematung saat Kaesang mengikis jarak dan mendaratkan pagutan demi pagutan pada bibir penuh eskrim miliknya.

Sial! Mike bahkan tak pernah mencium dirinya! Lalu, di mana jargon penolakan yang dia banggakan selama ini? Kenapa seakan tak berlaku pada pemuda tampan ini?

Terpejam Kaesang terhanyut, ia menikmati setiap pagutan bibirnya, juga rasa manis dari coklat late ini.

Tiada peduli apa status mereka, tiada mau tahu dengan situasi dan kondisinya, untuk yang pertama kalinya dalam seumur hidup, Kaesang bisa merasakan manisnya coklat late.

"Cukup!" Luna menggeleng sembari memukuli pundak pemuda itu.

"Lepas mesum!" sekuat tenaga Luna mendorong tubuh keras Kaesang hingga jatuh terlentang ke sisinya.

"Tuan muda gila!" Luna bangkit, ia meraih tas clutch miliknya sebelum berlari keluar dari ruangan.

"Gila kali tuh orang!" terbirit-birit Laluna memasuki toilet perempuan.

Beberapa pengawal yang melihatnya hanya membiarkan Luna berlari, sebab tiada lagi perintah pencegahan dari Kaesang.

Tiba di dalam Luna menjadi pusat perhatian, tentu saja eskrim di wajahnya membuat orang-orang menahan tawa.

Tak peduli pada mereka semua, Luna mengikat rambut miliknya, lalu memutar keran dan menunduk pada mangkuk wastafel.

Ia basuh wajahnya dengan air hingga makeup di wajahnya ikut meluntur.

"Nyonya muda," satu wanita berjas hitam ala bodyguard Mike menyatroni dirinya.

Luna menoleh terkejut, sudah pasti orang itu suruhan suaminya. "I-iya."

"Tuan besar cemas, Nyonya baik-baik saja kan?"

Laluna mengangguk. "A-aku baik-baik saja," terbata gadis itu menjawab.

Kenyataannya, ciuman pertamanya dengan pemuda selain suaminya tidak sebaik yang dia bicarakan.

Barusan dia mengkhianati suaminya. Tidak, lebih tepatnya tidak sengaja berkhianat.

Terpopuler

Comments

erinatan

erinatan

apa judul novel ank2 Dave dan kaira kak..aku masih penasaran....

2024-03-08

2

erinatan

erinatan

wow

2024-03-08

0

Denzo_sian_alfoenzo

Denzo_sian_alfoenzo

akhirnya aq baca kluarga lain slain rain 👏👏👏👏👏

2024-01-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!