Bagaimana mungkin?

Setelah kepergian Tirta, akhirnya Freya bisa bernafas lega. Sebenarnya ia merasa kurang nyaman berbincang berdua saja dengan Tirta. Apalagi hari sudah agak larut seperti ini.

Freya pun dengan segera membuka pintu paviliun dan masuk ke dalamnya. Baru saja Freya hendak menutup pintu, tiba-tiba ada sepasang tangan mendorong pintu dengan kasar hingga Freya terhuyung dan nyaris jatuh.

Mata Freya terbelalak saat melihat siapa pelakunya, "tu-tuan." Lirih Freya gugup.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Freya saat ini, tentu saja ia sedang merasa terkejut, takut, cemas, panik, dan khawatir. Apalagi saat menatap sorot mata tak bisa di netra Abidzar. Seakan ada amarah yang begitu besar, kekesalan, kebencian, dendam, dan juga ... cinta.

Tapi ia tak mengerti, apa alasan semua rasa yang berkecamuk di netra Abidzar itu. Apakah dirinya telah membuat kesalahan besar dan begitu fatal sehingga Abidzar seakan begitu membencinya? Tapi kesalahan apa? Dirinya saja baru kali ini mengenal Abidzar beberapa hari ini. Kalau Erin tidak membawanya kemari, mungkin sampai kapanpun ia takkan pernah mengenal sosok laki-laki tampan tapi dingin dan mengerikan ini.

"Kenapa kau begitu terkejut, hah? Apakah kau berharap Tirta yang datang ke mari?" Cemooh Abidzar yang menyeringai sinis.

"Ti-tidak, tuan. Tidak seperti itu." Jawabnya masih terbata dengan jantung yang berdegup kencang. Apalagi Abidzar terus mengikis jarak dengannya. Freya menelan ludahnya susah payah. Ia mundur ke belakang dengan raut cemas.

"Tidak usah berdusta denganku jalaaang. Sekali jalaang ternyata tetap saja jalaang. Memasang wajah polos untuk menjerat semua laki-laki, itu pekerjaanmu, bukan. Kau ternyata tidak berubah. Aku pikir penjara dapat mengubah sifat buruk mu menjadi lebih baik, tapi ternyata ... cuih. Kau memang jalaang sejati."

"Berhenti menyebutku jalaang, tuan! Aku tidak seburuk yang kau bayangkan. Siapa kau yang seenaknya saja menilaiku, hah! Bahkan kita saja baru mengenal, tapi entah sudah berapa banyak kata jalaaang yang kau tuduhkan padaku." Teriak Freya dengan dada yang naik turun dan nafas menderu.

Mata Freya memerah. Amarahnya membuncah. Ia marah, ia kesal, laki-laki itu ... setiap menemuinya pasti selalu saja menghina dan mencemooh. Ia akui dia bukanlah perempuan suci. Dia juga jauh dari kata perempuan baik-baik, tapi ia tidak pernah menjalaaang. Kalaupun pernah, ia hanya pernah melakukannya dengan Gathan-mantan suaminya. Namun Gathan tak pernah menyentuhnya sama sekali.

Dulu ia memang kerap berganti-ganti pasangan. Ia memanfaatkan para laki-laki tersebut untuk memenuhi kebutuhannya yang hedon. Namun ia tak pernah melakukan sesuatu yang lebih. Meskipun tak sedikit dari mereka berusaha membujuk dan merayu, bahkan mereka berani memberikan apapun padanya asal ia mau menyerahkan dirinya, tapi Freya menolak. Ia tak mau melakukan itu. Sebab ia pun memiliki impian memiliki pasangan hidup pria baik-baik.

Bila laki-laki bejat pun menginginkan pasangan hidup seorang perempuan baik-baik, maka dia pun sama. Karena itu, sehina-hinanya dirinya, ia tak pernah melakukan perbuatan yang akan menjerumuskannya dalam kehancuran. Hidupnya telah hancur dan takkan ia perparah dengan menghancurkan harga dirinya.

