NovelToon NovelToon

Kamulah Satu-satunya

1. Owen Si Artis Kontroversi

Owen

"Oweeeeeen. I love you!"

Yeah, right. Thank you.

"I love you, Owen! Please, marry me!"

Hum, no. But thanks for coming to my concert.

"You are so handsome. Marry me, Owen!"

Why, yes. Gue tahu kalau gue ganteng. Namun, untuk nikah sama lo? I think I'll pass.

"Oween, have babies with me!"

Eeew. Gue paling jijik mendengar kalimat yang terakhir itu. Sangat, sangat, sangat jijik. Bagaimana bisa seorang wanita mengucapkan kata-kata murahan seperti itu kepada laki-laki yang tidak dikenal? Terlepas dari laki-laki yang tidak dikenal itu adalah seorang public figure yang terkenal.

Apalagi mereka beranggapan kalau kalimat seperti itu bisa benar-benar membuat si artis tertarik. Like, apakah mereka berharap ketika si artis mendengar kalimat itu, dia langsung berkata, "Oh, yeah? Kamu mau punya anak sama aku? Oh, my fxcking God! You are a saint. We can marry tomorrow." Huh?

Come the fxck on.

Gak ada. Gue jamin gak akan ada satu pun artis, sejelek apa pun tampangnya, karirnya, finansialnya, dan so on, so on, yang akan tertarik sama wanita yang hobi menjajakan diri seperti itu. Yang ada malah, "Oh, yeah, baby? Lo mau punya anak sama gue? Come on, come on. Come to me. Let me blow your fxcking mouth and fill it with my load. And then we can see if I can get you pregnant with that. Or not." Atau, "Oh, yeah, baby? Lo mau punya anak sama gue? Come on, bikin dulu, yuk! Soal anaknya jadi apa enggak, pikirin nanti aja. Yang jelas hasrat gue lepas dulu. Ya, gak, ya?"

Gue kasih tahu ke kalian, ya. Artis, khususnya penyanyi kayak gue, we are a bunch of dipshxts. You hear that? Kita-kita ini adalah segerombolan orang-orang berxngsek dengan ego setinggi langit dan selera yang susah untuk dipuaskan. Kami terbiasa dipuja, oleh ribuan orang dalam satu waktu, dan gue rasa itu yang masuk ke dalam kepala kami dan meracuni jalan pikiran. Fans berpikir kami adalah keturunan dewa. Dan itu membuat kami percaya bahwa kami betul-betul sudah menjadi dewa itu sendiri.

Apalagi kalau selama konser atau pertunjukan live, kita diperlakukan begitu "spesial" oleh fans-fans wanita. Yep, kalian pikir di saat manggung cuma penonton yang mendapatkan hiburan? Ooo, tentu saja tidak, Lorenzo. Si artis pun juga banyaaak sekali mendapatkan hiburan dari penontonnya. Gue kasih contoh, nih, ya. Tindakan ini baru saja terjadi di konser gue yang baru selesai beberapa jam yang lalu.

Sedang asyik-asyiknya nyanyi, tiba-tiba ada sesuatu yang menimpuk muka gue. Kaget, gue langsung mengecek benda yang waktu itu teronggok di kaki. Dan kalian tahu itu apa? Brx, man, brx.

Sialan. Awal-awal manggung gue sempat kaget ketika mendapatkan koleksi brx pertama gue. Namun, setelah itu, gue sudah biasa saja. Yang tadi gue terima itu adalah brx keseratus sekian lah. Gue juga tidak menghitung pastinya berapa. Capek gue kalau harus menghitung itu. Banyak banget soalnya.

Contoh lagi.

Saat itu sesi break di antara lagu. Habis minum, gue mendengar ada seseorang yang meneriakkan nama gue. Gue otomatis menengok ke arah sumber suara, dong. Dan, ketika gue menoleh, gue disambut oleh pemandangan dua gunung kembar yang polos sepolos-polosnya. Iya, polos banget. Karena si cewek yang punya gunung itu sengaja datang ke konser gue tanpa menggunakan brx supaya dia dengan mudah bisa "menyatakan rasa syukurnya sama gue". Eh, apa dia yang tadi melempar brx itu, ya?

