Kamulah Satu-satunya
Owen
"Oweeeeeen. I love you!"
Yeah, right. Thank you.
"I love you, Owen! Please, marry me!"
Hum, no. But thanks for coming to my concert.
"You are so handsome. Marry me, Owen!"
Why, yes. Gue tahu kalau gue ganteng. Namun, untuk nikah sama lo? I think I'll pass.
"Oween, have babies with me!"
Eeew. Gue paling jijik mendengar kalimat yang terakhir itu. Sangat, sangat, sangat jijik. Bagaimana bisa seorang wanita mengucapkan kata-kata murahan seperti itu kepada laki-laki yang tidak dikenal? Terlepas dari laki-laki yang tidak dikenal itu adalah seorang public figure yang terkenal.
Apalagi mereka beranggapan kalau kalimat seperti itu bisa benar-benar membuat si artis tertarik. Like, apakah mereka berharap ketika si artis mendengar kalimat itu, dia langsung berkata, "Oh, yeah? Kamu mau punya anak sama aku? Oh, my fxcking God! You are a saint. We can marry tomorrow." Huh?
Come the fxck on.
Gak ada. Gue jamin gak akan ada satu pun artis, sejelek apa pun tampangnya, karirnya, finansialnya, dan so on, so on, yang akan tertarik sama wanita yang hobi menjajakan diri seperti itu. Yang ada malah, "Oh, yeah, baby? Lo mau punya anak sama gue? Come on, come on. Come to me. Let me blow your fxcking mouth and fill it with my load. And then we can see if I can get you pregnant with that. Or not." Atau, "Oh, yeah, baby? Lo mau punya anak sama gue? Come on, bikin dulu, yuk! Soal anaknya jadi apa enggak, pikirin nanti aja. Yang jelas hasrat gue lepas dulu. Ya, gak, ya?"
Gue kasih tahu ke kalian, ya. Artis, khususnya penyanyi kayak gue, we are a bunch of dipshxts. You hear that? Kita-kita ini adalah segerombolan orang-orang berxngsek dengan ego setinggi langit dan selera yang susah untuk dipuaskan. Kami terbiasa dipuja, oleh ribuan orang dalam satu waktu, dan gue rasa itu yang masuk ke dalam kepala kami dan meracuni jalan pikiran. Fans berpikir kami adalah keturunan dewa. Dan itu membuat kami percaya bahwa kami betul-betul sudah menjadi dewa itu sendiri.
Apalagi kalau selama konser atau pertunjukan live, kita diperlakukan begitu "spesial" oleh fans-fans wanita. Yep, kalian pikir di saat manggung cuma penonton yang mendapatkan hiburan? Ooo, tentu saja tidak, Lorenzo. Si artis pun juga banyaaak sekali mendapatkan hiburan dari penontonnya. Gue kasih contoh, nih, ya. Tindakan ini baru saja terjadi di konser gue yang baru selesai beberapa jam yang lalu.
Sedang asyik-asyiknya nyanyi, tiba-tiba ada sesuatu yang menimpuk muka gue. Kaget, gue langsung mengecek benda yang waktu itu teronggok di kaki. Dan kalian tahu itu apa? Brx, man, brx.
Sialan. Awal-awal manggung gue sempat kaget ketika mendapatkan koleksi brx pertama gue. Namun, setelah itu, gue sudah biasa saja. Yang tadi gue terima itu adalah brx keseratus sekian lah. Gue juga tidak menghitung pastinya berapa. Capek gue kalau harus menghitung itu. Banyak banget soalnya.
Contoh lagi.
Saat itu sesi break di antara lagu. Habis minum, gue mendengar ada seseorang yang meneriakkan nama gue. Gue otomatis menengok ke arah sumber suara, dong. Dan, ketika gue menoleh, gue disambut oleh pemandangan dua gunung kembar yang polos sepolos-polosnya. Iya, polos banget. Karena si cewek yang punya gunung itu sengaja datang ke konser gue tanpa menggunakan brx supaya dia dengan mudah bisa "menyatakan rasa syukurnya sama gue". Eh, apa dia yang tadi melempar brx itu, ya?
