20. I Don't Feel Like It

Angga

Si Bxjingan itu berhasil memecahkan bibir bawah gue dan membuat pipi gue membiru keunguan. Sialan. Meskipun begitu, gue tidak menyesal membiarkan dia menghujani gue dengan bogem mentahnya.

Gue merasa pantas menerima pukulan-pukulan itu setelah apa yang gue perbuat pada Olavia.

Dasar pengkhianat bodoh. Lo susah melakukan kesalahan yang sama seperti yang sulu lo lakuin. Lo udah mengambil pilihan dari tangan Olavia. Itu yang lo bilang cinta, ha? itu yang lo bilang sayang? Percuma lo bilang kalau dia adalah wanita pujaan lo, orang yang paling lo cintai di dunia ini, kalau lo masih bersikap seenak jidat lo. Kalau lo masih suka meng-abuse kepercayaan yang telah dia berikan.

Dasar Angga sialan!

Kenapa, sih, lo masih gak bisa belajar dari kesalahan? Kenapa, sih, lo kayak gak punya otak gitu? Kenapa lo gak bisa mikir dulu sebelum bertindak?

Sambil membersihkan luka-luka gue di kamar mandi hotel yang gue pesan kemarin, dengan air bersih dan peralatan yang benar kali ini, gue sibuk memaki-maki diri di dalam hati. Yep. Karena gue merasa pantas dimaki-maki pula.

Shxt.

Gue memesan kamar ini kemarin hanya untuk berjaga-jaga kalau saja gue harus menginap. Dan sekarang sepertinya gue memang harus menginap.

Gue jadi ingat dengan apa yang sering orang-orang bijak itu katakan.

Your plan will never work if there's a plan B in there.

So, there it is. Seharusnya gue tidak memesan kamar ini. Seharusnya gue tidak berandai-andai. Seharusnya gue bisa membuat perencanaan yang solid. Namun, apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur. Walaupun jelas tidak ada ayam suwir, kacang kedelai goreng, potongan seledri, bawang goreng, dan kuah kaldunya, gue tetap harus bisa menikmati apayang sudah disuguhkan oleh kehidupan.

Atau setidaknya berpura-pura menikmati bubur itu saja.

Hm. Bisa, kan, lo?

Honestly? Gue tidak tahu apa gue bisa berpura-pura menikmati semua hal yang berkaitan dengan dua orang yang paling gue cintai di dunia ini. Kalau untuk soal Olavia dan Oleander, di dalam kamus gue tidak ada kata pura-pura. Pilihan yang ada cuma dua; gue bahagia sama mereka atau gue merana tanpa keduanya. Itu saja. Titik.

How is that situation looking for you right now, huh? Sebuah suara di dalam kepala gue bertanya. Gue tahu itu adalah setan yang ada di dalam sana. Pilihan yang mana yang akan menjadi kenyataan setelah apa yang terjadi siang ini? Apakah lo yakin masih ada kemungkinan untuk pilihan pertama setelah Olavia tahu semuanya? Setelah dia sadar akan apa yang telah lo lakukan? I don't think so. Sepertinya, pilihan kedua lebih masuk akal. Lo akan dihapus dari hari-hari mereka. Dan, ehem. Bukannya gak mungkin posisi lo itu akan digantikan oleh orang baru. Ya, gak, ya?

Oh, FXXXXXCK!

Seketika teriakan gue yang terdengar seperti raungan binatang yang kesakitan sudah memenuhi kamar mandi itu. Rasa sakit juga serta-merta pelesat di sepanjang lengan kanan gue. Ketika gue cek, tahu-tahu darah sudah mengalir dari luka-luka yang menganga di kulit yang menutup buku pangkal tulang jari tangan gue.

What the fxck?

Saat menengadah, gue juga baru menyadari kalau cermin wastafel yang ada di depan gue sudah retak seribu.

God damn it!

Bisa gak, sih, lo gak usah bikin onar, Ngga? Bisa gak, sih, lo gak usah nyari-nyari perkara? Bisa gak, sih, lo tenang aja? Gak usah banyak tingkah. Gak usah sok-sok belagu untuk melakukan sesuatu yang belum tentu orang lain suka. Ha?