Damn it. Gue lupa menandai itu cewek. Lagian, perhatian gue juga tidak sampai jauh ke mukanya, sih. Cuma berhenti sampai dada doang. Ya, elah.

Gimana, hm? Gimana kita gak selalu "panas" setelah manggung coba? Hiburannya saja begitu. Tidak sekali atau dua kali lagi. Berkali-kali! Ditambah dengan sisa adrenalin dari atas panggun, beuh! Darah panas kita meronta-ronta minta didinginkan.

Meski tidak semuanya begitu, ya. Namun, sebagian besar teman-teman satu profesi yang gue temui bersikap kurang lebih sama kurang ajarnya seperti sikap gue. Makanya gue berani mengatakan hal seperti di atas.

Yup. We are pretty much a bunch of horny dipshxts.

Yang kalian baca di tabloid dan berita-berita online itu juga kurang lebih benar. Gue suka gonta-ganti cewek, main sama beberapa dari mereka dalam satu waktu. Gue suka party, gue juga pernah mencoba bersahabat dengan pil-pil yang tersebar di sana. I cheated on girls, girls and wives cheated on their spouses with me. I am a homewrecker. I am a manwhxre. I am no saint. Not at all.

Kalau ada kata-kata jelek yang lain daripada itu, mungkin kalian bisa mengasosiasikannya dengan gue. Namun, eits! Tunggu dulu. Gaya hidup jelek yanh berkaitan dengan artis, ya. Gue tidak pernah korupsi, memberi atau menerima gratifikasi, menyebar konspirasi, atau terlibat bisnis money laundry. Nope. Eh, satu lagi; gue tidak mendukung presiden atau calon presiden siapa pun namanya. No, no, no. Big fat no. Gue tidak tahu dan tidak mau tahu dengan urusan yang berbau-bau politik seperti itu.

Gue akan tetap setia di jalur hidup gue sebagai penghibur. Gue akan berusaha semampu otak jorok dan badan bergelimang dosa gue untuk selalu menghibur kalian. Sehingga kalian lupa sama masalah yang kalian punya. Sehingga kalian tidak terlalu fokus lagi pada hidup kalian yang penuh derita.

Biarkan gue dan kejxlangan gue menjadi pusat perhatian dunia. Dengan begitu, duit tetap akan mengalir ke rekening gue dan gue bisa terus mempermainkan kalian semua. Seperti yang selalu dikatakan oleh manajer dan publicist gue bilang, "Be a controversy and you will find your name in the history."

Then, so be it. Mereka yang dulu menyuruh gue untuk menjadi perdebatan di tengah-tengah masyarakat, akan tetapi kenapa sekarang mereka yang memohon-mohon sama gue untuk berhenti?

"Come on, Owen. Dengarin saran Maria. Gak ada salahnya kalau lo menghilang dari radar paparazi haus darah itu untuk sementara waktu. Nama lo sekarang lagi panas-panasnya di luar sana, man. Kalau kita maksain lo buat tetap terekspos, yang ada nanti malah lo sendiri yang terbakar." Bram mengakhiri pidatonya.

Gue tergelak. "Talk about a fxcking irony right there, you guys," ungkap gue sambil menyandarkan tubuh di sofa di ruangan Maria. Tempat yang seharusnya tidak gue datangi setelah penampilan besar gue di salah satu konser sold out. Gue seharusnya sedang "dihibur" sama fans-fans gue itu. Membiarkan mereka memuja gue dan mengungkapkan rasa syukur mereka terhadap keberadaan gue di dunia ini. Gue hirup rokok yang bertengger di antara jari telunjuk dan jari tengah gue. It tastes like shxt. "Kalau bukan karena saran dari kalian, gue juga gak akan berakhir segila ini. You know that, right?"

Bersambung ....

2. Sial!

Owen

Bram dan Maria melirik satu sama lain.

Maria kemudian menyilangkan tangan di depan dadanya yang hampir datar.

