Haruskah

Sudah 2 hari Erin pergi berlibur dengan teman-temannya dan sudah 2 hari pula Freya tidak berjumpa baik dengan Erin maupun Abidzar. Abidzar justru tampak menghindari Freya sejak malam itu. Malam dimana Abidzar mencoba melakukan penyatuan tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Freya merasa begitu lega. Setidaknya untuk sementara ini.

"Heh, kamu, pel lantai depan sana! Ingat, kamu bukan nyonya di sini. Nyonya Erin mengatakan kau sama seperti kami. Kau pun harus mengerjakan pekerjaan rumah sama seperti kami seperti yang nyonya Erin perintahkan." Seru Mina-salah satu art di rumah Abidzar dan Erin.

Freya yang baru saja selesai menjemur pakaian pun mengangguk seraya mengiyakan. Setelah selesai menjemur pakaiannya, ia pun bergegas ke rumah depan untuk mengerjakan tugasnya.

Ya, sebelum Erin berangkat liburan ia sudah mengingatkan Erin untuk membantu pekerjaan art di rumah itu. Toh dia belum hamil, katanya. Jadi sebagai bayaran sudah diberi tempat tinggal dan makanan, ia harus membayarnya dengan membantu pekerjaan rumah. Mina yang sejak awal tidak menyukai keberadaan Freya pun dengan senang hati saat ditugaskan mengawasi Freya agar mengerjakan pekerjaan rumah.

"Iya, sebentar." Jawabnya sebelum pergi ke rumah depan.

Setibanya di rumah depan, Freya pun mencari ruang alat kebersihan. Ia mengepel seluruh lantai dan membersihkan barang-barang yang berdebu.

Ini masih lebih baik menurutnya, daripada harus melayani Abidzar. Meskipun ia pun tahu, ini tak mungkin selamanya. Maksudnya, entah kapan waktunya, pasti dia harus melaksanakan tugasnya, yaitu melayani Abidzar hingga mengandung anaknya.

"Kamu ngapain ngelamun di situ? Kamu lagi bayangin jadi pengantin seperti Tuan Abi dan nyonya Erin?" Sinis Mina saat melihat Freya termenung memandangi foto pernikahan Abidzar dan Erin yang tergantung di dinding. Di foto itu, keduanya tampak tersenyum bahagia. Ia pun membayangkan, mungkinkah ia bisa seperti Abidzar dan Erin, menikah dengan perasaan bahagia dan saling mencinta. "Jangan mimpi! Mantan napi kayak kamu nggak mungkin bisa mendapatkan laki-laki seperti tuan Abi." Ejek Mina tanpa perasaan. Padahal Freya tak pernah mengusiknya, tapi sepertinya Mina memang gemar mencari gara-gara.

"Memangnya kenapa kalau Mbak Freya bayangin jadi pengantin? Nggak boleh? Sekarang aja dia udah jadi istri tuan, bisa aja suatu hari nanti foto mbak Freya dan tuan Abi ikut terpajang di sana." Ana yang tak suka mendengar kata-kata penuh ejekan dari Mina pun membalasnya.

"Hahaha ... ingat, dia itu cuma rahim tebusan, kalau udah hamil, lahirin bayi, dia pun akan segera terdepak dari sini. Jadi nggak mungkin fotonya akan ikut terpajang di sini. Kalau di buku Yasin, iya."

"Heh, mulutmu ya kayak nggak pernah makan bangku sekolahan aja. Iri bilang aja. Kasian deh lho, udah susah payah caper, tapi selalu dicuekin tuan Abi. Spek pembantu ya pembantu aja, sadar diri sana, mana mungkin orang seperti tuan Abi melirik orang macam kamu yang cuma bisa caper aja. Udah spek pembantu, julid, iri dengki, nggak tau malu, caper pula, bukannya suka, muak iya." Balas Ana telak membuat wajah Mina merah padam.

"Kamu itu kenapa sih suka ikut campur urusan orang?" Sentak Mina tak terima diejek spek pembantu.

"Lha, nyadar dong, emangnya kamu enggak? Mentang-mentang mbak Freya selalu diem, eh kamu malah makin songong."

"Kamu ... " Mina mengepalkan tangannya. Ingin rasanya menjambak-jambak Ana, tapi ia takut ketahuan Abidzar dan Erin karena telah membuat keributan di sana.

"Udah, udah, kalian ini kenapa sih selalu aja bertengkar?" Lerai bi Asih.