Damn it. Gue lupa menandai itu cewek. Lagian, perhatian gue juga tidak sampai jauh ke mukanya, sih. Cuma berhenti sampai dada doang. Ya, elah.
Gimana, hm? Gimana kita gak selalu "panas" setelah manggung coba? Hiburannya saja begitu. Tidak sekali atau dua kali lagi. Berkali-kali! Ditambah dengan sisa adrenalin dari atas panggun, beuh! Darah panas kita meronta-ronta minta didinginkan.
Meski tidak semuanya begitu, ya. Namun, sebagian besar teman-teman satu profesi yang gue temui bersikap kurang lebih sama kurang ajarnya seperti sikap gue. Makanya gue berani mengatakan hal seperti di atas.
Yup. We are pretty much a bunch of horny dipshxts.
Yang kalian baca di tabloid dan berita-berita online itu juga kurang lebih benar. Gue suka gonta-ganti cewek, main sama beberapa dari mereka dalam satu waktu. Gue suka party, gue juga pernah mencoba bersahabat dengan pil-pil yang tersebar di sana. I cheated on girls, girls and wives cheated on their spouses with me. I am a homewrecker. I am a manwhxre. I am no saint. Not at all.
Kalau ada kata-kata jelek yang lain daripada itu, mungkin kalian bisa mengasosiasikannya dengan gue. Namun, eits! Tunggu dulu. Gaya hidup jelek yanh berkaitan dengan artis, ya. Gue tidak pernah korupsi, memberi atau menerima gratifikasi, menyebar konspirasi, atau terlibat bisnis money laundry. Nope. Eh, satu lagi; gue tidak mendukung presiden atau calon presiden siapa pun namanya. No, no, no. Big fat no. Gue tidak tahu dan tidak mau tahu dengan urusan yang berbau-bau politik seperti itu.
Gue akan tetap setia di jalur hidup gue sebagai penghibur. Gue akan berusaha semampu otak jorok dan badan bergelimang dosa gue untuk selalu menghibur kalian. Sehingga kalian lupa sama masalah yang kalian punya. Sehingga kalian tidak terlalu fokus lagi pada hidup kalian yang penuh derita.
Biarkan gue dan kejxlangan gue menjadi pusat perhatian dunia. Dengan begitu, duit tetap akan mengalir ke rekening gue dan gue bisa terus mempermainkan kalian semua. Seperti yang selalu dikatakan oleh manajer dan publicist gue bilang, "Be a controversy and you will find your name in the history."
Then, so be it. Mereka yang dulu menyuruh gue untuk menjadi perdebatan di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi kenapa sekarang mereka yang memohon-mohon sama gue untuk berhenti?
"Come on, Owen. Dengarin saran Maria. Gak ada salahnya kalau lo menghilang dari radar paparazi haus darah itu untuk sementara waktu. Nama lo sekarang lagi panas-panasnya di luar sana, man. Kalau kita maksain lo buat tetap terekspos, yang ada nanti malah lo sendiri yang terbakar." Bram mengakhiri pidatonya.
Gue tergelak. "Talk about a fxcking irony right there, you guys," ungkap gue sambil menyandarkan tubuh di sofa di ruangan Maria. Tempat yang seharusnya tidak gue datangi setelah penampilan besar gue di salah satu konser sold out. Gue seharusnya sedang "dihibur" sama fans-fans gue itu. Membiarkan mereka memuja gue dan mengungkapkan rasa syukur mereka terhadap keberadaan gue di dunia ini. Gue hirup rokok yang bertengger di antara jari telunjuk dan jari tengah gue. It tastes like shxt. "Kalau bukan karena saran dari kalian, gue juga gak akan berakhir segila ini. You know that, right?"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Anonymous
opening nya keren niy...
2023-02-23
0
Ree.Pand
keren ceritanya
2023-02-08
0
Anonymous
gooood
2023-02-08
0