Saat melihat gerakan itu, mata gue langsung tertuju ke sana, secara otomatis mengikuti gerakannya. Ah, gue masih berusaha untuk membuang bayangan tidak menyenangkan itu dari otak gue. Kenapa dulu gue pernah tertarik sama dia, sih? Dasar alkohol sialan. It really did cloud my judgement at times.

What a shitty time.

"Tapi, kamu sendiri yang mau melakukan semua itu. Kamu sendiri yang melakukannya! Kamu yang jahat, kamu yang berxngsek!" sembur Maria dengan berapi-api.

Well, kayaknya gue udah harus ganti publicist, nih, kalau begini caranya. Gue baru sadar kalau inilah alasan sesungguhnya kenapa orang-orang tidak mau mencampur-adukkan antara bisnis dan pleasure mereka. Bisnis bisa hancur karena pleasure yang tidak terlalu pleasurable.

Okay noted.

Bram yang tadinya terlihat gugup menghadapi gue kini menoleh ke arah Maria dengan alis terangkat. Gue tebak mungkin dia bertanya-tanya kenapa Maria bisa bersikap sangat tidak profesional seperti barusan.

Well, sebentar lagi terbongkar, nih, rahasia gue dan Maria.

Benar saja. Bram bukan orang baru di dunia hiburan. Dia malah jauh lebih senior dari gue yang masih hijau. Dia pasti sudah paham dengan apa saja yang bisa dan biasa terjadi di dunia kami ini. Laki-laki yang berusia tiga puluh lima tahun itu sekonyong-konyongnya melirik ke arah gue. Saat melihat sunggingan senyum pongah dari salah satu sudut bibir gue, dia mengutuk, "Fxcker sialan!"

Gue tergelak lagi. Ketahuan, deh!

Beberapa saat kemudian, Bram kembali menoleh kepada Maria. Kali ini dengan ekspresi yang lebih terkontrol dari sebelumnya sewaktu dia melihat ke arah gue. "Hm, Maria. Kayaknya gue dan Owen harus pergi dulu. Kita bisa bahas ini di lain hari. Oke? Thanks, by the way." Tubuh yang selalu dibungkus oleh setelan jas dan kemeja mahal itu lalu mendekati gue dengan langkah cepat dan tegas. "Get up! We need to go, right the fxck now!" suruhnya dengan rahang yang terkatup.

Uuuh. Look! Papa Bear is angry. How scary.

Gue menyeringai dan berdiri. Meski gue senang menguji kesabaran dan kekuatan jantung Bram, gue juga tahu kapan harus main-main dan kapan waktunya untuk serius. Meskipun begitu, berbeda dengan wanita yang juga memakai setelan blazer dan rok pendek warna merah menyala itu. Gue tidak tahan untuk tidak menggoda Maria yang alisnya tengah berkerut sembilan. "Bye, Maria. See you later!" seru gue dengan kegirangan yang gue harap dapat membuatnya muak dan muntah-muntah.

I know I won't be seeing here later. Or, maybe ever again.

I could live with that.

Maria mengacuhkan pamit gue. Kini dia malah menggertakkan gigi seakan ingin menghancurkan semuanya.

Shxt. Lucu sekali membayangkan wanita berambut sebahu berwarna pirang hasil salon itu ompong di usianya yang sudah menginjak empat puluhan. Atau, memang sudah waktunya, ya? Sebagai karma karena suka main dengan brondong kayak gue.

Bleh. Fxck. Gue yang hampir saja muntah karena baru ingat soal usia Maria yang sesungguhnya. Empat puluh berapa, ya? Empat puluh lima? Atau ... malah sudah lima puluh? Fxxxxck. Isi perut gue rasanya mulai berputar. Fxcking hell! Kenapa waktu itu gue mau main sama wanita setua dia?

Anxing. Memanglah alkohol sialan!

"Kenapa lo?" Bram melirik gue dengan tatapan jijik.