"Dia tu bik, gangguin mbak Freya melulu. Padahal pembantu, tapi sok bossy banget." Adu Ana pada bik Asih.

"Kamu juga Na, nggak boleh gitu. Bagaimana pun non Freya sekarang itu istri tuan. Jangan sampai mereka tahu kamu udah semena-mena sama non Freya, kamu sendiri yang akan nanggung risikonya." Peringat Bi Asih.

"Istri siri aja bangga. Paling juga setelah lahiran, dicerai terus didepak dari sini. Itupun kalau berhasil hamil, kalau nggak, jangan-jangan dibalikin ke penjara. Ingat kata nyonya, dia sama aja kayak kita, sama-sama pembantu. Cuma lebihnya dia udah dibayar untuk hamil anak tuan Abi." Sinis Mina. Setelah mengucapkan itu, ia pun segera berlalu dari sana.

"Astaghfirullah, yang sabar ya, non. Maafin Mina. Dia emang kalo ngomong sulit kontrol gitu." Ucap Bi Asih yang kasihan dengan Freya.

"Bukan sulit kontrol, bi, tapi dasar lambenya aja kelewat lemes. Dia itu iri mbak sama mbak Freya. Dia itu dari dulu naksir tuan Abi, tapi nggak digubris sama sekali. Dia malah bilang kayak gini sama aku semalam, 'ngapain susah-susah cari orang buat hamil anak tuan, kalau mau aku juga bisa kok. Aku yakin, aku subur. Malah bisa kasi tuan banyak anak. Nggak perlu pake bayar-bayar segala aku ikhlas. Aku juga orang baik, dari keluarga baik-baik, nggak kayak si napi itu', gitu katanya mbak." Adu Ana membuat Freya tersenyum miris.

Dia pikir Freya mau melakukan ini? Tidak. Tapi tak ada gunanya melakukan pembelaan diri ataupun menjelaskan kebenaranya pada Mina.

Seperti kata sahabat Rasul, Ali bin Abi Thalib,

Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu.

Oleh sebab itu, Freya memilih diam. Cukup dia dan Tuhannya yang tahu. Tapi karena ia telah terikat perjanjian, ia pun telah dinikahi Abidzar, ia akan berusaha menjalaninya dengan ikhlas. Bagaimana akhir jalan takdirnya, ia serahkan semua kepada sang pencipta. Semoga, kelak ia pun bisa mendapatkan kebahagiaannya.

...***...

"Kenapa loe uring-uringan? Udah punya bini 2 aja masih galau." Ejek Tirta seraya menghenyakkan bokongnya di sofa ruang kerja Abidzar.

Abidzar mendelik tajam, ia lantas melemparkan bolpoin yang tepat mengenai jidad Tirta.

"Sialan loe! Sakit tau." Seru Tirta dengan mata melotot.

"Mulut tuh dijaga. Kalau ada yang dengar, gimana?"

"Lah, emang kenyataannya gitu kan!" Tirta tak terima disalahkan.

"Benar sih benar, tapi liat juga situasi. Ini kantor. Kalau ada yang dengar bahaya. Lagian ini hanya sementara. Kamu pikir aku mau gitu punya istri dua? Satu aja bikin pusing, apalagi dua, ribet."

"Ribet apanya? Tinggal bagi waktu aja sih yang adil, selesai. Lagian kan bukan kamu yang minta nikah lagi, tapi si Erin. Btw, kamu udah itu ... eeee ... ehem-ehem sama Freya?" Tirta mencondongkan kepalanya penasaran dengan jawaban Abidzar.

Abidzar mendengkus, "kau pikir semudah itu?"

"Maksudnya?" Tirta bingung dengan jawaban Abidzar.

"Belum." Jawabnya dengan wajah memerah. Ia pun memalingkan wajahnya.

"Hah? Kenapa belum?"

"Gimana mau ngelakuinnya, aku aja ngerasa aneh, tau nggak. Kalau aku pria hidung belang mungkin gampang aja ganti pasangan, lah aku ... seumur hidup aja cuma pernah melakukannya sama Erin, tiba-tiba disuruh sama perempuan lain, aku ... nggak bisa." Abidzar menghela nafas panjang.

"Tunggu, tunggu, nggak bisa melakukannya atau gimana?"

"Nggak bisa melakukannya karena punyaku nggak bisa bangun, puas!" sentak Abidzar dengan mata melotot dan wajah merah padam.

