11. Mysterious Phone Call

Owen

Nada panggilan masuk di ponsel gue membuat gue terbangun. Sialan. Siapa yang menelepon sepagi ini?

Lalu gue ingat bahwa tidaka ada yang memiliki nomor baru gue selain si Bram.

Damn it.

Panggilan pertama selesai, akan tetapi segera saja masuk panggilan kedua.

Untuk apa dia menelepon gue sepagi ini?

Gue baru memiliki kesadaran dan kemauan yang cukup untuk menjangkau ponsel dan mengangkat teleponnya pada dering ketiga. "Hm?" gumam gue dengan tenggorokan yang berat oleh kantuk.

"Masih tidur lo?" Pertanyaan yang sungguh sia-sia dan tak berguna. Kalian pikir saja. Kalau gue masih tidur, apakah gue bisa mengangkat telepon dia?

"Menurut lo?" Gue akhirnya memilih menjawab karena ... dia manajer gue. Gue tidak mau mengambil resiko dan membuat dia ngamuk lagi seperti sebelum ini.

"Whatever." Bram juga memilih untuk tidak mempermasalahkan jawaban sembarangan gue. "Eh, by the way, kenapa anaknya Beniqno Addams nyariin elo?"

Nama Beniqno Addams benar-benar terdengar asing di telinga gue. "Beniqno Addams itu siapa?" Gue bertanya sambil mengucek-ngucek mata.

"Fxck, man. Lo gak tahu Beniqno Addams? Big Ben, man, Big Ben! Vokalisnya–"

Sisa kalimat Bram langsung menghilang dari pendengaran gue ketika nama itu akhirnya klik di dalam ingatan gue. Gue sekonyong-konyongnya bangkit dari posisi rebah gue. Kantuk yang masih menggelayuti mata dan mengabut di pikiran seketika itu juga menghilang. Sirna ditelan keterkejutan.

Big Ben. Beniqno Addams. Beniqno Bar and Grill. Tempat terakhir gue nge-busking dulu. Beniqno Addams adalah orang yang membantu menghubungkan gue dengan exec dari label gue sekarang.

Dan anaknya Beniqno Addams adalah ....

Fxck. Mau apa dia sama gue?

"Lo bilang apa tadi, Bram?"

Bram si sialan malah diam saja.

"Bram! Come on, man. Lo tadi bilang apa, ha?" Gue mau tidak mau mendesak manajer gue itu karena gue juga didesak oleh rasa penasaran yang mulai menjalar di dalam darah gue.

Buat apa itu orang mencari gue?

Terdengar embusan napas keras dari seberang sambungan yang menciptakan suara seperti gangguan udara. "Gue tadi bilang kalau anaknya Beniqno Addams nyariin elo."

There it is. "Buat apaan?" Gue menyuarakan pertanyaan besar di dalam kepala gue.

"Yaa, mana gue tahu. Kan, gue tadi juga nanya sama elo. Dia ngapain nyariin elo?" Si Bram langsung membantah.

"Sialan lo. Gue juga gak tahu, makanya gue nanya elo. Kan, elo yang ditelepon." protes gue.

"Ih. Kan, elo yang dicariin." Kami berbantah-bantahan seperti sepasang suami dan istri yang sudah menikah selama ribuan tahun.

"Sialan lo."

Gue menghela napas dalam. "Jadi, gimana ceritanya elo bisa ditelepon dia?"

Kemudian Bram menjelaskan. "Gue dihubungi sama kenalan gue. Katanya mantan manajer atau siapa gitu dari Big Ben nanyain nomor gue ke dia. Terus dia kasih karena orang itu bilang Big Ben ada keperluan sama gue. Ya, udah. Tadi pagi, langsung ada telepon masuk ke nomor gue dari nomor baru. Gue angkat, dong, karena gue udah aware sama panggilan ini.

"Ternyata yang telepon anaknya Big Ben, namanya Angga dan dia nyariin elo. Katanya ada urusan penting yang harus dibicarakan langsung berdua. Dia minta nomor elo yang baru ini. Gak gue kasih. Gue bilang aja kalau lo sempat, lo sendiri yang bakal menghubungi dia balik."

Okaay. Apa keperluan penting yang harus dibicarakan secara face to face itu, ya? Hm.

Dari awal, gue memang sudah merasa agak terintimidasi dengan keberadaan si Angga ini. Bukan hanya karena dia adalah anak dari Beniqno Addams, salah satu vokalis band legendaris, akan tetapi juga karena keberadaan dia membawa suatu aura yang sangat ... I don't know, manly. Ditambah lagi dengan badannya yang tinggi dan berotot seperti ayahnya. Jadilah, gue semakin tidak nyaman berada di satu tempat dengan jarak yang dekat bersama dia.

