Kedatangan Anisa

Sepanjang malam Freya tak kunjung dapat memejamkan matanya. Pertemuan dengan Erin siang tadi nyatanya cukup menyita perhatiannya. Rasa hati begitu senang saat memikirkan bisa kembali menghirup udara bebas di luaran sana, tapi memikirkan hamil anak suami dari wanita yang selama ini membencinya pun cukup membuat pikirannya berkecamuk.

Flashback on

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau." Ucap Erin santai tapi mampu membuat sekujur tubuhnya membeku.

"Apa kau sudah gila?" Tukas Freya dengan sorot mata heran dan dahi berkerut setelah sempat membungkam beberapa saat.

"Gila? Ya, aku sudah gila. Mana mungkin ada perempuan seperti diriku yang dengan bodohnya menemui perempuan lain untuk memintanya mengandung anak suamiku. Tak ada. Tak ada sama sekali. Namun aku berbeda. Aku memang gila sebab mau bagaimana pun aku berusaha, aku takkan pernah bisa mengandung. Oleh sebab itu, aku mendatangi mu dan menawarkan mu sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan tentunya. Aku akan menebusmu dari sini. Kemudian membebaskan mu sepenuhnya setelah kau mewujudkan keinginan kami. Ayolah, aku tahu, masa hukuman masih sangat lama, bukan? Masih berapa lama lagi ya, setahun, dua tahun, tiga tahun, ah iya, 7 tahun lagi kalau tak salah. Apa kau akan terus mendekam di sini sampai kau menjemput ajalmu?" Ucap Erin mencoba memprovokasi Freya agar mau menerima penawarannya.

"Tunggu, tinggu, apa kau serius kau tidak bisa hamil? Bagaimana kalau aku juga tidak bisa?" tanya Freya was-was.

"Oh iya ya, benar juga. Kau saja sudah menikah selama 1 tahun lebih tak kunjung hamil, berbeda dengan mantan madumu yang kini sudah kembali hamil. Bagaimana kalau kau pun sama seperti ku?" Erin berpura-pura berpikir. "Tapi tak perlu khawatir, bila kau setuju, aku akan melakukan pemeriksaan dulu padamu. Bila semua aman, aku akan segera menebusmu, bagaimana?"

"Sebentar, masih ada yang mau aku tanyakan."

"Apa lagi sih? Buruan. Aku banyak urusan." Ujar Erin yang mulai gerah berada di dalam ruangan sempit itu.

"Itu ... bila aku bersedia, apakah aku akan hamil secara inseminasi?"

Mendengar pertanyaan itu, Erin terkekeh. Ia tak menyangka, Freya pun paham istilah itu.

"Sayangnya tidak. Kau akan mengandung secara normal seperti perempuan lainnya."

"Bagaimana bisa begitu? Kau ingin aku melahirkan anak haram?" Freya pikir Erin memintanya hamil tanpa melalui proses pernikahan atau lebih dikenal dengan istilah hamil di luar nikah.

Erin mendengkus geli mendengarnya, "kau akan melalui semua tahapan secara normal. Kami pun tak ingin memiliki anak di luar nikah. Jadi kau tenang saja, kau akan dinikahi secara siri. Tapi yang perlu kau ingat, setelah dilahirkan, status anak itu akan menjadi anak kami. Sebab setelah kesepakatan tercapai, kau harus pergi sejauh-jauhnya dari hidup kami, termasuk anak yang kau lahirkan." Ujarnya menjelaskan. "Aku beri kau waktu 1 Minggu. Aku harap kau segera memikirkannya." Tukas Erin sebelum pergi meninggalkan Freya yang termangu memikirkan apa yang barusan Erin sampaikan.

Flashback off

...***...

Tiga hari telah berlalu, tapi Freya belum juga mengambil keputusan. Ia masih dilanda kebingungan. Ingin berkata iya, tapi rasanya berat. Sebab banyak yang harus ia pertimbangan.

Selama tiga hari ini lapas terlihat tenang. Entah apa sebabnya Freya tak tahu. Esih juga sudah tiga hari ini tidak mengganggunya.

"Fre, kamu diminta bagian dapur bantu siapin makan siang sana." Ucap salah seorang penghuni lapas. Freya yang tengah duduk termangu mengangguk lantas segera berlalu menuju dapur.