"Fxck, man. Gue baru sadar kalau Maria itu udah tua banget," keluh gue sambil terus memegangi perut. Gue memilih untuk berterus terang karena, yaa, apa yang mau didustakan lagi? Dia juga sudah bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Fxxck. Di balik tebalnya tumpukan bedak terdapat kulit-kulit yang mulai keriput.

"Rasain lo!" rutuk Bram. "Karma karena udah bikin hidup gue susah."

Gue mencoba menyamakan langkah kami. "Come on, bro. Hidup lo memang susah, tapi, kan, duit yang masuk ke rekening lo jumlahnya juga gak nyakitin."

"Fxcking asxhole!"

Gue hanya mengedikkan bahu.

Di ujung lorong yang menghubungkan kantor Maria dengan bagian lain dari gedung ini, Bram berhenti. Langkahnya yang tidak ada lagi membikin gue secara otomatis juga menghapus gerak. Di kalakian dia memutar badannya ke arah gue dan berkacak pinggang. Sebelum berbicara, dia menengok ke kanan dan ke kiri, meneliti setiap sudut akan kemungkinan adanya pencuri dengar percakapan kami.

Setelah dia merasa aman, barulah dia melepaskan semuanya kepada gue. "Dengar, Wen. Gue kali ini serius. Jadikan ini sebagai pelajaran buat lo untuk gak dip your fxcking junk di sembarang tempat lagi. Apalagi dengan orang-orang yang ngurusin elo. Never again. Lo dengar gue, kan?"

Gue mengangguk.

Bram maju satu langkah kecil, mengurangi jarak di antara kami. Dengan setengah berbisik setengah berteriak, dia lanjut mengata-ngatai gue lagi. "Gue tahu kalau gue dapat banyak uang dari elo, terima kasih banyak untuk aikap sembrono lo. Tapi, jangan lo pikir gue masih kerja sama lo karena gue butuh duit. Enggak, man. Gue udah punya cukup tabungan kalau gue mau berhenti. Gue punya cukup koneksi untuk memulai artis baru gue.

"Gue masih ngurusin bokong penuh txi lo itu karena gue peduli sama lo, bro. Gue udah menganggap lo sebagai adik gue sendiri. Gue sayang sama lo. Lo punya banyak potensi, itulah kenapa gue mau ngurusin lo dari hari pertama. Tapi, seiring berjalannya waktu, sayangnya lo terlena sama dunia ini. Bukannya fokus sama musik, lo biarkan diri lo dimanfaatkan oleh label dan penikmat gosip.

"Lo sadar itu, gak? Ha? Lo sadar gak?" Bram lalu menggeleng. "Percuma gue ngomong panjang lebar kalau lo sendiri gak sadar sama apa yang terjadi sama lo." Pria berkumis dan berjenggot subur itu pun mendesah. Gue lihat bahunya naik dan turun secara signifikan seiring dengan udara yang keluar masuk dari dalam sana. "Udah lah. Capek gue. Sekarang terserah lo. Lo mau bikin apa, juga terserah lo. Gue gak ada waktu untuk ngurusin itu. Soalnya gue harus mikirin gimana cara bilang ke label kalau lo harus ganti publicist secepatnya. Sedangkan publicist yang elo tidurin itu adalah publicist terbaik yang bisa lo dapatkan saat ini.

"Sialan lo, Wen! Pantas aja gue gak ada waktu untuk nyari pacar. Soalnya ngurusin lo aja udah menyita seluruh waktu dan pikiran gue. Malahan dua puluh empat jam yang dikasih Tuhwn, tuh, gak cukup buat membersihkan semua kekacauan yang udah lo buat. Sialan, Wen. Sialan!"

Well, apa yang mau dikata?

Gue memang seorang laki-laki berxngsek, akan tetapi gue adalah laki-laki berxngsek yang mereka ciptakan. So, tidak salah, dong, kalau gue membiarkan mereka mengecap seperti apa sensasi berurusan dengan keberxngsekan gue. Iya, kan?

Bersambung ....