"Hah? Seriusan? Nggak mungkin kan punyamu mendadak impoten?"

"Sialan." Umpat Abidzar membuat Tirta terkekeh.

"Ya jelas aja aku heran, Bi, dari normal mendadak nggak bisa bangun, pasti ada alasan. Apa karena tubuhnya nggak se-seksi dulu? Atau jangan-jangan kamu nggak foreplay dulu, iya?" Tanya Tirta penuh selidik.

"Gimana mau melakukan foreplay, kalau setiap liat dia aja yang adanya muak. Apalagi kamu kan tahu sepak terjangnya dulu? Entah sudah berapa laki-laki yang memasukinya. Membayangkannya, aku mendadak jijik." Aku Abidzar mengungkap apa penyebab ia enggan melakukan foreplay.

Tirta menghela nafas panjang, "kamu jangan begitulah sama Freya, Bi. Aku bisa liat kok, dia udah berubah. Jangan karena masa lalunya kau jadi selalu menganggapnya rendah. Meskipun masa lalunya buruk, tapi kau tetap harus memperlakukannya dengan hormat. Jangan sampai kau menyesal karena tindakanmu itu." Ujar Tirta bijak.

"Sok bijak. Kamu nggak pernah merasakan jadi aku, mana kamu ngerti."

"Ya kalau kamu nggak mau, lepasin aja. Cari perempuan lain yang menurut kamu pantas."

"Erin sudah keluar uang banyak untuk membebaskan dia, enak aja melepaskannya begitu aja."

"Kalau itu perihal uang, aku bersedia kok ganti rugi. Kalau perlu 2 kali lipat." Ucap Tirta tegas membuat dahi Abidzar mengernyit.

"Apa? Kau bersedia ganti rugi? Memang apa alasanmu melakukannya? Kasihan? Dia nggak pantas dikasihani."

Tirta menggeleng tegas, "nggak, aku melakukan ini bukan karena mengasihaninya."

"Lantas apa?" Sinis Abidzar.

"Oke, mungkin saatnya aku jujur. Sebenarnya, dari dulu, aku pun suka sama Freya. Jadi, aku bersedia mengganti rugi karena aku ingin membebaskannya. Menjadikannya milikku. Menjadikannya ratu dalam kehidupan ku. Aku nggak peduli masa lalunya. Yang penting bagiku adalah masa depan. Aku ingin menjadikannya masa depan ku."

Mata Abidzar terbelalak. Ia tak menyangka ternyata sejak lama sepupunya pun memiliki perasaan lebih pada Freya.

Mendengar itu, mendadak Abidzar merasa gundah. Ada perasaan aneh tiba-tiba bercokol di benaknya. Haruskah ia melepaskan Freya atau ...

...***...

Makasih yang udah selalu support karya othor. Semoga suka ceritanya. 🥰🥰🥰

...HAPPY READING 😍😍😍...

Terpopuler

Comments

Esther Nelwan

Esther Nelwan

aduuuh tirta love love dah

2023-04-27

2

Eva Rubani

Eva Rubani

Ciee cemburu niii

2023-04-02

0

yuce

yuce

tirta ini udah nikah apabelum ya?? kok masih mau sama freya. tirta lebih getlemen darupada abizard.