Freya diminta menyiapkan makan siang di meja panjang yang ada di ruang makan. Makanan-makanan yang dibuat dalam skala besar itu dihidangkan di meja panjang itu. Nanti ada petugas khusus yang akan membagikan makanan itu perporsi kepada setiap tahanan untuk mencegah ketidakadilan karena ada tahanan yang mengambil sesukanya sehingga tidak menyisakan yang lain.

Freya pun memindahkan makanan-makanan itu dengan dibantu dua orang lainnya.

Hingga pada saat Freya mengangkat panci yang cukup besar berisi sup panas , tiba-tiba seseorang berlari dan menabrak bahu Freya. Freya yang kehilangan keseimbangan pun terjatuh dan menumpahkan sebagian sup itu.

Freya yang kakinya memang tanpa alas pun merasa kepanasan karena menginjak tumpahan kuah panas tersebut. Yang melihatnya bukannya iba, mereka justru marah karena Freya sama saja mengurangi jatah sup mereka. Freya hanya bisa menangis pilu. Bahkan karena kelalaian yang tidak disengajanya itu, petugas pembagi makanan tidak memberikan jatahnya. Alhasil, Freya hanya bisa mendekap perutnya menahan lapar di siang terik itu.

"Lapar ya? kasihaaaan." Cibir Esih. Freya hanya bungkam seribu bahasa. Ia sudah terlalu lemah dan tak bertenaga.

3 hari berselang,

"Ada yang ingin menemui mu." Tukas seorang penjaga.

Freya tersenyum. Ia pikir sang kakak lah yang datang mengunjunginya. Namun setibanya ia di ruang tunggu, matanya mengerjap. Ia bingung saat melihat seorang wanita cantik sedang duduk di kursi yang biasa kakaknya duduki. Sebenarnya ia mengenal perempuan itu sebab ini merupakan pertemuan ketiga mereka.

"Mbak Nisa? Kak Tio nya mana?" tanya Freya heran saat melihat yang datang hanya Anisa, kakak iparnya seorang.

Anisa mengulas senyum meskipun sedikit dipaksakan membuat Freya heran. Mengapa senyum itu terlihat tidak tulus, pikirnya. Sebenarnya ada apa.

"Kakak datang seorang diri. Kakak kamu nggak ikut. Dia sedang di rumah sakit sekarang."

Freya terhenyak. Bagaimana bisa kakaknya dirawat di rumah sakit? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Apa yang telah kakaknya alami? Mengapa ia sampai masuk rumah sakit? Mungkinkah kakak iparnya datang hanya untuk mengabarkan hal tersebut? Batin Freya seketika bertanya-tanya.

"Kak-kak Tio kenapa? Apa yang terjadi padanya?" tanya Freya dengan jantung berdebar dan nafas sedikit tercekat.

"Mas Tio kecelakaan. Dia terlalu panik saat mendapat kabar kalau kau terkena tumpahan sup panas dan jadi sasaran amarah orang-orang lapas. Jadi dia terburu-buru ingin melihat keadaan mu. Namun nahas, akibat terlalu panik dan terburu-buru, ia kehilangan konsentrasi saat menyetir sehingga terjadilah kecelakaan itu."

Deg ...

Freya menutup mulutnya. Air matanya kurus. Mengapa saat berada di dalam sel pun ia masih saja membuat kekacauan dalam hidup kakaknya. Ia benar-benar tidak bermaksud melakukannya. Bahkan ia tak tahu ada yang melaporkan hal tersebut pada kakaknya.

"Ja-jadi, bagaimana keadaan kak Tio sekarang?" tanya Freya gugup.

"Tulang kakinya retak karena terjepit. Beruntung ia masih bisa selamat, kalau tidak? Sudah pasti aku akan menjadi janda dan anak dalam kandungan ku akan jadi yatim dan itu karena kamu." Sinis Anisa membuat mata Freya membeliak saat mendengar kalimat bernada sinis itu.

Freya tertunduk lesu. Ia merasa bersalah.

"Maaf." Cicit Freya.

