Pembicaraan

Yang namanya penjara, yaitu tempat ditahannya orang-orang yang melakukan pelanggaran hukum. Jadi sudah dapat ditebak sebagian besar penghuninya adalah orang-orang yang memiliki sifat dan kelakuan kurang baik. Bahkan banyak juga yang tidak baik, kejam, jahat, dan tega.

Freya pikir, setelah Ella menghilang karena harus menjalani hukuman matinya, ia akan sedikit tenang dan bebas dari gangguan. Namun nyatanya fakta tak sesuai harapan. Ibarat mati satu tumbuh seribu. Sebab ketenangan yang Freya alami tak bertahan lama. Penghuni baru yang lebih kejam datang dan kini lagi-lagi harus satu sel dengannya.

Alhasil, Freya nyaris setiap hari mengalami kekerasan. Bukan hanya dirinya, tapi beberapa penghuni lapas lainnya juga. Para petugas seakan lepas tangan. Terjadi pembiaran membuat orang itu makin merasa di atas angin.

"Woy, siniin makanan loe!" sentak perempuan bernama Esih itu pada Susi, teman satu lapasnya. Saat ini sudah masuk jam makan siang, jadi mereka pun berkumpul di sebuah ruangan yang cukup luas untuk mengambil jatah makan siang mereka secara bergilir.

"Tapi mbak, ini kan punya ku." Cicit Susi lirih.

Ia tidak berani menatap wajah Esih karena ia terkenal garang dan kejam. Banyak yang mengatakan Esih itu seorang psiko sebab dia tega berbuat apa saja untuk menyakiti orang yang tidak disukainya. Esih ditahan karena membunuh suaminya dengan cara dimutilasi. Hal itu dilakukan bukan karena suaminya mendua atau selingkuh, melainkan karena ingin merebut hartanya untuk bersenang-senang dengan selingkuhannya yang merupakan para berondong.

"Nggak usah banyak cing cong loe setan. Siniin nggak? Kalau nggak ... "

"Ba-baik mbak, baik. Ta-tapi tolong, jangan sakiti Susi, mbak." Cicit Susi lirih dengan wajah memelas. Banyak yang iba melihat Susi yang tubuhnya sudah sangat kurus, tapi jatah makan siangnya masih saja diambil Esih semaunya.

"Mbak, jangan mbak, kasian Susi. Dia lagi sakit. Bagaimana dia bisa sembuh kalau makanannya diambil." Sergah Freya yang merasa iba dengan keadaan Susi yang terlihat benar-benar lemah.

"Tak usah ikut campur, brengsekkk!" Bentak Esih sambil mengebrak meja membuat semua orang mengalihkan perhatiannya pada meja dimana Esih berada. "Kalau kau melarangku mengambil makanannya, oke, aku tak masalah, tapi sebagai gantinya, serahkan makan siangmu padaku!" sentak Esih pada Freya.

Freya terang saja menggeleng, ia sudah sangat lapar. Jatah makan siang mereka pun sedikit, kalau ia berikan, ia yakin perutnya takkan kuat menahan rasa lapar hingga sore tenggelam menjadi malam.

"Maaf mbak, Freya juga sangat lapar." Freya pun dengan cepat menyantap makan siangnya Tentu saja hal tersebut memancing amarah Esih. Lantas ia pun menarik piring Freya dan membantingnya kasar di lantai hingga isinya berceceran.

Freya hanya bisa menatap nanar makan siangnya. Perutnya berbunyi, pertanda ia memang sedang benar-benar lapar. Bukannya iba, Esih justru menertawakan Freya yang tengah kelaparan.

"Kau lapar kan?" tanya Esih dengan sorot mata tajam. Freya mengangguk lemah. Perutnya benar-benar keroncongan saat ini. "Ya udah, pungut itu lalu makan! Ayo buruan pungut jalaaang!" sentakan membuat Freya berjengit. Ia menggeleng cepat. Mana mungkin ia memungut nasi yang telah disiram kuah sup dan tempe goreng yang telah tercecer di lantai, sedangkan keadaan lantai saja sangat-sangat kotor dan jorok.

Esih tak tinggal diam, ia menarik rambut Freya dan menghempaskannya hingga terjerembab ke lantai yang kotor. Kemudian ia menekan kepala Freya agar membuka mulut dan memakan nasi kotor itu.

