13. Lidah Cadel Oleander

Angga

Setelah membereskan pekerjaan, gue bergegas untuk kembali ke Bogor. Di perjalanan, otak gue bekerja dengan keras untuk menemukan alasan terbaik yang bisa gue berikan kepada Olavia soal keberangkatan gue yang mendadak ini.

Sial. Gue betul-betul tidak suka menyembunyikan sesuatu dari dia. Namun, karena ini bukanlah sesuatu yang jelek, in fact, ini akan menjadi bagian dari paket kejutan yang akan gue berikan padanya di hari pernikahan kami nanti, hati gue sedikit lebih lega.

Sekarang gue hanya harus bisa menatap dia dan berusaha agar ekspresi gue tidak mengkhianati gue sedikit pun.

"Kok, kamu udah pulang, Ngga?" usut wanita gue ketika melihat gue masuk.

Bukan kalimat sambutan yang gue harapkan. Damn, dari awal saja dia sudah mulai curiga sama gue. "Enggak, ah. Biasa aja." Gue menjawab sekenanya sambil menyurukkan muka dengan mendaratkan kecupan di pipi dan bibirnya. "Mana Ole? Dia udah bangun, kan?"

Oleander is a great weapon and a good reason you use if you want to change the topic.

"Udah, dari tadi malah. Dia bangun gak lama setelah aku selesai nelepon kamu tadi."

Olavia kemudian memimpin jalan menuju ke tempat di mana Oleander berada sekarang. Of course dia ada di taman belakang.

"That damn thing is still standing?" Gue ternganga ketika melihat istana balon yang sudah ada semenjak hari perayaan ulang tahunnya.

"Hu-uh." Wanita gue menoleh sekejap ke arah gue. Dia lalu berhenti di tepi teras dan melihat bocah kecil kami berusaha menaklukkan benda itu dengan tubuhnya yang kecil. "Dia gak mau lepas dari sana. Aku sempat ngomel ke Bang Oli karena gara-gara dia Ole gak mau main di dalam rumah lagi."

Gue merangkul tubuh wanita itu dengan lengan kanan dan membiarkan dia menyandarkan badannya di tubuh gue. Sebuah gelak lepas dari mulut. Lekas saja gue kamuflasekan menggunakan kecupan di rambutnya yang beraroma campuran antara qangi kelapa dari sampo dan keringat karena aktivitasnya seharian ini. "Anak laki-laki emang gak seharusnya main di dalam rumah mulu, Sayang." Gue mencoba menenangkan.

"Ya, tapi gak harus beliin main segede gitu juga kali, kan, Yang?"

Gue lagi-lagi harua menyembunyikan tawa gue. Sialan Oliver. Entah apa yang ada di dalam pikirannya ketika dia memilih benda itu sebagi hadiah untuk Oleander. Entah dia mau mengerjai Ola atau benar-benar sayang sama keponakannya, gue tidak yakin mau memilih yang mana.

"Tapi, tadi kamu sendiri yang bilang kalau Ole gak rewel pas diajak tidur siang. Iya, kan? Malahan dia yang ngaku capek duluan." Gue mengingatkan Olavia lagi. "Nah. Aku rasa itu positifnya."

Di kesudahan, wanita gue itu mendengkus. "Ih, kamu!" gerutunya. "Gak asyik. Padahalaku tadi mau nyalah-nyalahin Bang Oli."

Setelah diperhatikan lebih dalam, ternyata letak kesalahannya bukan ada pada keputusan Oliver untuk membelikan replika bangunan berbahan plastik yang berisi angin itu. Namun, ada di sini. "Kamu pasti capek banget, ya?" Gue bertanya sambil menggosok-gosok lengan Olavia dengan tangan gue.

Kali ini Olavia mendesah. Butuh beberapa saat sebelum dia mengeluarkan suara. "Iya." Dia mengaku. "Aku juga PMS. Makanya cranky banget dari tadi."

Oh, no. Almost the time of the month.

"Ya, udah. Duduk dulu sana." Gue merujuk pada kursi teras yang ada di belakang kami. "Aku nyapa Ole bentar, abis itu baru aku pijitin kakinya. Ya?"

