Memanas dan berasap

Tring ... tring ... tring ...

Terdengar dering ponsel, Abidzar pun meraih ponsel yang ada di atas nakas dan menempelkannya di telinga tanpa melihat siapa nama penelpon itu.

"Halo mas." Ucap seorang perempuan dengan lembut.

"Hmmm ... "

"Kok jawabnya gitu? Mas marah sama aku?"

"Nggak. Ngapain marah? Cuma lagi capek aja."

"Emang mas abis ngapain?"

"Lembur." Jawab Abidzar singkat dengan mata terpejam.

"Mas ada di kamar kita?"

"Hmmm ... "

"Mas, kenapa nggak tidur dengan perempuan itu? Mas tau nggak, aku sengaja pergi itu untuk memberi kamu waktu sama dia. Kalau begini sama aja bohong tau nggak sih, Mas?" Sentak Erin membuat Abidzar yang tadi memejamkan matanya seketika membuka mata dengan dada yang bergemuruh.

"Kamu itu ngerti nggak sih Rin, nggak semudah itu. Seenggaknya beri aku waktu supaya otakku minimal bisa menerima keadaan ini." Abidzar pun mendudukkan tubuhnya. Ia berbicara tak kalah memekik karena gemuruh yang kian bergejolak.

"Waktu? Tak usah banyak alasan, Mas. Atau Mas ingin melakukannya dengan cinta? Jangan macam-macam, Mas! Pokoknya aku nggak mau tahu, Mas harus mengusahakannya sesegera mungkin. Terserah mau dengan cara apa. Mau pakai obat perangsang pun jadi asal kau cepat menghamilinya dan setelahnya semuanya selesai." Ucap Erin membuat Abidzar menggenggam erat ponselnya. Saking eratnya, bahkan bisa saja menghancurkan ponselnya itu.

"Rin, dengar, aku sudah memperingatkan mu berkali-kali tentang ini, jangan salahkan aku bila akhirnya tak sesuai ekspektasi mu. Ingat, tak selamanya yang kau inginkan akan kau dapatkan. Kau tak perlu khawatir, aku pasti akan segera melakukannya."

Usai mengucapkan itu, Abidzar menutup panggilan telepon itu sepihak. Tak peduli Erin akan mengumpat kesal padanya sebab Erin lah yang lebih dahulu membuatnya kesal dan tak memedulikan perasaannya.

Brakkk ...

"Aaargh ... "

Abidzar melempar ponselnya ke dinding hingga hancur berderai. Ia menjambak rambutnya frustasi. Dia benar-benar bingung, harus melakukan apa dan bagaimana.

...***...

Keesokan paginya, Freya tampak berada di dapur. Ia sedang membantu bik Asih membuat sarapan. Ia melakukan itu untuk sekalian belajar sebab Freya memang tak pandai memasak.

"Kentangnya udah selesai Freya kupas dan cuci, bik. Terus harus diapain lagi?" Tanya Freya sembari meniriskan kentang-kentang tersebut.

"Diparut, non. Bibik mau buat kentang Mustofa. Den Abi suka banget makan nasi pake kentang Mustofa."

"Biar Freya aja, Bi, yang parutnya.Bisa ajarin, Bi, cara parutnya?"

Bi Asih tersenyum, lalu ia mengambil parutan kentang dan mulai mengajari Freya.

"Gimana? Udah bisa?"

"Udah, Bi." Sahut Freya dengan mata berbinar-binar saat merasa berhasil melakukannya. "Setelah ini, harus diapain lagi, Bi?" Ujarnya sambil terus memarut kentang tersebut.

"Setelah ini, harus dicuci sampai benar-benar bersih, Non. Sampai airnya benar-benar jernih. Tujuannya supaya pas digoreng, bisa garing sempurna. Soalnya kalau masih bertepung gitu, kentangnya nggak mau garing, Non."

"Oh gitu ya, Bi. Ya udah, setelah ... awww ... "

"Kenapa, Non? Duh, jari non luka ya?"

"Iya, Bi. Cuma luka kecil kok, nggak papa. Bibi lanjut aja siapin bumbu." Jawab Freya seraya meringis.

"Jarimu kenapa? Kamu terluka, Fre? Kenapa nggak langsung dibersihkan? Sini ,aku bantu bersihin." Tiba-tiba Tirta datang dan meraih tangan Freya dan membawanya ke wastafel. Tirta menyiram luka tersebut hingga tidak mengeluarkan darah lagi membuat Bi Asih tersenyum. Freya merasa linglung dengan perlakuan Tirta yang begitu tiba-tiba. Padahal ia baru datang, tapi ia langsung membantunya membersihkan luka.

Setelah itu, ia membawa Freya duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan. Tirta mengambil kotak obat dalam lemari penyimpanan dan mulai membersihkan serta mengobati luka Freya. Tak lupa, ia menutup luka itu dengan plester agar tidak kemasukan kotoran saat melakukan aktivitas.

Karena duduk mereka yang terlalu dekat, membuat Tirta dapat melihat dengan jelas kecantikan Freya. Tirta sampai mematung hingga suara dehaman seseorang membuat lamunannya buyar seketika.

"Ekhem ... "

"Eh, kamu, Bi." Ucap Tirta salah tingkah. Freya yang merasa tak enak hati karena berdekatan dengan Tirta di rumah itupun segera berdiri.