Freya menutup mulutnya rapat sambil melengoskan wajahnya ke samping. Mana mungkin ia makan makanan kotor itu, bukannya kenyang, ia justru akan mengalami diare.

"Makan brengsekkk! Kau lapar bukan? Kalau lapar, ayo makan! Jaman buang-buang nasi sembarangan, mubadzir. Kau tahu mubadzir? Ayo, makan!" pekik Esih membuat semua mengalihkan perhatian pada Freya yang tengah kesakitan. Tak ada yang bersedia menolong. Mereka semua tak ingin membuat masalah dengan Esih. Susi bergerak ingin membantu, tapi ia pun sangat takut. Ia bahkan sudah gemetaran karena takut.

Melihat Freya terus menghindar tak mau memakan nasi yang tercecer di lantai itu, Esih pun murka. Ia lantas menghantam kepala Freya hingga membentur lantai. Mata semua orang terbelalak. Kepala Freya pun sudah berkunang-kunang karenanya. Hingga tak lama kemudian petugas pun menghampiri dan menarik tangan Esih. Di saat bersamaan, penglihatan Freya memburam dan jatuh tak sadarkan diri.

...***...

"Bagaimana pak kinerjaku?" tanya seorang wanita sambil menyandar di dinding.

"Hmmm ... bagus. Ini upahnya."

"Wah, lumayan nih buat beli rokok!" seru wanita tersebut. "Bilang makasih sama nyonya. Kalau butuh bantuan, katakan saja, aku selalu siap melaksanakan perintahnya." ujarnya sambil berseru girang. Baru kali ini ia mendapatkan tugas yang sungguh unik. Sesuatu yang sering ia lakukan ternyata bisa menghasilkan uang. Kalau tahu dari dulu, kenapa ia tidak manfaatkan saja.

Sementara itu, di ruangan serba putih, tampak seorang perempuan mengerjapkan matanya. Penglihatannya masih memburam akibat efek benturan dan juga pingsan. Lama kelamaan, ia pun berhasil benar-benar membuka matanya. Matanya terbelalak, lagi-lagi ia harus kembali ke ruangan ini. Ruangan yang selama beberapa bulan ini sering ia kunjungi. Freya hanya bisa menghela nafas pasrah. Berapa lama lagi ia harus mendekam di dalam sana?

Freya memang ikhlas menjalani masa tahanannya, tapi itu bila tak ada orang-orang yang bersikap kejam padanya. Ia ingin menghabiskan masa tahanannya dengan ketenangan, bukan gangguan-gangguan yang bukan hanya menjatuhkan mental tapi juga menyakiti fisik hingga membuat mentalnya benar-benar tertekan.

"Ya Allah, tolong aku, tolong bantu aku, tolong selamatkan aku." Ucapnya lirih sambil menengadahkan kepala menghadap langit-langit kamar yang didominasi warna putih.

"Heh, bangun! Kau ini menyusahkan saja. Sedikit-sedikit pingsan. Dasar lemah." Cibir sipir penjara yang bertugas hari itu. Freya hanya bisa menunduk takut. "Makan ini. Setelah cairan infus habis, kau harus segera kembali ke sel mu." Ketus sipir itu sambil melemparkan sebuah roti ke atas perutnya. Freya pun menerimanya tanpa berpikir lama. Ia mendudukkan dirinya sambil membuka plastik pembungkus roti dan menyantap isinya dengan lahap.

Selesai menyantap roti itu, Freya mengambil air minum yang ada di atas hajas dan meminumnya hingga tandas.

"Alhamdulillah," ucapnya. Meskipun masih terasa lapar, setidaknya tidak begitu terlalu seperti tadi.

Sementara itu, di tempat lain, tampak sepasang suami istri sedang berdebat. Hal itu karena sang istri memaksa sang suami untuk menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Sang laki-laki menolak, tapi sang istri tetap kukuh dengan rencananya agar sang suami mau menikah lagi demi mendapatkan keturunan.