3. Wanita Bergaun Merah

Owen

"Penyanyi pop kenamaan, Owen Miller, yang namanya melejit lewat single pertama yang berjudul Never Have I Ever, tadi malam kembali tertangkap kamera sedang berjalan ke luar dari salah satu hotel bintang tiga pada pukul dua dini hari. Kali ini pun dia tidak sendiri. Dia tampak tengah merangkul seorang wanita yang diduga merupakan istri dari seorang politikus dan pejabat negeri, Bapak Oka Mahendra, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, yang saat ini sedang diperiksa oleh pihak Komisi Pemberantasan Korupsi terkait dugaan penyelewengan dana bantuan sosial masa pandemi COVID-19.

"Owen, yang memakai baju kaus lengan pendek berwarna putih dan celana jins hitam, dan si wanita, yang menggunakan dress seksi berwarna merah menyala, ditengarai sudah pernah melakukan pertemuan sebelum ini. Dilihat dari betapa familier interaksi keduanya.

"Dari foto yang kami dapatkan dari sebuah sumber, dapat disimpulkan bahwa Owen terkesan sangat nyaman menyentuh dan memeluk wanita yang masih berstatus sebagai istri dari Bapak Oka Mahendra tersebut. Keduanya terlihat begitu sangat akrab dan intimate.

"Meskipun ini bukan kali pertama sang pop star tertangkap basah menjalin sebuah hubungan dengan wanita di balik layar, akan tetapi pemberitaan kali ini tidak akan memberikan dampak yang diharapkan. Jika sebelum-sebelumnya petualangan cinta Owen dapat meningkatkan pamor di mata fans dan membuatnya semakin diinginkan, image bad boy yang diusungnya kini benar-benar membikin namanya buruk.

"Bukan hanya menjalin sebuah hubungan biasa, Owen memilih untuk menjadi—meminjam istilah kaum milenial—pebinor, perebut bini orang. Mungkin memang dia tidak jelas-jelas merebut wanita tersebut dari suaminya, akan tetapi dengan sadar dan sukarela menghabiskan malam bersama seorang wanita bersuami? Lagi? Terlebih aksinya kali ini membuat Owen secara tidak langsung melekatkan namanya dengan kasus yang tengah menggemparkan jagat politik tanah air itu. Hal ini menyisakan satu pertanyaan besar di dalam kepala kita semua; apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh si Penyanyi?

"Memang betul bahwa istri sang Anggota Dewan memiliki umur yang hampir sama dengan si Penyanyi Pop, tiga puluh satu tahun, dan jelas saja mereka bisa dikatakan masih sama-sama kompatibel untuk aatu sama lain dibandingkan dengan suami sah wanita ini. Namun, alasan itu tidak lantas membenarkan tindakan yang mereka lakukan.

"Kali ini Owen benar-benar mengacau, tulis pengguna akun @tryus1234 di kolom komentar postingan Instagram akun official OMG.com. Eeew, Owen. Another bini orang? Please, you're disgusting, tulis @anatame. Kenapa kayaknya penyanyi di negeri ini berlomba-lomba bikin malu diri sendiri sih? Apa karena mereka gak punya kemampuan sama sekali makanya jual harga diri? Aneh, akun dengan nama pengguna @therockbottom menambahkan.

"Kami akan pilihkan komentar terbaik menurut kami. Akun @67kaleop0 juga ikut memberikan pendapatnya dengan menulis the guy deserves leftovers. Awalnya gue suka sama musiknya karena masih terasa original. Namun, semakin ke sini si Owen semakin ke sana. Kecewa. Tambah lagi skandalnya gak habis-habis. Lo @owenmillermusic mau jadi penyanyi apa mau jual skandal doang sih? Muak gue lihat muka lo di siaran gosip.

"Wow. Pemilik akun @67kaleop0 benar-benar serius dalam menyuarakan isi hatinya di sana. Dia bahkan tidak ragu untuk menandai akun Instagram pribadi milik Owen secara langsung di komentarnya. Salut. Untuk keberanian Saudara @67kaleop0 kita berikan tepuk tangan.