"Maaf? Tak perlu minta maaf. Yang aku inginkan itu tak bisakah kau tidak membuat ulah? Apa kau tahu, kakakmu tidak pernah sehari saja tidak mencemaskan mu. Lalu apa yang kau lakukan? Kau selalu saja membuat ulah. Seharusnya penjara kau jadikan tempat instrospeksi diri untuk menjadi lebih baik, bukannya malah kian menjadi. Setiap hari, ada saja ulahmu. Tidak bisakah kau membiarkan kami hidup dengan tenang tanpa terus mengkhawatirkan mu? Tidakkah kau bisa membuat hidup kami tenang dengan tidak membuat ulah? Bisa tidak?" sentak Anisa mengeluarkan emosi yang bergemuruh di dadanya. Bila di awal-awal ia paham tentang kecemasan Tio pada sang adik, tapi kini tidak. Setelah Tio nyaris kehilangan nyawanya, Anisa jadi murka. Bagaimana pun, Tio kini telah menjadi suaminya. Ada tanggung jawab yang ia emban, bukan hanya pada dirinya, tapi juga pada calon buah hatinya yang baru 3 hari yang lalu pula mereka ketahui keberadaannya. Di saat mereka mendapatkan kabar bahagia tentang kehamilannya, di saat yang sama pula mereka mendapatkan kabar tidak menyenangkan tentang adiknya. sebagai seorang kakak yang hanya memiliki Freya sebagai saudara satu-satunya membuat Tio panik. Bahkan ia sampai meminta Anisa pulang lebih dahulu dengan taksi sebab ia ingin melihat keadaan Freya. Tapi kemalangan menimpa mereka, belum sampai Tio di lapas tempat sang adik di tahan, ia justru kecelakaan. Anisa panik. Ia syok. Baru saja mereka mendapatkan kabar bahagia, tapi kini sudah harus mengalami sesuatu yang buruk.

Oleh sebab itu Anisa datang secara khusus ke lapas. Ia ingin memperingatkan Freya agar bisa bersikap lebih baik lagi. Jangan selalu membuat ulah sehingga Tio tak pernah bisa merasa tenang. Tanpa Anissa tahu, Freya pun selama ini tak pernah ingin membuat ulah. Tapi orang-orang lah yang seakan begitu senang membuatnya terluka dan tampak buruk di hadapan orang lain. Ia pun ingin menjalani masa tahanan ini dengan tenang. Tapi apa daya, ia tak memiliki kuasa apapun. Ia hanyalah wanita lemah yang hanya bisa ditindas. Tak ada lagi Freya yang tegas dan keras. Penjara telah mengubah segalanya.

"Maafkan aku mbak. Aku janji, ini adalah yang terakhir. Aku takkan pernah merepotkan kalian lagi. Sekali lagi, maafkan aku. Tolong ... jaga kak Tio. Jangan pernah tinggalkan dia. Permisi."

Setelah mengucapkan itu, Freya pun segera beranjak dari sana dengan air mata berderai. Anisa yang mendengar itu sedikit mengerutkan keningnya. Tapi ia tak mau terlalu memikirkannya. Ia pun segera pergi dari sana tanpa sadar kalimat yang Freya ucapkan tadi merupakan sebuah salam perpisahan yang mungkin akan disesalinya nanti.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

terima saja tawaran erin frey setelah itu tata hidupmu kembali jd yg lebih baik

2023-05-29

0

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

annisa jahat juga peeilakunya, wajarlah seorang kk cemas sma adeknya apalg mereka udh ga punya orang tua