Mendengar pembelaan diri Freya, Abidzar tergelak kencang. Setelah itu, ia menyeringai. Ia membalikan tubuhnya dan mengunci pintu. Mata Freya seketika membulat. Perasan cemas makin menyergapnya. Apalagi saat melihat Abidzar yang kian mendekat dengan seringai mencemooh di bibirnya.

"Tu-tuan, kau mau apa?" tanya Freya dengan peluh yang telah membasahi pelipisnya.

Satu sudut bibir Abidzar terangkat, "tentu saja melakukan apa yang sudah seharusnya aku lakukan sejak awal."

"Mak-maksudmu?" Freya masih aja bertanya. Padahal jelas-jelas ia sudah paham akan maksudnya. Namun ia berharap itu hanya dugaannya saja sebab sebenarnya pun ia belum siap.

Tubuh Freya sudah menempel di dinding. Jantungnya berdetak tak normal. Abidzar kini telah berdiri tepat di hadapannya. Lalu dengan telapak tangan kanannya ia mere mas rahang Freya kencang. Freya merasakan rahangnya nyeri sekaligus sakit.

Cengkraman itu begitu kuat seakan-akan ingin menghancurkan tulang rahang Freya. Freya rasanya ingin menjerit, tapi sayang ia tak bisa. Hanya ada air mata yang jatuh berderai tak bisa dikontrol. Padahal sebisa mungkin Freya mencoba menahan untuk tidak menunjukkan kelemahannya. Namun yang namanya perempuan tak bisa lepas dari air mata bila merasakan sedikit saja rasa sakit di hati dan fisiknya.

Melihat itu, Abidzar justru menyeringai. Entah apa yang ada di pikirannya. Apakah ia senang melihatnya kesakitan seperti ini?

"Sudah ku katakan berulang kali, tak usah berlagak sok polos. Aku bukan Tirta yang mudah untuk kau perdayai. Sekarang, tuntaskan tugasmu. Masuk ke kamar, cepat!"

Abidzar melepas cengkraman dengan kasar. Freya masih mematung. Mencari cara untuk menggagalkan niat Abidzar. Tapi ternyata laki-laki itu sudah kehilangan kesabarannya. Ia pun menyeret Freya ke dalam kamar dan menghempaskannya ke atas ranjang.

Freya beringsut mencoba menghindar. Ia benar-benar takut saat ini. Rasa takut membuat tubuhnya bergetar hebat, tapi Abidzar yang sedang dikuasai gelombang amarah tak peduli ketakutan yang tersirat di netra Freya.

Melihat Freya mencoba menghindar membuat Abidzar kian kesal. Ia lantas ikut naik ke atas ranjang dan mengungkungnya.

Matanya melotot tajam, " lepaskan semuanya."

Freya diam tak bergeming, ia masih mencoba mencerna kata-kata Abidzar.

"Lepaskan semua pakaianmu, jalaaang! Apa kau tuli, hah?" Hardik Abidzar sambil menarik kencang baju Freya hingga robek.

Dengan tangan bergetar, Freya melucuti semua pakaiannya. Melihat gerakan Freya yang begitu lamban, Abidzar membantu menarik celana Freya hingga ke penutup bagian sensitifnya. Hingga nampaklah tubuh Freya yang kurus dan dipenuhi luka lebam. Namun, karena Abidzar saat ini sedang dikuasai amarah, ia tak dapat menyadari keadaan tubuh Freya. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah menuntaskan tujuannya. Ia tak ingin berlama-lama dengan perempuan yang hingga kini masih ia anggap perempuan murahan dan telah banyak dijamah laki-laki itu.

Setelah tubuh Freya polos sempurna, seperti sebelumnya, ia mengambil bantal dan menutupi wajah Freya. Freya hanya bisa menurut dengan wajah yang kian basah oleh air mata.

Abidzar yang tak sabar ingin menyelesaikan tujuannya pun hanya menurunkan celananya, tanpa melepaskannya. Lalu ia melipat kaki Freya hingga menampakkan lembah keindahan yang ia pikir telah sering dimasuki para pria hidung belang.