"Dan, setelah dipikir-pikir, mungkin bisa dibilang kalau Saudara @67kaleop0 ini bisa dijadikan wakil dari kita semua. Betul? Bukankah kita rindu dengan artis yang betul-betul berkualitas? Bukankan kita menginginkan lagu-lagu yang tidak hanya relate, akan tetapi juga berbobot? Bukankah kita berharap apa yang ditampilkan oleh para public figure di depan kamera adalah perbuatan yang menginspirasi kita, para fans, untuk berbuat baik?

"Walaupun belum satu pun pihak mengeluarkan komentar resmi tentang berita ini semnjak foto itu tersebar, akan tetapi kita yang melihat sepertinya sudah bisa menebak dan mengambil kesimpulan. Namun, demi tegaknya kebenaran dan keadilan, kita akan duduk manis dan menunggu kabar selanjutnya soal kasus ini dan kasus yang terkait."

Bram mondar-mandir saat membacakan satu halaman berita yang dirilis oleh laman berita dan gosip OMG. Sambil terus saja bergerak seperti setrikaan, dia juga memijat pelipisnya berulang kali. Tangannya bergetar, suara beratnya pun begitu.

Gue tidak mengira dia akan melanjutkan omelannya, akan tetapi gue ternyata salah. "LO MAU LIHAT SENDIRI APA YANG ORANG-ORANG DI LUAR SANA TULIS TENTANG LO, HA?! Lo MAU LIHAT?" Dia lalu komat-kamit. Gue yakin dia sedang mengumpat gue dan orang tua gue yang paling bertanggung jawab atas keberadaan gue di dunia ini.

Manajer gue yang wajahnya semerah tomat ranum itu menyodorkan ponselnya ke tangan gue dengan paksa. Saat gue tidak langsung memegang benda itu, Bram mengangkat tangan gue dan menghempaskan telepon genggamnya ke atas telapak tangan gue. Tidak masalah jika posisi tangan gue belum terbuka saat menerima benda elektronik itu. Yang jelas, dia berhasil melakukan misinya. "Itu. Baca. Baca sana, baca."

Ketika gue tidak melakukan apa pun yang dia harapkan, muka Bram tiba-tiba saja muncul beberapa sentimeter di depan muka gue. Hal ini membuat gue sedikit kaget. Namun, tidak ada yang mempersiapkan jantung gue ketika dia berteriak dengan sangat kencang saat berada sedekat itu. "BACA, ANXING, BACA!"

Tidak ada pilihan lain bagi gue selain melakukan perintah Yang Mulia Manajer Gue, Bram.

Apakah the Pop Star Owen Miller Benar-Benar Ingin Meledakkan Bintang yang Didudukinya Sekarang?

Kecanduan Jenis Baru Telah Ditemukan; Owen Miller Diduga Sedang Candu Menjadi Pebinor!

Owen "Pebinor" Miller, Si Tampan dan Seksi yang Tersesat di Dalam Rok Wanita-Wanita Bersuami

The Almighty Has Fallen; How Owen Miller Crushed His Own Career

Dan masih banyak lagi.

Dan masih banyak lagi.

Holy shxt!

Jujur gue tadi tidak terlalu mendengarkan kata-kata yang dibaca oleh Bram. Satu, karena gue super duper mengantuk. Setelah konser yang selesai pukul sebelas malam, gue langsung bertemu Bram di belakang panggung dan dia segera melarikan gue ke kantor Maria yang entah kenapa masih buka pada jam segitu. Setelah pertemuan yang relatif singkat, kalian semua tahu apa yang terjadi di sana, gue pamit untuk pulang.

Namun, di tengah jalan, gue berubah pikiran dan menyuruh sopir untuk berbelok ke salah satu bar terdekat. Di sanalah gue bertemu Kinar yang menjadi alasan berubahnya rencana gue. Doi mengirimkan pesan yang berisikan sebuah foto selfie dari angle yang menggiurkan tepat saat gue masuk ke mobil. Dia menambahkan pesan berani khasnya; apa yang warnanya merah dan siap untuk dirobek?

Pesan itu jelas dibuat sengaja untuk memprovokasi darah muda gue yang gampang terbakar.

Dan seperti yang diprediksi Kinar, gue memang terbakar.

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!