SYARAT

Setelah memacu mobilnya seperti orang kesurupan, Fairel akhirnya tiba di kediaman Hadinata. Keano terlihat sedang duduk di teras depan bersama Rossie, saat Keano tiba.

Sial!

Keano benar-benar sudah bermain curang!

"Bang Iel! Kesini juga?" Sapa Rossie yang langsung bangkit dari duduknya dan menyapa Fairel yang langsung memasang senyuman absurd khas Fairel.

"Tentu saja aku datang, Rossie! Ulang tahun Mama-"

"Maksudku ulang tahun Aunty Sita adalah sebuah momen penting yang tak boleh aku lewatkan," ujar Fairel dengan nada lebay. Sementara Rossie hanya mengangguk dan mengulas senyum.

"Jadi, Apa Aunty Sita ada di dalam?" Tanya Fairel selanjutnya sambil sedikit celingukan ke dalam rumah.

"Mama-"

"Aunty dan Uncle sudah beristirahat!" Jawab Keano cepat berbarengan dengan Rossie yang tak jadi menjawab.

"Aku sedang bertanya pada Rossie!" Delik Fairel pada Keano yang langsung meringis tanpa dosa.

Dasar!

"Aunty Sita dimana, Rossie?" Tanya Fairel sekali lagi dengan nada lemah lembut pada Rossie.

"Mama dan Papa sudah istirahat, Bang! Bukankah tadi Abang Kean sudah menjawab?" jelas Rossie yang langsung membuat Fairel berdecak.

"Aku sudah membawakan hadiah untuk Aunty Sita padahal!" Ujar Fairel seraya memamerkan hadiahnya pada Keano dan Rossie.

"Itu hadiah untuk Mama, Bang?" Tanya Rossie memastikan.

"Tenang! Untukmu juga ada, Rossie!" Tukas Fairel cepat seraya mengabgsurkan sebuket bunga mawar merah untuk Rossie.

"Rose untuk Rossie," ucap Fairel lagi sok puitis.

"Padahal ulang tahun Rossie masih lama," gumam Rossie sembari mengendus aroma harum khas bunga mawar dari buket yang kini sudah berada di tangannya.

"Tidak harus menunggu ulang tahun dulu baru memberi hadiah, Rossie!"

"Aku bukan pria yang pelit," ucap Fairel sombong sambil sedikit melirik pada Keano sejak tadi hanya senyum tipis-tipis.

Sudah mulai sinting mungkin sepupu Fairel itu karena kalah saing dari Fairel yang lebih segala-segalanya!

Lebih tampan, lebih mapan, lebih perhatian, dan lebih segalanya pokoknya!

"Kau suka bunganya, Rossie?" Tanya Fairel sekali lagi memastikan.

"Iya, Bang! Makasih," jawab Rossie seraya tersenyum manis.

"Sama-sama! Sekarang aku tinggal memberikan hadiah pada Aunty Sita-"

"Bang! Aunty Sita sudah istirahat dan sebaiknya jangan diganggu!" Cegah Keano cepat saat Fairel hendak masuk ke dalam rumah.

"Tapi ini baru jam sembilan! Mustahil Aunty dan Uncle sudah tidur," sergah Fairel bersikeras.

"Mereka sudah istirahat, Bang! Titipkan saja hadiahnya pada Rossie! Pasti nanti disampaikan!" Ujar Keano lagi memberikan saran.

"Ck! Aku kan mau memberikan hadiahnya secara langsung!" Decak Fairel mulai kesal.

"Kalau begitu, abang berikan saja hadiahnya saat acara ulang tahun mama akhir pekan nanti, Bang! Acaranya di hotel," ujar Rossie kemudian ikut-ikutan memberikan saran untuk Fairel.

"Ide bagus!" Timpal Keano yang langsung setuju dengan saran Rossie.

"Sekarang, ayo kita pulang dulu, Bang!" Ajak Keano kemudian pada Fairel.

"Kau saja yang pulang duluan sana! Aku masih mau ngobrol disini bersama Rossie!" Jawab Fairel yang malah mengusir Keano.

"Keano tidak bawa kendaraan, Bang! Makanya Keano tadi nungguin Bang Iel datang, karena Keano mau mencari tumpangan," ujar Keano berkata jujur.

"Lalu kau kesini tadi naik apa? Jalan kaki?" Tanya Fairel bingung.

"Naik mobilnya Angga! Kan tadi aku membantu Angga dan Uncle Robet mempersiapkan kejutan untuk Aunty Sita," cerita Keano lagi.

"Bilang saja sedang cari muka!" Cibir Fairel sinis.

"Mana ada! Ini muka Kean ada disini, Bang!" Seloroh Keano yang malah menanggapi cibiran Fairel dengan kelakaran. Fairel sontak berdecak, sebelum kemudian pria itu mendekat ke arah Rossie.

"Kau suka bunganya, Rossie?" Tanya Fairel karena Rossie yang berulang kali mencoum aroma dari bunga mawar pemberian Fairel tadi.

"Suka, Bang!"