2023-02-26

1

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kedatangan Tio
3 Rencana Erin
4 Pembicaraan
5 Penawaran
6 Kedatangan Anisa
7 Rahim Tebusan
8 Rumah Erin
9 Peringatan dari Abidzar
10 Abidzar
11 Dia
12 Sebegitu rendahkah aku
13 Cemoohan
14 Diperlakukan seperti seorang jalaang
15 Perhatian?
16 Haruskah
17 Kedatangan Tirta
18 Memanas dan berasap
19 Terbakar
20 Bagaimana mungkin?
21 Khawatir
22 Suami Sementara
23 Kepulangan Erin
24 24
25 Gusar
26 Lamunan
27 Surat
28 Seperti selingkuhan
29 Dilema
30 Melupakan kesepakatan
31 Izar?
32 Penjelasan dan kebenaran
33 Sagita mencari tahu
34 Mama, i love you
35 Malam panas
36 Kandidat Utama
37 Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38 Khawatir
39 You're pregnant
40 Intimidasi
41 41
42 Alasan kebencian
43 Rencana
44 Sandiwara
45 45
46 Fakta sebenarnya
47 Permintaan maaf
48 Mama
49 Masa lalu Erin
50 Di kedai bakso
51 Pertengkaran
52 Janggal
53 Sebuah fakta dan ancaman
54 Kemarahan Abidzar
55 Ke rumah sakit
56 Kau bebas
57 57
58 58
59 59
60 Masalah demi masalah
61 Kekacauan
62 Amarah Abidzar
63 63
64 64
65 65
66 Jatuh cinta pada suamimu
67 67
68 Menemui Ryan
69 69
70 Nasi sudah jadi bubur
71 Semua Terkuak
72 Hana
73 73
74 74
75 Pembicaraan
76 Keinginan terakhir
77 Menemui Erin
78 Obat lucknut
79 I want ...
80 Efek obat lucknut
81 81
82 82
83 83
84 Tak ada kata perpisahan
85 85
86 Karma?
87 87
88 88
89 89
90 Salam Perpisahan
91 Akhir dari perempuan manipulatif
92 Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93 Sebuah hikmah
94 Menggelikan
95 95
96 96
97 97
98 Sebuah penantian
99 99
100 100
101 101 S2
102 102 S2
103 103 S2
104 104 S2
105 105 S2
106 106 S2
107 107 S2
108 108
109 109 S2
110 110 S2
111 111 S2
112 112
113 113
114 114 S2
115 115
116 116 S2
117 117 S2
118 118 S2
119 119 S2
120 120 S2
121 121 S2
122 122 S2
123 123 S2
124 124
125 125 S2
126 126 S2
127 127
128 128 S2
129 129 S2
130 130 S2
131 131 S2
132 132 S2
133 133 S2
134 134 S2
135 135 S2 TAMAT
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Awal
2
Kedatangan Tio
3
Rencana Erin
4
Pembicaraan
5
Penawaran
6
Kedatangan Anisa
7
Rahim Tebusan
8
Rumah Erin
9
Peringatan dari Abidzar
10
Abidzar
11
Dia
12
Sebegitu rendahkah aku
13
Cemoohan
14
Diperlakukan seperti seorang jalaang
15
Perhatian?
16
Haruskah
17
Kedatangan Tirta
18
Memanas dan berasap
19
Terbakar
20
Bagaimana mungkin?
21
Khawatir
22
Suami Sementara
23
Kepulangan Erin
24
24
25
Gusar
26
Lamunan
27
Surat
28
Seperti selingkuhan
29
Dilema
30
Melupakan kesepakatan
31
Izar?
32
Penjelasan dan kebenaran
33
Sagita mencari tahu
34
Mama, i love you
35
Malam panas
36
Kandidat Utama
37
Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38
Khawatir
39
You're pregnant
40
Intimidasi
41
41
42
Alasan kebencian
43
Rencana
44
Sandiwara
45
45
46
Fakta sebenarnya
47
Permintaan maaf
48
Mama
49
Masa lalu Erin
50
Di kedai bakso
51
Pertengkaran
52
Janggal
53
Sebuah fakta dan ancaman
54
Kemarahan Abidzar
55
Ke rumah sakit
56
Kau bebas
57
57
58
58
59
59
60
Masalah demi masalah
61
Kekacauan
62
Amarah Abidzar
63
63
64
64
65
65
66
Jatuh cinta pada suamimu
67
67
68
Menemui Ryan
69
69
70
Nasi sudah jadi bubur
71
Semua Terkuak
72
Hana
73
73
74
74
75
Pembicaraan
76
Keinginan terakhir
77
Menemui Erin
78
Obat lucknut
79
I want ...
80
Efek obat lucknut
81
81
82
82
83
83
84
Tak ada kata perpisahan
85
85
86
Karma?
87
87
88
88
89
89
90
Salam Perpisahan
91
Akhir dari perempuan manipulatif
92
Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93
Sebuah hikmah
94
Menggelikan
95
95
96
96
97
97
98
Sebuah penantian
99
99
100
100
101
101 S2
102
102 S2
103
103 S2
104
104 S2
105
105 S2
106
106 S2
107
107 S2
108
108
109
109 S2
110
110 S2
111
111 S2
112
112
113
113
114
114 S2
115
115
116
116 S2
117
117 S2
118
118 S2
119
119 S2
120
120 S2
121
121 S2
122
122 S2
123
123 S2
124
124
125
125 S2
126
126 S2
127
127
128
128 S2
129
129 S2
130
130 S2
131
131 S2
132
132 S2
133
133 S2
134
134 S2
135
135 S2 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!