"Saya terima nikah dan kawinnya Radinka Maryamu Saliha binti Rendi Septiawan, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Muhammad Abidin Ilham Al-Fatih telah resmi menjadi suami Dinka, seiring saksi yang menggemakan kata sah.
Jangan bilang untuk sampai di hari pernikahan ini, hidup Dinka berjalan dengan penuh kedamaian. Itu sama sekali nggak benar!
Semua saudara, tetangga, bahkan karyawannya, yang selama ini selalu tanya: kapan nikah, menyuruh Dinka memikirkan ulang keputusannya. Bahkan ada yang terang-terangan memarahi Dinka.
Tuhan, sebenarnya mau mereka apa sih?
Jen sigap membuatkan kebaya seragam seluruh keluarga untuk acara hari ini. Sebagai bentuk dukungannya kepada iparnya tersebut. Tak banyak yang bisa dilakukan wanita itu, tapi dia mengusahakan yang terbaik.
Dinka memakai mahkota di kepalanya yang terbalut hijab. Gaun yang dipakainya adalah milik Olla, meski Abid akan membelikan yang baru, tetapi Dinka menolak. Gadis itu meminta mentahannya saja. Sekali lagi, meski momen ini sekali seumur hidup, tapi bagi Dinka ini hanya menikah. Yang penting niatnya tidak untuk main-main. Pakai saja apa yang sudah terlanjur dibuat, paling juga ketusuk jarum pentul pas di pelaminan.
Sejak bertemu terakhir kali, Abid dan Dinka hanya dua kali berkomunikasi. Soal gaun dan yang terjadi dua hari lalu adalah Abid mengajak Dinka berfoto untuk mengganti standing foto. Dan itu satu-satunya pertemuan mereka sebelum hari ini.
Selain itu tidak ada. Abid sibuk, dia baru saja lulus untuk program spesialis pediatri yang diambilnya empat tahun lalu. Untuk sekarang, dia sedang menjalani internsip sebagai dokter spesialis anak. Waktunya sungguh banyak yang tersita untuk bekerja dan kuliah yang kebanyakan memang melakukan praktik, namun Abid tidak menyesalinya.
Tetapi kini, Abid telah duduk dengan kepala tegak menghadapi tamu yang hadir. Dia telah mengatur ulang acaranya, agar tidak ada banyak acara yang memakan waktu dan melelahkan. Lagipula, tamu yang hadir berkurang setengahnya, Hanya sedikit keluarga Olla yang datang, demi menghormati Abid dan keluarga besarnya.
"Mantan nggak datang, Mas?" Tak ada alasan bagi Dinka untuk tidak menghargai Abid sebagai suaminya. Wanita itu melirik Abid yang masih setia dengan senyumnya. Bukan karena bahagia menikah, tapi melihat si lebah jantan kecil yang sedang menatap kesal ke arah Dinka dengan tangan bersedekap.
"Ngarep datang memangnya?" Abid berkata di sudut bibirnya, sebelum menoleh untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan Dinka saat menanyakan Olla.
Dinka dengan ekspresi tengilnya menjawab. "Ya kali aja dia ingin mastiin apa aku beneran nikah sama kamu atau enggak."
"Dia nggak sekepo kamu!" Abid tahu, kalau saat bertemu Olla kemarin, Dinka sengaja menguping.
"Dih, masih dibelain!" Dinka berdecih. "Udah kaya gini, loh ... masih aja dibaikin."
Kenyataannya memang begitu. Olla pasti sudah tidak terlalu ingin tahu bagaimana nasib mantannya kan?
"Nggak semua yang jahat harus dibalas pake kejahatan juga, kan?"
Ketika Dinka ingin menjawab, ada tamu yang datang dan menyalami, jadi Dinka mengurungkan niat.
Mereka tersenyum seolah tidak ada yang salah dengan semua ini.
"Nggak usah dibaik-baikin kali, Mas, kalau di hadapanku." Dinka melanjutkan begitu deretan tamu berlalu. "Jelas aku tahu kalau Mbak Olla itu bukan wanita yang baik."
Abid merasa Dinka agak aneh, kemudian dia menghela napas. Obrolan soal Olla harus dihentikan. Dia bukan tidak sakit hati, hanya sedang mengatakan fakta yang ada. Olla memang tidak lagi menghubunginya, pikirnya, Olla sudah tidak mau tahu lagi apapun tentangnya. Jika ingat betapa kacaunya hari-hari terakhir ini, Abid rasanya ingin bunuh diri saja.
"Kalau dia kesini, mau kamu apain? Ajak ribut?"
"Tergantung dia, kan? Kalau dia ribut, apalagi merendahkan aku kaya kemarin, jelas aku ladeni, lah." Dinka menaikkan alis, dia sedikit menantang.
"Setidaknya, jangan rusak imej kita hari ini dengan hal yang nggak berguna. Bagus Olla nggak datang—"
"Itu dia." Dinka memotong ucapan Abid dan menunjuk pintu masuk dengan dagunya. "Dia cantik sekali, Mas."
Abid menoleh secepat kilat ke arah yang ditunjuk Dinka.
"Cie ... ngarep ya!" Dinka tertawa dengan tangan ditutupkan ke mulut.