Lo lihat, kan, cermin di depan lo? Tinju lo yang baru saja mendarat di sana itu bisa diibaratkan sebagai kesalahan lo yang pertama. Sedangkan cermin itu adalah hatinya Olavia. Sekarang, coba lo bayangkan seandainya lo tinju cermin yang udah penuh retakan itu sekali lagi dan dengan pukulan yang lebih keras dari yang tadi. Menurut lo, apakah cermin itu akan selamat? Apakah dia masih akan menjadi seperti itu? Atau, malah hancur sehancur-hancurnya sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai cermin lagi?

Menurut pendapat lo, apa yang akan terjadi, Ngga? Apa yang akan terjadi dengan hati Olavia? Apa yang akan terjadi pada kepercayaan dia terhadap lo? Menurut lo, apakah dia akan membiarkan anaknya bersama orang yang tidak dia percayai, hm? Menurut lo, setelah ini apakah hubungan lo dan Oleander masih tetap ada walau lo dan Olavia sudah putus? Ha?

"Aaaaaaargh!"

****

Ponsel gue berbunyi. Ini sudah deringan yang kesekian kali. Dan sudah kesekian kali pula gue sengaja membiarkannya tetap berdering. Hitung-hitung untuk mengisi perasaan kosong yang mulai menggerogoti hati ini.

Betul-betul berat rasanya ketika gue memilih untuk tidak mengacuhkan panggilan dari Olavia. Begitu berat rasanya menatap layar gue yang menyala dan menampilkan foto kontak wanita pujaan gue itu. Foto gue dan Olavia dengan Ole di tengah-tengah kami, tersenyum menghadap ke kamera. Foto terbaru yang kami ambil saat perayaan ulang tahun Ole yang ketiga.

Hari di mana Olavia menyatakan yes untuk menjadi istri gue.

Gue rasa jawabannya akan berbeda setelah ini.

Fxcking hell.

Belum-belum saja rasanya sudah sakit setengah mati.

Gue menghapus air mata yang meleleh di pipi dengan kain kasa yang melilit tangan. Gue tidak bisa menemukan apa pun di dalam diri gue untuk peduli soal kebersihan luka yang gue balut sembarangan tadi.

Setelah benar-benar menghancurkan cermin itu, gue menelepon pihak hotel dan menyuruh mereka untuk membersihkan kekacauan yang telah gue sebabkan. Sementara petugas cleaning servis menyapu pecahan-pecahan tajam itu, seorang manajer mendatangi gue untuk meminta pernyataan pertanggungjawaban.

It wasn't hard to do.

Gue segera mentransfer sejumlah uang yang dikehendaki oleh pihak hotel tanpa berkata satu patah kata pun. Sang manajer yang takut menghadapi gue (terlihat dari bagaimana seringnya dia melirik ke arah pintu dan cara berdirinya yang gelisah, seperti ingin cepat-cepat kabur dari aura gelap yang gue pancarkan sekarang), sekonyong-konyongnya benar-benar melesat ke luar setelah gue menandatangani surat dan memperlihatkan bukti transfer itu ke mukanya.

Setelah si bapak-bapak kurus selesai menyapu dan memastikan tidak ada pecahan yang tersisa, gue mendekam sendiri di dalam kamar ini.

Gue tidak punya nafsu untuk makan. Gue tidak punya keinginan untuk mandi dan berganti pakaian. Gue tidak punya hasrat untuk melakukan apa pun selain menatap ponsel gye yang terus berdering meski ini sudah pukul dua belas lebih empat puluh lima menit.

Fxck.

Sedu dan sedan tidak bisa lagi gue sembunyikan. Fxcking hell. Rasanya benar-benar seperih itu.

Gue tidak peduli jika gue terdengar seperti banci. Yang jelas, gue tidak yakin akan bisa bertahan jika Olavia memutuskan untuk menghapus gue dari hari-hari mereka.

Bahkan sekarang rasanya bernapas saja begitu sulit.

Bersambung ....