"Hanya sementara mas, sampai wanita itu hamil dan melahirkan. Setelah itu kalian bercerai. Aku pun tak ingin kehilangan kamu, mas. Aku pun sebenarnya tak rela. Kau pikir hatiku baik-baik saja? Nggak mas. Namun demi kamu, orang tua kami, aku rela menekan rasa sakit ini. Menikah lah, mas. Kau hanya perlu menikahi wanita itu secara siri dan membuatnya hamil. Setelah itu, semua menjadi urusanku. Aku mohon, mas, kau mau ya?" Bujuk Erin yang sudah berderai air mata.

"Rin, apa tak ada cara lain? Jangan seperti ini. Bagaimana mungkin aku tega menyakitimu? Rin, tidak cukupkah kita berdua saja, bersama, selamanya? Aku tidak apa tidak memiliki keturunan. Sungguh."

Erin menggeleng tegas, "mas, aku pun ingin merasakan menjadi seorang ibu. Namun harus anak darimu. Aku ingin anak darah dagingmu sendiri. Tolonglah mas, sementara saja. Sampai hamil saja, setelahnya semua akan jadi urusanku."

Terdengar helaan nafas panjang dari bibir Abidzar. Sudah hampir setahun ini, perdebatan mereka selalu saja sama, yaitu mengenai permintaan Erin agar dirinya menikah lagi guna mendapatkan keturunan. Meskipun rasa hati memang sangat ingin memiliki keturunan, tapi ia tidak setega itu untuk menduakan Erin, istri yang telah membersamainya selama lebih dari 3 tahun ini.

"Kau yakin kau tak apa-apa? Aku tak mau bila ternyata nantinya kau terluka saat aku menghabiskan waktu dengan wanita lain?"

"Terluka itu pasti, tapi aku akan mencoba ikhlas, mas. Semua demi kita, kebahagiaan keluarga kita."

"Apa kau sudah menemukan wanita yang akan kau jadikan madumu?" tanya Abidzar penasaran sebab Erin sepertinya sudah begitu yakin ingin ia menikah lagi.

"Aku sudah menemukan wanita yang tepat, tapi aku belum membicarakannya. Kau tenang saja mas, semua menjadi urusanku. Semoga saja semuanya berjalan lancar," ucap Erin seraya tersenyum.

Abidzar kembali menghela nafas kasar, "ya sudah, terserah. Semua aku serahkan pada mu. Semoga ke depannya tidak menjadi masalah." gumamnya sebelum beranjak dari hadapan Erin.

Erin tersenyum dengan lebar. Rencana demi rencana telah berseliweran di otaknya. Semoga semuanya berjalan sesuai keinginannya, ucapnya dalam hati.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

kejamnya dunia sel 🥴

2023-09-29

0

ria

ria

semangaat kuat freya..
penasaran sama org yg merintah esih utk nyakiti freya...siapa orangx?

2023-02-04

1

🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸

🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸

siapakah orang dibalik dinding yg menyruruh esih menyakiti freya???