"Bunganya cantik," jawab Rossie yang tentu saja langsung membuat hati Fairel berbunga-bunga sekarang.

"Besok aku bawakan lagi, ya!" Ucap Fairel selanjutnya sedikit merayu Rossie.

"Tapi syaratnya-"

"Bang, ayo kita pulang!" Ajak Keano menyela rayuan Fairel pada Rossie.

"Ck! Diam kau!" Fairel langsung menuding pada Keano samb sedikit mendelik.

"Aku sedang merayu Rossie!" Tegas Fairel lagi.

"Tapi ini sudah malam, Bang! Dan Kean juga sudah ngantuk," tukas Keano memaksa.

"Kau pulang sendiri saja sana kalau sudah mengantuk!" Fairel melemparkan kunci mobilnya pada Keano, sebelum kemudian pria itu melanjutkan rayuan gombalnya pada Rossie.

"Jadi, Rossie. Kita tadi sampai dimana?" Tanya Fairel yang mendadak lupa dengan rayuannya tadi. Semua gara-gara Keano si tukang menyela.

"Sampai dimana memang, Bang?" Rossie malah balik bertanya dan ikut bingung. Fairel langsung garuk-garuk kepala.

"Keano!" Panggil Fairel akhirnya pada Keano yang hendak menuju ke mobil.

"Apalagi, Bang?"

"Rayuanku pada Rossie tadi sampai dimana?" Tanya Fairel.

"Entahlah!" Jawab Keano malas. Keano lalu melanjutkan langkahnya dan segera masuk ke mobil Fairel.

"Ck!" Fairel berdecak dan mendadak sedikit salah tingkah pada Rossie.

"Jadi, kau suka bunganya?" Tanya Fairel akhirnya karena bingung harus memulai rayuannya darimana lagi.

"Suka, Bang! Perasaan tadi Rossie sudah menjawab," jawab Rossie seraya terkekeh.

"Benarkah?"

"Lalu-"

"Iel! Sedang apa disini?" Kalimat Fairel belum selesai, saat mendadak Angga sudah muncul dari dalam rumah dan memotong perkataan Fairel.

"Ck!" Fairel harus berdecak kesal sekali lagi.

"Aku kesini mau mengantar hadiah untuk Aunty Sita!" Jawab Fairel seraya menunjukkan hadiahnya pada Angga.

"Mama dan Papa sudah tidur. Titipkan saja hadiahnya pada Rossie!" Titah Angga yang langsung membuat Fairel mendengus.

Sementara Rossie yang berdiri di dekat Fairel juga sudah mulai menguap.

"Rossie, kau masuk dan tidur sana!" Angga ganti memerintah Rossie.

"Iya, Bang!" Jawab Rossie seraya mengendus sekali lagi bunga dari Fairel.

"Tunggu, tunggu, Rossie! Aku belum selesai mera-"

"Maksudku mengobrol denganmu!" Fairel dengan cepat mencegah Rossie yang hendak masuk ke dalam rumah.

"Mengobrol apa memang, Iel? Bukankah katamu tadi kau mau mengantar hadiah untuk Mama?" Tanya Angga penuh selidik.

"Lagipula, ini sudah malam dan besok Rossie harus kuliah. Jadi sebaiknya besok lagi kalian mengobrol," ujar Angga lagi.

"Ck! Aku saja tak pernah melarangmu menemui Reina kapanpun! Kenapa kau melarang-larang aku mengobrol bersama Rossie?" Cerocos Fairel sedikit emosi. Angga sontak melengos dengan skakmat dari Fairel.

"Kau tidak mau mendukung pedekateku dengan Rossie? Jangan jadi calon adik ipar yang durhaka!" Cerocos Fairel lagi yang malah mengomeli Angga.

"Bukannya aku tak mendukung, tapi sekarang stdah malam dan Rossie harus istirahat!" Tukas Angga beralasan.

"Baru jam sembilan!" Fairel menunjukkan arlojinya pada Angga.

"Aku juga baru datang! Jadi jangan mengganggu lagi, atau aku tak akan memberikan restu pada hubunganmu dengan Reina!" Ancam Fairel selanjutnya.

"Kenapa jadi merembet ke hubunganku bersama Reina?" Protes Angga cepat.

"Karena Reina adalah adikku!"

"Kau dan Reina perlu izin serta restu dariku sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius," ucap Fairel sombong.

"Ck! Kau sudah merestui kami dari lama!" Sergah Angga cepat.

"Tidak semudah itu sekarang!"

"Kau harus mendukung pedekateku terlebih dahulu pada Rossie!"

"Jangan mendukung Keano!" Ancam Fairel memperingatkan.

"Aku netral, oke!" Sergah Angga cepat.

"Tidak boleh!" Fairel membuat tanda silang besar memakai dua tangannya.

"Kau harus mendukungku pokoknya! Atau aku tak akan memberikan jalan pada hubunganmu dengan Reina! Aku tak mau dilangkahi dan aku harus terlebih dahulu menikah dengan Rossie sebelum kau menikah dengan Reina!"