Olavia seketika berbalik dan mengembuskan napas panjang. "That sounds really nice," desahnya sembari melingkari pinggang gue dengan kedua lengannya. "Thank you." Dikecupnya dada gue dari atas kemeja yang gue pakai.

"Anything for you, Baby." Gue kemudian mengecup rambut Olavia dan berhenti di bibirnya agak lama. Hm. It's good to feel these soft lips on mine again. Ketika gue mendengar suara yang agak berbahaya muncul dari auatu tempat di dalam tubuh wanita pujaan gue itu, gue segera melepaskan diri sebelum ikut hanyut bersama dia dan lupa diri. "God, that sound you make, Baby." Gue mengerang. Lalu mengecup bibirnya sekilas untuk yang terakhir kali. Dengan napas yang terengah-engah, gue memberi tahu dia, "Aku gak sabar nunggu tiga bulan lagi, Sayang."

Olavia membasahi bibirnya yang masih basah itu. Gue suka mengartikan tindakannya itu sebagai usaha dia untuk mengumpulkan sisa-sisa rasa gue di sana. Daaaamn. That thought really drives me nuts.

"Duduk dulu, sana. I'll be right back." Gue berbalik dan menyongsong bayi tiga tahun yang sedang melompat-lompat di tengah permukaan yang labil itu dengan bersemangat. "Hai, Le!"

Perhatiannya teralihkan ke gue. "Papa!" serunya pula. Dia di kalakian berusaha untuk melangkah menuju ke arah gue dengan cepat. Namun, usaha itu hanya membuatnya terjatuh berkali-kali di atas sana.

Melihat Oleander, jantung gue kembali berdegup dengan lebih cepat. Gue merasa gugup dan girang dalam satu waktu. Gugup soal pertemuan gue dengan Owen besok dan girang karena sebentar lagi gue bisa memiliki anak ini dengan utuh. Kolom nama ayah di akta kelahirannya juga tidak akan kosong lagi. Akan ada nama gue di sana berdampingan dengan nama Olavia.

Fxck. I love this kid so much.

Akhirnya Ole berhasil mencapai tepi setelah drama jatuh dan bangun berkali-kali. Di langkah terakhirnya, dia sengaja menghamburkan diri ke pelukan gue. "Papa!"

"Hei, kiddo." Gue imbuhkan sebuah kecupan di rambut dan keningnya. Wow. Wanginya benar-benar sedap sekali. "Enak mainnya?" Gue bertanya sembari mengernyitkan hidung.

Oleander terkikik melihat raut wajah gue. "Hu-uh." Dia mengangguk dalam. "Om Oliber is the bestest uncle in the wold."

Gue ikut tertawa mendengar pengucapannya yang masih belum sempurna. "Yeah, uncle Oli is the bestest, huh?" ulang gue untuk mengkonfirmasi.

"Yes!" serunya sambil meluruskan kedua lengannya tinggi ke udara. "Uncle Oliber got Lele the bestest plesent eber in the whole wide wold!"

Shxxxxt. He's adorable. Dan, cara dia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Lele? He's more than adorable. He's the best. "Hm, okay. But, Papa dengar kalau semenjak ada istana ini kamu cuma mau main di luar aja. Is that so?"

Bocah itu mengangguk lagi. "Yes, Papa. Istananya fun. Lele likes habing bun."

Dengan susah payah gue menahan gelak yang hendak muncrat dari bibir gue. Karena masih belum bisa menguasai pengucapan beberapa huruf, kata-kata yang dikeluarkan Ole bisa berubah menjadi sesuatu yang ajaib dan berbeda sama sekali. Apalagi kalau diucapkan dengan ekspresi yang innocent seperti barusan. God damn it.

But, I won't have it any other way. Gue akan menikmati fase ini dan merekam setiap detiknya di dalam ingatan gue sampai gue pergi dari dunia ini. "Good." Gue menambahkan. "It's good to have fun. Buuut," tawar gue. "Papa boleh minta tolong sesuatu?"

Bersambung ....