Julukan Big Ben yang diberikan kepada Beniqno Addams ini bukan diberikan secara sembarangan. Big Ben benar-benar memiliki tinggi yang di atas rata-rata musisi kebanyakan.

Namun, the major factor atas ketidaknyamanan gue adalah ... karena perasaan dia terhadap si Cantik.

Yep. Si Cantik. Gadis yang mengejar-ngejar gue semenjak pertama kali bertemu di Beniqno. Gue lupa namanya siapa. Hm. Kalau tidak salah, di namanya itu ada huruf A-nya, deh. Namun, siapa, ya? Gue benar-benar lupa.

Duh.

Balik lagi ke laptop. Yang jelas, gue tahu dia menaruh hati sama si Cantik dari cara dia memandang cewek itu. Kalau dia biasa menatap orang lain dengan tatapan yang serius sambil mengerutkan kening, ketika melihat si Cantik, pandangan matanya languang berubah. Keseriusannya meleleh, berubah menjadi lebih hangat. Kerutan di keningnya juga hilang. Sudut bibirnya terangkat sedikit.

Setelah dipikir-pikir lagi, mungkin ini juga menjadi alasan kenapa gue merasa tidak enak berada di dekat dia. Di sanalah dia, mengamati si Cantik dari jauh, sementara si Cantik sedang main-main bersama gue. Gue tidak enakan karena gue hanya main-main bersama orang yang gue berani bilang adalah orang yang dia cintai.

So, yeah. Mungkin juga ada sedikit rasa kasihan yang gue rasakan untuk dia di sana. Jadilah rasa terintimidasi ditambah dengan rasa tidak nyaman ditambah dengan rasa kasihan akan menghasilkan ... rasa yang tidak menentu.

Sialan. Gue bingung banget sekarang.

"Wen, oi, Owen!" Hardikan Bram mengembalikan pikiran gue ke saat sekarang.

"Eh, eh. Iya. Sorry." Gue meminta maaf dengan gagap. "Apa?"

"Kenapa, sih, lo?" Bram bertanya heran. "Aneh banget. Ada urusan apa, sih, kalian?"

"Gak ada urusan apa-apa," tolak gue.

"Serius lo?"

Lah? Kenapa si Bram malah jadi curiga begini sama gue? "Iya, serius. Suuzan banget lo sama teman sendiri."

"Please, Owen. Sekarang ini gue bukannya lagi jadi teman lo, tapi gue lagi jadi manajer lo. Gue udah bilang kalau apa pun masalahnya, apa pun yang terjadi, lo harus update ke gue. Lo harus laporan. Apalagi kalau urusan kalian ini urusan yang aneh-aneh dan berpotensi untuk menimbulkan skandal baru lagi. Yang ini aja masih panas, Xsshole. Masa lo mau nambahin yang lain lagi?" repet Bram yang tengah mengaktifkan mode manajernya.

"Bram, dengerin gue, ya." Gue mulai menjelaskan. Gue tahu kalau dia yang sibuk mengurus imbas dari tingkah jelek gue, akan tetapi gue juga tidak perlu untuk diingatkan terus seperti ini. Gue juga sadar dengan apa yang gue kerjakan. Gue juga mau berubah. Sekarang, kan, gue sedang menuruti apa yang dia kehendaki. "Gue pernah salah, man. Gue akui gue salah. Tapi, lo gak bisa gantung itu terus di atas kepala gue, dong. Gue beneran gak tahu apa urusan yang dimaksud sama si Angga ini. Serius. I have no fxcking idea, for fxck's sake."

Pembelaan diri gue berhasil membungkam Bram. "Okay, man. Okay. Sorry gue udah kelewat batas," ungkapnya di kalakian.

Gue sebenarnya hanya ingin mengedikkan bahu, akan tetapi dia pasti tidak akan bisa melihat itu. "Yeah, me too." Kali ini embusan napas gue yang akan menciptakan suara aneh di speaker ponsel si Bram. "Gue baru ingat kalau gue belum minta maaf ke elo soal kekacauan yang gue buat. Gara-gara gue lo harus kerja lembur."

Kerja lembur adalah istilah yang terlalu enteng dibandingkan dengan apa yang sebenarnya dilalui Bram. "Nah, it's okay. Pastiin aja gue dapat bonus yang lumayan kalau lo survive setelah kasus ini."

Fxcking hell. Kalimatnya sangat menohok.

Kalau gue survive.