Amarahnya kian berkobar. Setiap mengingat Freya pernah menjadi pemuas napsu para laki-laki kaya membuat nafasnya memburu. Setiap ia mengingat Freya telah sering disentuh oleh banyak laki-laki membuat dadanya makin bergemuruh.

Matanya memerah, lalu tanpa pemanasan, Abidzar mencoba melakukan penyatuan. Percobaan pertama gagal, ia lalu memposisikan miliknya lagi telah di depan lembah surgawi Freya dan kembali mencoba melakukan penyatuan, tapi lagi-lagi gagal membuat dahinya berkerut.

Di balik bantal, Freya menggigit bibirnya, sedangkan kedua tangannya mere mas tepi bantal untuk menyalurkan rasa sakit, bukan hanya di fisik, tapi juga hati.

Hingga pada percobaan yang ketiga kalinya, barulah Abidzar berhasil melakukan penyatuan. Freya menjerit tertahan sambil menggigit bantal. Rasa sakit membuat bulir bening itu mengalir kian deras. Tubuhnya rasa terbelah. Tak pernah terpikirkan olehnya akan melepaskan kehormatannya dengan cara seperti ini. Tak ada kelembutan. Tak ada. Yang ada hanya rasa sakit. Hanya ada rasa sakit yang menjalar-jalar.

Sementara itu, laki-laki yang masih setia mengungkungnya itu kini terdiam mematung. Berusaha mencerna apa yang tengah ia alami saat ini.

"Kenapa rasanya berbeda? Kenapa seperti ada sesuatu yang robek di dalam sana? Mengapa rasanya amat sangat berbeda." Namun sekelumit pertanyaan ini hanya ia suarakan dalam hati. Gemuruh amarah yang tadi menguasainya kini berganti tanda tanya.

Dengan rasa penasaran yang kian membuncah, Abidzar pun menarik dirinya. Walau dengan susah payah sebab dirinya pun sebenarnya telah terbakar gairah.

Setelah miliknya tercabut sempurna, mata laki-laki itu seketika terbelalak. Hasrat yang membuncah pun seketika lenyap. Tubuhnya melemas. Sorot matanya yang tajam dan penuh kebencian pun berganti nanar. Apalagi saat terdengar isak tangis dari perempuan yang baru saja ia paksa masuki.

'Bagaimana mungkin?'