2023-02-03

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kedatangan Tio
3 Rencana Erin
4 Pembicaraan
5 Penawaran
6 Kedatangan Anisa
7 Rahim Tebusan
8 Rumah Erin
9 Peringatan dari Abidzar
10 Abidzar
11 Dia
12 Sebegitu rendahkah aku
13 Cemoohan
14 Diperlakukan seperti seorang jalaang
15 Perhatian?
16 Haruskah
17 Kedatangan Tirta
18 Memanas dan berasap
19 Terbakar
20 Bagaimana mungkin?
21 Khawatir
22 Suami Sementara
23 Kepulangan Erin
24 24
25 Gusar
26 Lamunan
27 Surat
28 Seperti selingkuhan
29 Dilema
30 Melupakan kesepakatan
31 Izar?
32 Penjelasan dan kebenaran
33 Sagita mencari tahu
34 Mama, i love you
35 Malam panas
36 Kandidat Utama
37 Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38 Khawatir
39 You're pregnant
40 Intimidasi
41 41
42 Alasan kebencian
43 Rencana
44 Sandiwara
45 45
46 Fakta sebenarnya
47 Permintaan maaf
48 Mama
49 Masa lalu Erin
50 Di kedai bakso
51 Pertengkaran
52 Janggal
53 Sebuah fakta dan ancaman
54 Kemarahan Abidzar
55 Ke rumah sakit
56 Kau bebas
57 57
58 58
59 59
60 Masalah demi masalah
61 Kekacauan
62 Amarah Abidzar
63 63
64 64
65 65
66 Jatuh cinta pada suamimu
67 67
68 Menemui Ryan
69 69
70 Nasi sudah jadi bubur
71 Semua Terkuak
72 Hana
73 73
74 74
75 Pembicaraan
76 Keinginan terakhir
77 Menemui Erin
78 Obat lucknut
79 I want ...
80 Efek obat lucknut
81 81
82 82
83 83
84 Tak ada kata perpisahan
85 85
86 Karma?
87 87
88 88
89 89
90 Salam Perpisahan
91 Akhir dari perempuan manipulatif
92 Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93 Sebuah hikmah
94 Menggelikan
95 95
96 96
97 97
98 Sebuah penantian
99 99
100 100
101 101 S2
102 102 S2
103 103 S2
104 104 S2
105 105 S2
106 106 S2
107 107 S2
108 108
109 109 S2
110 110 S2
111 111 S2
112 112
113 113
114 114 S2
115 115
116 116 S2
117 117 S2
118 118 S2
119 119 S2
120 120 S2
121 121 S2
122 122 S2
123 123 S2
124 124
125 125 S2
126 126 S2
127 127
128 128 S2
129 129 S2
130 130 S2
131 131 S2
132 132 S2
133 133 S2
134 134 S2
135 135 S2 TAMAT
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Awal
2
Kedatangan Tio
3
Rencana Erin
4
Pembicaraan
5
Penawaran
6
Kedatangan Anisa
7
Rahim Tebusan
8
Rumah Erin
9
Peringatan dari Abidzar
10
Abidzar
11
Dia
12
Sebegitu rendahkah aku
13
Cemoohan
14
Diperlakukan seperti seorang jalaang
15
Perhatian?
16
Haruskah
17
Kedatangan Tirta
18
Memanas dan berasap
19
Terbakar
20
Bagaimana mungkin?
21
Khawatir
22
Suami Sementara
23
Kepulangan Erin
24
24
25
Gusar
26
Lamunan
27
Surat
28
Seperti selingkuhan
29
Dilema
30
Melupakan kesepakatan
31
Izar?
32
Penjelasan dan kebenaran
33
Sagita mencari tahu
34
Mama, i love you
35
Malam panas
36
Kandidat Utama
37
Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38
Khawatir
39
You're pregnant
40
Intimidasi
41
41
42
Alasan kebencian
43
Rencana
44
Sandiwara
45
45
46
Fakta sebenarnya
47
Permintaan maaf
48
Mama
49
Masa lalu Erin
50
Di kedai bakso
51
Pertengkaran
52
Janggal
53
Sebuah fakta dan ancaman
54
Kemarahan Abidzar
55
Ke rumah sakit
56
Kau bebas
57
57
58
58
59
59
60
Masalah demi masalah
61
Kekacauan
62
Amarah Abidzar
63
63
64
64
65
65
66
Jatuh cinta pada suamimu
67
67
68
Menemui Ryan
69
69
70
Nasi sudah jadi bubur
71
Semua Terkuak
72
Hana
73
73
74
74
75
Pembicaraan
76
Keinginan terakhir
77
Menemui Erin
78
Obat lucknut
79
I want ...
80
Efek obat lucknut
81
81
82
82
83
83
84
Tak ada kata perpisahan
85
85
86
Karma?
87
87
88
88
89
89
90
Salam Perpisahan
91
Akhir dari perempuan manipulatif
92
Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93
Sebuah hikmah
94
Menggelikan
95
95
96
96
97
97
98
Sebuah penantian
99
99
100
100
101
101 S2
102
102 S2
103
103 S2
104
104 S2
105
105 S2
106
106 S2
107
107 S2
108
108
109
109 S2
110
110 S2
111
111 S2
112
112
113
113
114
114 S2
115
115
116
116 S2
117
117 S2
118
118 S2
119
119 S2
120
120 S2
121
121 S2
122
122 S2
123
123 S2
124
124
125
125 S2
126
126 S2
127
127
128
128 S2
129
129 S2
130
130 S2
131
131 S2
132
132 S2
133
133 S2
134
134 S2
135
135 S2 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!