Hotel

"Brengsek!" Teriakan yang menggaung di rumah utama Mike.

Puluhan orang-orangnya tak berhasil menemukan Luna, Mike terus mengeras wajah tampannya.

Lanie terkekeh seraya mendekat. "Kamu lihat Mike, aku menang lagi," sindirnya.

Mike menatap tajam wajah Lanie, geram ia mencengkeram kedua pipinya. "Menjadi istri pertama ku, bukan berarti kau boleh bertindak semau mu," cetusnya. "Aku bisa saja hilang kesabaran Lanie," ancamnya.

Lanie tergelak iblis. "Aku yang menemani mu sampai sesukses sekarang, lalu kau menikah lagi dan lagi, kau pikir aku tahan dengan cara mu?" tanyanya.

Mata yang tadinya selalu dipandang kuat, kini mengeluarkan kaca-kaca. "Pulangkan aku, dan kembali lah menjadi gembel," bengisnya.

"Kau bisa berdiri seperti ini, karena aku Mike, apa kau mulai lupa asal mu?" sindir Lanie.

Mike menciut setelah mengingat kembali bagaimana usaha Lanie saat ia mengawali kariernya.

Pertemuan di bar puluhan tahun yang lalu membuat Mike mengenal mantan kupu-kupu malam itu.

Lanie hanya memiliki tubuh yang bisa dia jual, sementara Mike memiliki prestasi namun tak memiliki modal.

Keduanya hidup bersama, memulai bisnis dari yang gelap ilegal sampai Mike mampu membuka bisnis legal.

Wanita mana yang akan sudi di dua kan bahkan di tiga kan setelah mengarungi bahtera rumah tangga penuh kesulitan.

"Kau mungkin berpikir, aku hanya wanita kotor yang sudah banyak disentuh laki-laki, tapi karena itu semua sukses mu berawal Mike," ucap Lanie kembali.

Wanita itu pergi meninggalkan tempat, di mana sang suami hanya terdiam terpaku menatap punggungnya.

Mike mengusap wajahnya, melepas Lanie takkan mungkin ia lakukan, namun untuk setia pun sulit sekali untuk Mike, sebab tak ada rasa cinta dihatinya yang terdalam.

Mike berputar arah, langkahnya arogan menuju mobil mewah miliknya. Pengawal sudah bersiap diri di depan pintu sana.

"Antar aku ke Bandung," titahnya.

"Baik Tuan."

Mike masuk ke dalam mobil. Mungkin dengan menemui cinta pertamanya, akan membuat Mike lebih tenang.

Lira Winara, gadis cantik yang beberapa tahun lalu mampu menyinggahi relung hatinya. Dia bahkan rela menculiknya demi bisa menikahi wanita itu.

Klik...

Nada pesan teks berdering, Mike meraih ponsel dari dalam saku celana. Rupanya dokter Anelka yang memberinya kabar.

📥 [Informasi Tuan Mike, Nyonya Lira sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Ini suatu keajaiban yang tak disangka sangka, Anda tidak perlu lagi membawanya ke luar negeri, saya yakin secepatnya Nyonya Lira membaik.]

Bibir yang semula terkatup kini mekar dengan tulus. "Lira," gumamnya.

Sekian lama Mike hanya menyimpan raga bak mayat hidup, sekarang ada harapan yang tinggi untuk wanita cantik itu.

...----------------...

Mulai dari hari ini juga Luna meracik obat-obatan untuk kakaknya. Dengan kepandaiannya Luna akan berusaha menyembuhkan Lira Winara.

Di bawah perlindungan Kaesang, seharian penuh Luna berbelanja kebutuhan yang diperlukan untuk pengobatan Lira.

Malam pun kembali datang. Di hotel R-build Bandung, Kaesang membawa Luna ke kamar paling terjaga privasinya.

Kamar yang paling spesial, yang biasanya dihuni oleh Kaesang sendiri saat menginap di sini.

Beberapa staf hotel melihat, bahwa putra dari sang pemilik hotel telah membawa wanita selain tunangannya ke dalam kamar.

Derry dan Amas sengaja mengondisikan karyawan yang sudah kadung melihat pemandangan itu untuk dibungkam dengan uang mujur.

Jangan sampai Rayden Mas Rafael tahu kelakuan putranya, atau akan ada perang dunia ke sebelas setelah itu.