2023-05-29

1

Cinta Suci

Cinta Suci

dasar anisa
gk suka adiknya mau kakaknya doang

2023-04-03

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kedatangan Tio
3 Rencana Erin
4 Pembicaraan
5 Penawaran
6 Kedatangan Anisa
7 Rahim Tebusan
8 Rumah Erin
9 Peringatan dari Abidzar
10 Abidzar
11 Dia
12 Sebegitu rendahkah aku
13 Cemoohan
14 Diperlakukan seperti seorang jalaang
15 Perhatian?
16 Haruskah
17 Kedatangan Tirta
18 Memanas dan berasap
19 Terbakar
20 Bagaimana mungkin?
21 Khawatir
22 Suami Sementara
23 Kepulangan Erin
24 24
25 Gusar
26 Lamunan
27 Surat
28 Seperti selingkuhan
29 Dilema
30 Melupakan kesepakatan
31 Izar?
32 Penjelasan dan kebenaran
33 Sagita mencari tahu
34 Mama, i love you
35 Malam panas
36 Kandidat Utama
37 Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38 Khawatir
39 You're pregnant
40 Intimidasi
41 41
42 Alasan kebencian
43 Rencana
44 Sandiwara
45 45
46 Fakta sebenarnya
47 Permintaan maaf
48 Mama
49 Masa lalu Erin
50 Di kedai bakso
51 Pertengkaran
52 Janggal
53 Sebuah fakta dan ancaman
54 Kemarahan Abidzar
55 Ke rumah sakit
56 Kau bebas
57 57
58 58
59 59
60 Masalah demi masalah
61 Kekacauan
62 Amarah Abidzar
63 63
64 64
65 65
66 Jatuh cinta pada suamimu
67 67
68 Menemui Ryan
69 69
70 Nasi sudah jadi bubur
71 Semua Terkuak
72 Hana
73 73
74 74
75 Pembicaraan
76 Keinginan terakhir
77 Menemui Erin
78 Obat lucknut
79 I want ...
80 Efek obat lucknut
81 81
82 82
83 83
84 Tak ada kata perpisahan
85 85
86 Karma?
87 87
88 88
89 89
90 Salam Perpisahan
91 Akhir dari perempuan manipulatif
92 Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93 Sebuah hikmah
94 Menggelikan
95 95
96 96
97 97
98 Sebuah penantian
99 99
100 100
101 101 S2
102 102 S2
103 103 S2
104 104 S2
105 105 S2
106 106 S2
107 107 S2
108 108
109 109 S2
110 110 S2
111 111 S2
112 112
113 113
114 114 S2
115 115
116 116 S2
117 117 S2
118 118 S2
119 119 S2
120 120 S2
121 121 S2
122 122 S2
123 123 S2
124 124
125 125 S2
126 126 S2
127 127
128 128 S2
129 129 S2
130 130 S2
131 131 S2
132 132 S2
133 133 S2
134 134 S2
135 135 S2 TAMAT
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Awal
2
Kedatangan Tio
3
Rencana Erin
4
Pembicaraan
5
Penawaran
6
Kedatangan Anisa
7
Rahim Tebusan
8
Rumah Erin
9
Peringatan dari Abidzar
10
Abidzar
11
Dia
12
Sebegitu rendahkah aku
13
Cemoohan
14
Diperlakukan seperti seorang jalaang
15
Perhatian?
16
Haruskah
17
Kedatangan Tirta
18
Memanas dan berasap
19
Terbakar
20
Bagaimana mungkin?
21
Khawatir
22
Suami Sementara
23
Kepulangan Erin
24
24
25
Gusar
26
Lamunan
27
Surat
28
Seperti selingkuhan
29
Dilema
30
Melupakan kesepakatan
31
Izar?
32
Penjelasan dan kebenaran
33
Sagita mencari tahu
34
Mama, i love you
35
Malam panas
36
Kandidat Utama
37
Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38
Khawatir
39
You're pregnant
40
Intimidasi
41
41
42
Alasan kebencian
43
Rencana
44
Sandiwara
45
45
46
Fakta sebenarnya
47
Permintaan maaf
48
Mama
49
Masa lalu Erin
50
Di kedai bakso
51
Pertengkaran
52
Janggal
53
Sebuah fakta dan ancaman
54
Kemarahan Abidzar
55
Ke rumah sakit
56
Kau bebas
57
57
58
58
59
59
60
Masalah demi masalah
61
Kekacauan
62
Amarah Abidzar
63
63
64
64
65
65
66
Jatuh cinta pada suamimu
67
67
68
Menemui Ryan
69
69
70
Nasi sudah jadi bubur
71
Semua Terkuak
72
Hana
73
73
74
74
75
Pembicaraan
76
Keinginan terakhir
77
Menemui Erin
78
Obat lucknut
79
I want ...
80
Efek obat lucknut
81
81
82
82
83
83
84
Tak ada kata perpisahan
85
85
86
Karma?
87
87
88
88
89
89
90
Salam Perpisahan
91
Akhir dari perempuan manipulatif
92
Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93
Sebuah hikmah
94
Menggelikan
95
95
96
96
97
97
98
Sebuah penantian
99
99
100
100
101
101 S2
102
102 S2
103
103 S2
104
104 S2
105
105 S2
106
106 S2
107
107 S2
108
108
109
109 S2
110
110 S2
111
111 S2
112
112
113
113
114
114 S2
115
115
116
116 S2
117
117 S2
118
118 S2
119
119 S2
120
120 S2
121
121 S2
122
122 S2
123
123 S2
124
124
125
125 S2
126
126 S2
127
127
128
128 S2
129
129 S2
130
130 S2
131
131 S2
132
132 S2
133
133 S2
134
134 S2
135
135 S2 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!