Episodes
1 1. Owen Si Artis Kontroversi
2 2. Sial!
3 3. Wanita Bergaun Merah
4 4. Terbakar
5 5. Awas Bram Galak!
6 6. Reflection of A Man
7 7. Go Get Her
8 8. She Said Yes
9 9. Congratulations!
10 10. Percakapan Ayah dan Anak
11 11. Mysterious Phone Call
12 12. Janji Temu
13 13. Lidah Cadel Oleander
14 14. I Love You So Much
15 15. When Angga Meets Owen
16 16. Prahara
17 17. Desperately Desperate
18 18. Rasa yang Berserak
19 19. Resah dan Gelisah
20 20. I Don't Feel Like It
21 21. Oh, My God
22 22. When Owen Meets the Mini Version of Him
23 23. Bencana
24 24. Dasar Angga Tolol
25 25. Kelu dan Beku
26 26. Rengsa
27 27. Gue Tidak Tahu Lagi
28 28. This is It for Now
29 29. Lega
30 30. Rapat Keluarga
31 31. Maafkan Aku, Ngga
32 32. Waktu
33 33. Omongan Oliver yang Berbelit-Belit
34 34. Tidak Ada yang Lebih Indah dari Ini
35 35. It's Yours
36 36. Thank you, God
37 37. Kamulah Satu-Satunya
38 38. We Need to Stop
39 39. Pada Akhirnya Semua Akan Baik-Baik Saja
40 40. I'm Not Crying
41 41. No More Secret
42 42. Nikmatnya Dunia
43 43. Berbahaya Namun Seksi
44 44. Nano-Nano
45 45. Menguras Sikap Sombong Owen
46 46. Nurture Over Nature
47 47. Setelah Sekian Puluh Purnama
48 48. Cepat-Cepat
49 49. Sorry, Nama Gue Bukan Cantik
50 50. If I Were You
51 51. There Goes My Messages
52 52. Amplop Cokelat Berlogo
53 53. Keluarga Sebenarnya
54 54. Moral Compass and Whatnot
55 55. Thank You, Owen
56 56. Please, Gue Mohon
57 57. Harap
58 58. Pulang
59 59. Nikah, Yuk
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1. Owen Si Artis Kontroversi
2
2. Sial!
3
3. Wanita Bergaun Merah
4
4. Terbakar
5
5. Awas Bram Galak!
6
6. Reflection of A Man
7
7. Go Get Her
8
8. She Said Yes
9
9. Congratulations!
10
10. Percakapan Ayah dan Anak
11
11. Mysterious Phone Call
12
12. Janji Temu
13
13. Lidah Cadel Oleander
14
14. I Love You So Much
15
15. When Angga Meets Owen
16
16. Prahara
17
17. Desperately Desperate
18
18. Rasa yang Berserak
19
19. Resah dan Gelisah
20
20. I Don't Feel Like It
21
21. Oh, My God
22
22. When Owen Meets the Mini Version of Him
23
23. Bencana
24
24. Dasar Angga Tolol
25
25. Kelu dan Beku
26
26. Rengsa
27
27. Gue Tidak Tahu Lagi
28
28. This is It for Now
29
29. Lega
30
30. Rapat Keluarga
31
31. Maafkan Aku, Ngga
32
32. Waktu
33
33. Omongan Oliver yang Berbelit-Belit
34
34. Tidak Ada yang Lebih Indah dari Ini
35
35. It's Yours
36
36. Thank you, God
37
37. Kamulah Satu-Satunya
38
38. We Need to Stop
39
39. Pada Akhirnya Semua Akan Baik-Baik Saja
40
40. I'm Not Crying
41
41. No More Secret
42
42. Nikmatnya Dunia
43
43. Berbahaya Namun Seksi
44
44. Nano-Nano
45
45. Menguras Sikap Sombong Owen
46
46. Nurture Over Nature
47
47. Setelah Sekian Puluh Purnama
48
48. Cepat-Cepat
49
49. Sorry, Nama Gue Bukan Cantik
50
50. If I Were You
51
51. There Goes My Messages
52
52. Amplop Cokelat Berlogo
53
53. Keluarga Sebenarnya
54
54. Moral Compass and Whatnot
55
55. Thank You, Owen
56
56. Please, Gue Mohon
57
57. Harap
58
58. Pulang
59
59. Nikah, Yuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!