Abid mendengus kesal merasa dipermainkan. Bukan maksudnya mengharap, tapi lucu sekali kalau sampai Olla berani datang di hari pernikahannya yang ditinggalkannya.
Apa mental dia sudah setebal baja?
"Nggak ada obrolan yang lain apa? Kamu kalau hanya ingin mencari topik biar bisa ngobrol sama aku, mending cari topik lain! Yang lebih berguna, yang lebih bermanfaat!" Tatapan mata itu membuat Dinka yang semula tersenyum langsung melipat bibir dalam-dalam.
Ya elah, pejantan loyo emang susah diajak bercanda.
Dinka kemudian memutar bibir untuk menghindari tatapan mata Abid yang luar biasa menyeramkan. Dia takut sobek jika terus-terusan membalas tatapan Abid.
Di bawah, Ace dan Jena bermain. Tak jauh dari mereka Honey menatap Ace antusias, tetapi takut mendekat sebab Bee begitu galak menghalangi Honey.
"Ya ampun, Bee galak sekali sih." Dinka merasa mengerti bagaimana perasaan Honey, sehingga dengan santai dia melambai ke arah Honey.
"Nggak usah cari perkara!" larang Abid saat melihat gerakan Dinka.
"Ish, kenapa, sih?" Dinka kesal. "Daripada garing kan, mending aku ajak Honey ngobrol. Sama Mas juga nggak dihargai usahaku mencairkan suasana!"
Abid menghela napas. "Topik yang kamu bahas itu salah! Bukan aku nggak hargain kamu! Lagian diam aja apa nggak bisa? Jangan banyak tingkah begitu! Nanti Bee ngamuk beneran, kamu yang repot!"
Dinka berdecak keras, membuat Rendi dan Desy yang berada di sebelah kiri Dinka melongok ke arahnya.
"Sensi banget, jadi orang!" dumal Dinka seraya berdiri. "Dah, aku mau makan!"
"Mau kemana?!" Desy waspada saat Dinka sudah bersiap mengayunkan langkah.
"Makan, Ma!" jawab Dinka pelan, seraya mengusap perut. "Laper!"
"Duduk!" bentak Desy melalui sudut bibirnya. Mata wanita itu melotot, yang bahkan menakuti Rendi. "Duduk di sana! Biar diambilkan sama orang WO!"
Dinka membeliak tak percaya. "Ma ...!"
"Kata Mama duduk, ya, duduk! Mama tau isi kepala kamu, Dinka! Mama nggak mau kena malu di depan keluarga Abid!"
Meski hanya desisan, tapi ucapan Desy sangat tajam. Dinka tak punya pilihan selain duduk kembali dan menggerutu.
Desy melambaikan tangan ke orang WO yang mengatur acara di bawah tatapan kesal Dinka.
Abid terkekeh senang melihatnya. "Nyali hanya setebal tisu, rupanya."
"Mama pikir aku mau kabur karena dari tadi kamu marahin aku mulu!" Dinka berdalih.
"Kabur, kabur aja, sih!" tantang Abid santai. "Udah sah juga, lagian aku udah print VN kamu kemarin. Udah kamu tanda tangani juga, kan? Jadi walau kamu kabur ke kutub sekalipun, nggak akan menghindarkan kamu dari hukuman yang kamu ucapkan sendiri."
"Ck, jangan panggil aku Dinka kalau aku kabur, Mas! Justru aku akan nempel sama kamu setelah ini. Hanya tadi kamu nyebelin, makanya aku kesel."
Senyum kemenangan Abid hilang sudah.
Dinka langsung menempelkan dada ke lengan Abid. Menggesekkan buah dadanya yang berbalut busa tebal itu dengan gerakan sensual. "Lagian, aku nggak sabar nunggu malam, Mas."
Abid merinding sebadan-badan. Suara Dinka yang mendesah di buat-buat itu cukup membuat Abid tegang. Pria itu sesak napas.
Sementara Resti hanya senyum-senyum sendiri mendengar keributan yang dibuat Dinka, setidaknya Abid banyak bicara meski ulah Dinka menyebalkan.
"Pah, kayaknya kali ini Abid kita bakal bucin parah sama pengganti Olla ini." Resti menyikut suaminya yang memperhatikan Bee dan Honey yang mulai bertengkar.
Priantono Wiharja, atau akrab disapa Pak Anton itu menghela napas. "Papa nggak yakin kalau Dinka akan bertahan, Ma. Abid masih sakit, beberapa hal yang harusnya dilakukan pria, Abid kita nggak bisa melakukannya."
Resti berdecak. "Halah, itu urusan kecil. Dinka bersedia menerima keadaan paling buruk anak kita, jadi hal itu hanya urusan kecil."
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
'Nchie
mereka g tau aja alasan Dinka nikah cuma mau cari gelar istri Dinka g butuh yg lain 🤣🤣🤣
2024-01-10
2
Azhure
olla terkesan maniak bgt 🤭🤭🤭 sementara dinka malah sebaliknya, nyari yg ga bisa bangun 😂😂😂😂 ada² aja halunya author
2023-10-15
1
Ikbal Samija
dari awal pas Olla ketemu Dinka sama Abin di restoran ngomong masalah ranjang udh ketahuan klu sering ekhem.
2023-05-12
2