Sial. Gue tidak berusaha seumur hidup gue hanya untuk hancur di dunia ini. Gue bahkan belum ada lima tahu berkecimpung di dunia hiburan.

Fxck. Fxck. Fxck. Betapa kata survive benar-benar membuat mata gue terbuka.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Yuyu

Yuyu

nah loh nah loh
ada apa ituuuu?

2023-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Owen Si Artis Kontroversi
2 2. Sial!
3 3. Wanita Bergaun Merah
4 4. Terbakar
5 5. Awas Bram Galak!
6 6. Reflection of A Man
7 7. Go Get Her
8 8. She Said Yes
9 9. Congratulations!
10 10. Percakapan Ayah dan Anak
11 11. Mysterious Phone Call
12 12. Janji Temu
13 13. Lidah Cadel Oleander
14 14. I Love You So Much
15 15. When Angga Meets Owen
16 16. Prahara
17 17. Desperately Desperate
18 18. Rasa yang Berserak
19 19. Resah dan Gelisah
20 20. I Don't Feel Like It
21 21. Oh, My God
22 22. When Owen Meets the Mini Version of Him
23 23. Bencana
24 24. Dasar Angga Tolol
25 25. Kelu dan Beku
26 26. Rengsa
27 27. Gue Tidak Tahu Lagi
28 28. This is It for Now
29 29. Lega
30 30. Rapat Keluarga
31 31. Maafkan Aku, Ngga
32 32. Waktu
33 33. Omongan Oliver yang Berbelit-Belit
34 34. Tidak Ada yang Lebih Indah dari Ini
35 35. It's Yours
36 36. Thank you, God
37 37. Kamulah Satu-Satunya
38 38. We Need to Stop
39 39. Pada Akhirnya Semua Akan Baik-Baik Saja
40 40. I'm Not Crying
41 41. No More Secret
42 42. Nikmatnya Dunia
43 43. Berbahaya Namun Seksi
44 44. Nano-Nano
45 45. Menguras Sikap Sombong Owen
46 46. Nurture Over Nature
47 47. Setelah Sekian Puluh Purnama
48 48. Cepat-Cepat
49 49. Sorry, Nama Gue Bukan Cantik
50 50. If I Were You
51 51. There Goes My Messages
52 52. Amplop Cokelat Berlogo
53 53. Keluarga Sebenarnya
54 54. Moral Compass and Whatnot
55 55. Thank You, Owen
56 56. Please, Gue Mohon
57 57. Harap
58 58. Pulang
59 59. Nikah, Yuk
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Owen Si Artis Kontroversi
2
2. Sial!
3
3. Wanita Bergaun Merah
4
4. Terbakar
5
5. Awas Bram Galak!
6
6. Reflection of A Man
7
7. Go Get Her
8
8. She Said Yes
9
9. Congratulations!
10
10. Percakapan Ayah dan Anak
11
11. Mysterious Phone Call
12
12. Janji Temu
13
13. Lidah Cadel Oleander
14
14. I Love You So Much
15
15. When Angga Meets Owen
16
16. Prahara
17
17. Desperately Desperate
18
18. Rasa yang Berserak
19
19. Resah dan Gelisah
20
20. I Don't Feel Like It
21
21. Oh, My God
22
22. When Owen Meets the Mini Version of Him
23
23. Bencana
24
24. Dasar Angga Tolol
25
25. Kelu dan Beku
26
26. Rengsa
27
27. Gue Tidak Tahu Lagi
28
28. This is It for Now
29
29. Lega
30
30. Rapat Keluarga
31
31. Maafkan Aku, Ngga
32
32. Waktu
33
33. Omongan Oliver yang Berbelit-Belit
34
34. Tidak Ada yang Lebih Indah dari Ini
35
35. It's Yours
36
36. Thank you, God
37
37. Kamulah Satu-Satunya
38
38. We Need to Stop
39
39. Pada Akhirnya Semua Akan Baik-Baik Saja
40
40. I'm Not Crying
41
41. No More Secret
42
42. Nikmatnya Dunia
43
43. Berbahaya Namun Seksi
44
44. Nano-Nano
45
45. Menguras Sikap Sombong Owen
46
46. Nurture Over Nature
47
47. Setelah Sekian Puluh Purnama
48
48. Cepat-Cepat
49
49. Sorry, Nama Gue Bukan Cantik
50
50. If I Were You
51
51. There Goes My Messages
52
52. Amplop Cokelat Berlogo
53
53. Keluarga Sebenarnya
54
54. Moral Compass and Whatnot
55
55. Thank You, Owen
56
56. Please, Gue Mohon
57
57. Harap
58
58. Pulang
59
59. Nikah, Yuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!