Luna mengedar pandangan ke segala arah, kamar ini benar-benar mirip istana yang serba klasik bernuansa keemasan.

Kaesang menjatuhkan tubuhnya pada sofa empuk berwarna putih. "Kamar mandi di sebelah sana, mandilah dulu, sebentar lagi Virza membawa pakaian ganti mu Sweetie," katanya.

Luna beralih pada Kaesang. "Kamu nggak pulang?" tanyanya. "Kamu nggak berniat bermalam di sini juga kan?" cecarnya.

Kaesang mengangkat bahu. "Ini kamar ku, kalau pun iya bermalam di sini, lalu di mana salahnya?" tanya baliknya.

"Jelas salah, kita bukan suami istri!" pekik Luna mengingatkan.

Pemuda ini benar benar tidak menerapkan adat istiadat yang dijunjung tinggi keluarga bangsawannya.

Kaesang terkikik. "Jadi Sweetie ngode? Minta di nikahin, begitu?" selidiknya.

"Aku nggak lagi becanda Kaes," tukas Luna.

Kaesang mengangguk. "Aku lebih serius, lihat saja muka ku, heemmm," ia menunjukkan raut serius yang menyebalkan menurut Luna.

"Nggak lucu!"

Kaesang bangkit dan berjalan mendekati Luna. "Kamar ini terlalu luas untuk satu perempuan bertubuh ramping seperti mu," katanya.

"Makanya kasih aku kamar yang biasa dong, aku cukup di kamar yang paling murah di hotel ini," protesnya.

"Kau pikir aku semiskin itu? Kamu lupa aku pemilik gedung ini?" sergah Kaesang.

"Bukan masalah miskin atau kaya, Tuan Billionaire, ok, aku akui kau sangat kaya raya, kau bahkan bisa membeli menara Eiffel kalau kau mau," sahut Luna kesal. "Memberi ku kamar yang kecil, bukan berarti kamu miskin," ujarnya.

Kaesang menarik sudut bibir. "Yang butuh bantuan siapa?" tanyanya.

"Aku," jawab Luna. Dia semakin merasa, bahwa pemikiran Kaesang masih anak-anak.

"Kalau begitu turuti saja apa mau ku, sudah, beres! Lagian apa susahnya menerima," rutuk Kaesang.

Luna menghela dalam. "Ok, ok, baiklah aku tidur di sofa, kalau kau mau menginap di sini malam ini, tidur saja di ranjang," usulnya.

"No no no," geleng Kaesang.

"Apa lagi?" ketus Luna.

Kaesang duduk di sisi ranjang, lantas menepuk permukaan empuknya. "Aku mau tidur di sini with you, sudah ku bilang bayar jasa ku sekarang," tuntutnya.

Luna tergelak gelak sumbang. "Kau bisa menyewa wanita untuk tidur dengan mu Kaes!" cetusnya.

"Ayolah, jangan ngeres, aku mau tidur dengan mu bukan untuk bergoyang goyang di atas kasur, cukup tidur satu selimut saja selesai," kata Kaesang.

"Kau pikir aku percaya?" potong Luna.

Kaesang mendengus, ia lantas beralih duduk pada sofa. "Baiklah, aku tidur di sofa saja, sekarang puas kan, sudah membuat pemilik gedung tidur di sofa?"

Lama-lama Gue nikahin juga ni cewek, batinnya.

Merasa lega, Luna berjalan menuju kamar mandi, satu sisi ia merasa beruntung bisa mendapatkan bantuan dari laki-laki berkuasa, tapi sisi lainnya ia kesal meladeni pemuda yang terus menerus menjadi lawan debatnya.

"Jangan lupa kunci pintunya Sweetie, atau aku khilaf masuk juga," goda Kaesang. Ia terkikik geli melihat wajah muram kekasihnya.

Brakkk....

Luna membanting pintu kamar mandi, sebelum benar-benar menguncinya dari dalam, sepertinya anak muda itu tak lagi bisa di percaya.

Terpopuler

Comments

Dewi Soraya

Dewi Soraya

lucu bngt tw g

2024-05-14

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

MMG ITU MAO LOO😁😁😁😁😁

2024-03-24

2

Dyah Saja

Dyah Saja

goyang goyang gimana bang kaes🤣🤣🤣

2024-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!