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

Terpopuler

Comments

Fani Indriyani

Fani Indriyani

kok nyesek ya,kasian freya

2024-02-11

1

Cinta Suci

Cinta Suci

bikang jlang terus dasar abi jehennam

2023-04-03

1

Amelia Syharlla

Amelia Syharlla

mampus Lo zar

2023-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kedatangan Tio
3 Rencana Erin
4 Pembicaraan
5 Penawaran
6 Kedatangan Anisa
7 Rahim Tebusan
8 Rumah Erin
9 Peringatan dari Abidzar
10 Abidzar
11 Dia
12 Sebegitu rendahkah aku
13 Cemoohan
14 Diperlakukan seperti seorang jalaang
15 Perhatian?
16 Haruskah
17 Kedatangan Tirta
18 Memanas dan berasap
19 Terbakar
20 Bagaimana mungkin?
21 Khawatir
22 Suami Sementara
23 Kepulangan Erin
24 24
25 Gusar
26 Lamunan
27 Surat
28 Seperti selingkuhan
29 Dilema
30 Melupakan kesepakatan
31 Izar?
32 Penjelasan dan kebenaran
33 Sagita mencari tahu
34 Mama, i love you
35 Malam panas
36 Kandidat Utama
37 Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38 Khawatir
39 You're pregnant
40 Intimidasi
41 41
42 Alasan kebencian
43 Rencana
44 Sandiwara
45 45
46 Fakta sebenarnya
47 Permintaan maaf
48 Mama
49 Masa lalu Erin
50 Di kedai bakso
51 Pertengkaran
52 Janggal
53 Sebuah fakta dan ancaman
54 Kemarahan Abidzar
55 Ke rumah sakit
56 Kau bebas
57 57
58 58
59 59
60 Masalah demi masalah
61 Kekacauan
62 Amarah Abidzar
63 63
64 64
65 65
66 Jatuh cinta pada suamimu
67 67
68 Menemui Ryan
69 69
70 Nasi sudah jadi bubur
71 Semua Terkuak
72 Hana
73 73
74 74
75 Pembicaraan
76 Keinginan terakhir
77 Menemui Erin
78 Obat lucknut
79 I want ...
80 Efek obat lucknut
81 81
82 82
83 83
84 Tak ada kata perpisahan
85 85
86 Karma?
87 87
88 88
89 89
90 Salam Perpisahan
91 Akhir dari perempuan manipulatif
92 Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93 Sebuah hikmah
94 Menggelikan
95 95
96 96
97 97
98 Sebuah penantian
99 99
100 100
101 101 S2
102 102 S2
103 103 S2
104 104 S2
105 105 S2
106 106 S2
107 107 S2
108 108
109 109 S2
110 110 S2
111 111 S2
112 112
113 113
114 114 S2
115 115
116 116 S2
117 117 S2
118 118 S2
119 119 S2
120 120 S2
121 121 S2
122 122 S2
123 123 S2
124 124
125 125 S2
126 126 S2
127 127
128 128 S2
129 129 S2
130 130 S2
131 131 S2
132 132 S2
133 133 S2
134 134 S2
135 135 S2 TAMAT
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Awal
2
Kedatangan Tio
3
Rencana Erin
4
Pembicaraan
5
Penawaran
6
Kedatangan Anisa
7
Rahim Tebusan
8
Rumah Erin
9
Peringatan dari Abidzar
10
Abidzar
11
Dia
12
Sebegitu rendahkah aku
13
Cemoohan
14
Diperlakukan seperti seorang jalaang
15
Perhatian?
16
Haruskah
17
Kedatangan Tirta
18
Memanas dan berasap
19
Terbakar
20
Bagaimana mungkin?
21
Khawatir
22
Suami Sementara
23
Kepulangan Erin
24
24
25
Gusar
26
Lamunan
27
Surat
28
Seperti selingkuhan
29
Dilema
30
Melupakan kesepakatan
31
Izar?
32
Penjelasan dan kebenaran
33
Sagita mencari tahu
34
Mama, i love you
35
Malam panas
36
Kandidat Utama
37
Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38
Khawatir
39
You're pregnant
40
Intimidasi
41
41
42
Alasan kebencian
43
Rencana
44
Sandiwara
45
45
46
Fakta sebenarnya
47
Permintaan maaf
48
Mama
49
Masa lalu Erin
50
Di kedai bakso
51
Pertengkaran
52
Janggal
53
Sebuah fakta dan ancaman
54
Kemarahan Abidzar
55
Ke rumah sakit
56
Kau bebas
57
57
58
58
59
59
60
Masalah demi masalah
61
Kekacauan
62
Amarah Abidzar
63
63
64
64
65
65
66
Jatuh cinta pada suamimu
67
67
68
Menemui Ryan
69
69
70
Nasi sudah jadi bubur
71
Semua Terkuak
72
Hana
73
73
74
74
75
Pembicaraan
76
Keinginan terakhir
77
Menemui Erin
78
Obat lucknut
79
I want ...
80
Efek obat lucknut
81
81
82
82
83
83
84
Tak ada kata perpisahan
85
85
86
Karma?
87
87
88
88
89
89
90
Salam Perpisahan
91
Akhir dari perempuan manipulatif
92
Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93
Sebuah hikmah
94
Menggelikan
95
95
96
96
97
97
98
Sebuah penantian
99
99
100
100
101
101 S2
102
102 S2
103
103 S2
104
104 S2
105
105 S2
106
106 S2
107
107 S2
108
108
109
109 S2
110
110 S2
111
111 S2
112
112
113
113
114
114 S2
115
115
116
116 S2
117
117 S2
118
118 S2
119
119 S2
120
120 S2
121
121 S2
122
122 S2
123
123 S2
124
124
125
125 S2
126
126 S2
127
127
128
128 S2
129
129 S2
130
130 S2
131
131 S2
132
132 S2
133
133 S2
134
134 S2
135
135 S2 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!