"Mana bisa begitu, Iel!" Sergah Angga cepat merasa tak terima.

"Tentu saja bisa! Aku abangnya Reina!"

"Tapi aku abangnya Rossie juga!" Sergah Angga mengingatkan.

"Benar juga," gumam Fairel berpikir ulang.

"Tapi kau mendukung hubunganku bersama adikmu, kan? Kau harus mendukung aku!" Ujar Fairel selanjutnya memaksa.

"Masalah itu, aku tak mau ikut campur karena memilih pasangan hidup adalah sepenuhnya hak Rossie! Aku mendukung apapun pilihan Rossie selama itu keputusan yang baik-"

"Aku lebih baik dari Keano!" Fairel sedikit berbisik pada Angga.

"Aku lebih tampan, aku lebih mapan, aku lebih perhatian, dan aku sangat bisa membahagiakan Rossie di masa depan!" Cerocos Fairel lagi membeberkan semua hal tentang dirinya.

"Ya! Tapi kalau Rossie memilihnya Keano, bagaimana?" Sergah Angga yang langsung membuat Fairel merengut.

"Rossie harus memilihku! Kau sebagai abangnya haris berkontribusi dan berusaha agar Rossie mah memilihku!" Fairel menuding pada Angga.

"Sudah kubilang aku tak mau ikut campur! Itu semua sepenuhnya adalah pilihan Rossie!" Sergah Angga cepat.

"Baiklah kalau begitu!"

"Sebelum aku jadian dengan Rossie, kau dan Reina juga tak boleh melangkah ke jenjang yang lebih serius!"

"Kalian tidak boleh bertunangan ataupun menikah!" Fairel mengingatkan Angga dengan tajam.

"Iel, jangan konyol!"

"Suka-suka akulah! Aku abangnya Reina!" Ucap Fairel sombong seraya bersedekap.

"Baiklah, terserah!"

"Sekarang pulanglah!" Usir Angga kemudian.

"Sebentar lagi! Aku masih mau mengobrol bersama Ros-" Fairel menunjuk ke tempat dimana Rossie tadi berdiri. Namun Rossie sudah tidak ada disana.

Apa?

"Rossie sudah masuk sejak tadi karena dia sudah mengantuk, Iel!" Ujar Angga memberitahu Fairel.

"Ck! Aku belum ngantuk padahal!" Gerutu Fairel kesal.

"Kau bisa mengobrol bersamaku kalau begitu," tawar Angga yang langsung ditolak oleh Fairel.

"Tidak usah! Aku akan pulang!" Ucap Fairel akhirnya seraya meninggalkan Angga lalu menuju ke mobilnya yang masih terparkir di teras. Fairel kira Keano tadi sydah membawa pulang mobilnya.

Fairel membuka pintu kemudi, namun ternyata Keano sudah duduk disana.

"Kau sedang apa duduk disini?" Omel Fairel pada sang sepupu.

"Tadi katanya Abang menyuruh Kean pulang sendiri," jawab Keano seraya meringis.

"Tapi kau masih belum pulang!" Gerutu Fairel seraya menutup kembali pintu mobil . Fairel lalu memutar dan ganti masuk ke pintu di sisi satunya.

"Kean nungguin Abang Iel!" Ujar Fairel menjawab omelan Fairel tadi.

"Terserah!" Jawab Fairel malas.

Keano tak berkomentar lagu, dan segera menyalakan mesin mobil, lalu mulai melajukan mobil Fairel keluar dari halaman kediaman Hadinata.

"Ngomong-ngomong, kau tadi ngobrol apa saja dengan Rossie sebelum aku datang?" Tanya Fairel penuh selidik.

"Hanya soal kuliah," jawab Keano sambil tetap fokus mengemudi.

"Jangan bohong! Kita harus bersaing secara sehat, ingat! Jadi jangan main rahasia-rahasiaan atau menutupi apapun dariku!" Fairel menuding pada Keano yang langsung berdecak

"Tapi Keano memang hanya mengobrol soal kuliah dan membahas beberapa film bersama Rossie, Bang!" Sergah Keano bersungguh-sungguh.

"Lalu kau pasti juga mengajak Rossie menonton!" Tebak Fairel sok tahu.

"Soal itu-"

"Iya atau tidak?" Desak Fairel galak.

"Masih belum pasti, Bang! Rossie banyak acara di kampus minggu ini. Belum lagi Rossie yang harus mulai mengerjakan skripsinya," tukas Keano cepat.

"Payah!"

"Aku yang akan mengajak Rossie menonton kalau begitu," gumam Fairel penuh tekad yang hanya ditanggapi Keano dengan lirikan sekilas. Tak ada obrolan lagi setelah itu, hingga mobil sampai di rumah Keano yang juga merupakan rumah Aunty Anne, Uncle Abi, dan juga Nenek Sani.

Ya, mereka semua masih tinggal satu rumah seperti halnya Fairel, Rossie, Mom, Dad, lalu Oma Belle dan Opa Dev!

Benar-benar keluarga besar!

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Terpopuler

Comments

Bagja

Bagja

lanjut

2023-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!