Episodes
1 1. Owen Si Artis Kontroversi
2 2. Sial!
3 3. Wanita Bergaun Merah
4 4. Terbakar
5 5. Awas Bram Galak!
6 6. Reflection of A Man
7 7. Go Get Her
8 8. She Said Yes
9 9. Congratulations!
10 10. Percakapan Ayah dan Anak
11 11. Mysterious Phone Call
12 12. Janji Temu
13 13. Lidah Cadel Oleander
14 14. I Love You So Much
15 15. When Angga Meets Owen
16 16. Prahara
17 17. Desperately Desperate
18 18. Rasa yang Berserak
19 19. Resah dan Gelisah
20 20. I Don't Feel Like It
21 21. Oh, My God
22 22. When Owen Meets the Mini Version of Him
23 23. Bencana
24 24. Dasar Angga Tolol
25 25. Kelu dan Beku
26 26. Rengsa
27 27. Gue Tidak Tahu Lagi
28 28. This is It for Now
29 29. Lega
30 30. Rapat Keluarga
31 31. Maafkan Aku, Ngga
32 32. Waktu
33 33. Omongan Oliver yang Berbelit-Belit
34 34. Tidak Ada yang Lebih Indah dari Ini
35 35. It's Yours
36 36. Thank you, God
37 37. Kamulah Satu-Satunya
38 38. We Need to Stop
39 39. Pada Akhirnya Semua Akan Baik-Baik Saja
40 40. I'm Not Crying
41 41. No More Secret
42 42. Nikmatnya Dunia
43 43. Berbahaya Namun Seksi
44 44. Nano-Nano
45 45. Menguras Sikap Sombong Owen
46 46. Nurture Over Nature
47 47. Setelah Sekian Puluh Purnama
48 48. Cepat-Cepat
49 49. Sorry, Nama Gue Bukan Cantik
50 50. If I Were You
51 51. There Goes My Messages
52 52. Amplop Cokelat Berlogo
53 53. Keluarga Sebenarnya
54 54. Moral Compass and Whatnot
55 55. Thank You, Owen
56 56. Please, Gue Mohon
57 57. Harap
58 58. Pulang
59 59. Nikah, Yuk
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Owen Si Artis Kontroversi
2
2. Sial!
3
3. Wanita Bergaun Merah
4
4. Terbakar
5
5. Awas Bram Galak!
6
6. Reflection of A Man
7
7. Go Get Her
8
8. She Said Yes
9
9. Congratulations!
10
10. Percakapan Ayah dan Anak
11
11. Mysterious Phone Call
12
12. Janji Temu
13
13. Lidah Cadel Oleander
14
14. I Love You So Much
15
15. When Angga Meets Owen
16
16. Prahara
17
17. Desperately Desperate
18
18. Rasa yang Berserak
19
19. Resah dan Gelisah
20
20. I Don't Feel Like It
21
21. Oh, My God
22
22. When Owen Meets the Mini Version of Him
23
23. Bencana
24
24. Dasar Angga Tolol
25
25. Kelu dan Beku
26
26. Rengsa
27
27. Gue Tidak Tahu Lagi
28
28. This is It for Now
29
29. Lega
30
30. Rapat Keluarga
31
31. Maafkan Aku, Ngga
32
32. Waktu
33
33. Omongan Oliver yang Berbelit-Belit
34
34. Tidak Ada yang Lebih Indah dari Ini
35
35. It's Yours
36
36. Thank you, God
37
37. Kamulah Satu-Satunya
38
38. We Need to Stop
39
39. Pada Akhirnya Semua Akan Baik-Baik Saja
40
40. I'm Not Crying
41
41. No More Secret
42
42. Nikmatnya Dunia
43
43. Berbahaya Namun Seksi
44
44. Nano-Nano
45
45. Menguras Sikap Sombong Owen
46
46. Nurture Over Nature
47
47. Setelah Sekian Puluh Purnama
48
48. Cepat-Cepat
49
49. Sorry, Nama Gue Bukan Cantik
50
50. If I Were You
51
51. There Goes My Messages
52
52. Amplop Cokelat Berlogo
53
53. Keluarga Sebenarnya
54
54. Moral Compass and Whatnot
55
55. Thank You, Owen
56
56. Please, Gue Mohon
57
57. Harap
58
58. Pulang
59
59. Nikah, Yuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!