"Kamu mau kemana?" tanya Tirta yang kini menggenggam pergelangan tangan Freya. Freya pun meminta Tirta melepaskan tangannya.Tirta yang baru sadar pun segera melepaskan tangan Freya dengan perasaan canggung campur bahagia.

"Aku mau ... "

"Ngapain kamu pagi-pagi sekali sudah berada di sini?" Sinis Abidzar dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya.

"Mau numpang sarapan, nggak boleh?"

"Apa gaji yang aku beri masih kurang besar sampai mau sarapan pun kau lari ke sini?" Sarkas Abidzar yang ditanggapi acuh tak acuh oleh Tirta.

"Bagaimana ya? Kalau kamu mau nambahin lagi, aku sih terima-terima aja. Mayan, modal nikah tahun depan." Ucap Tirta santai membuat Abidzar melotot.

'Tahun depan? Apa dia benar-benar berniat menikahi Freya?'

"Mimpi." Cibir Abidzar dengan satu sudut bibir terangkat.

"Apa salah? Tidak kan. Siapa tahu mimpiku benar-benar jadi kenyataan suatu hari nanti." Jawab Tirta sambil menyunggingkan senyum dengan ekor mata menatap Freya yang bingung harus melakukan apa. Abidzar dapat menangkap lirikan itu pun binar dalam sorot matanya. Entah mengapa, mendadak dada Abidzar panas.

'Sepertinya Tirta mulai terang-terangan ingin mendekati Freya.' Batin Abidzar tiba-tiba bergejolak. Ada perasaan aneh saat menyadari hal tersebut.

Melihat Abidzar mematung membuat Tirta terkekeh. Lalu ia meraih paper bag yang ia letakkan di kursi sebelahnya.

"Fre, ini ada beberapa novel koleksi adikku. Kamu bisa meminjamnya untuk mengusir kebosananmu. Sebenarnya aku mau beliin sih, tapi karena semalam pulangnya udah cukup larut, toko-toko udah pada tutup. Tapi next, kalo aku ada waktu luang, pasti aku beliin deh. Atau kalau perlu, kita sekalian aja jalan berdua. Biar kamu bisa pilih-pilih sendiri, gimana?" Ucap Tirta seraya mengulurkan tangannya yang memegang paper bag berisi novel.

Mata Freya seketika berbinar. Senyumnya merekah indah bak bunga yang baru saja bermekaran. Kedua laki-laki itu sampai mematung menatap senyum seindah bunga itu. Tak dapat mereka pungkiri, senyum Freya masihlah semanis dulu. Senyum itu pula yang membuat banyak laki-laki luluh. Belum lagi sikap manjanya yang membuat para laki-laki ingin melindunginya.

"Ya Allah kak, bisa dipinjamkan aja aku.udah senang kok. Makasih ya. Dan nggak perlu repot-repot juga beliin. Bilang sama adik kak Tirta makasih ya. Aku pinjam dulu novelnya. Kalau udah selesai, pasti aku balikkin. Terus bilang juga, jangan khawatir, novel ini akan aku jaga sebaik mungkin." Seru Freya penuh semangat. Tirta ikut tersenyum riang mendengarnya.

Tirta lantas mengusap puncak kepala Freya. Freya yang diusap kepalanya pun tersenyum malu-malu. Berbeda dengan Abidzar, melihat kepala Freya diusap, kepalanya justru memanas. Ibarat tokoh film kartun, kepalanya kini sudah mengeluarkan asap.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

Terpopuler

Comments

Amelia Syharlla

Amelia Syharlla

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😀😱😀😱😱😱😱😋😋😋😋😋😋

2023-02-27

1

yuce

yuce

keluarin tanduk sekalian kepalanya

2023-02-26

0

mama oca

mama oca

semmangat semoga cepet sembuh dedenya..jaga kesehatannsellallu diitunggu kelanjutannnya

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kedatangan Tio
3 Rencana Erin
4 Pembicaraan
5 Penawaran
6 Kedatangan Anisa
7 Rahim Tebusan
8 Rumah Erin
9 Peringatan dari Abidzar
10 Abidzar
11 Dia
12 Sebegitu rendahkah aku
13 Cemoohan
14 Diperlakukan seperti seorang jalaang
15 Perhatian?
16 Haruskah
17 Kedatangan Tirta
18 Memanas dan berasap
19 Terbakar
20 Bagaimana mungkin?
21 Khawatir
22 Suami Sementara
23 Kepulangan Erin
24 24
25 Gusar
26 Lamunan
27 Surat
28 Seperti selingkuhan
29 Dilema
30 Melupakan kesepakatan
31 Izar?
32 Penjelasan dan kebenaran
33 Sagita mencari tahu
34 Mama, i love you
35 Malam panas
36 Kandidat Utama
37 Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38 Khawatir
39 You're pregnant
40 Intimidasi
41 41
42 Alasan kebencian
43 Rencana
44 Sandiwara
45 45
46 Fakta sebenarnya
47 Permintaan maaf
48 Mama
49 Masa lalu Erin
50 Di kedai bakso
51 Pertengkaran
52 Janggal
53 Sebuah fakta dan ancaman
54 Kemarahan Abidzar
55 Ke rumah sakit
56 Kau bebas
57 57
58 58
59 59
60 Masalah demi masalah
61 Kekacauan
62 Amarah Abidzar
63 63
64 64
65 65
66 Jatuh cinta pada suamimu
67 67
68 Menemui Ryan
69 69
70 Nasi sudah jadi bubur
71 Semua Terkuak
72 Hana
73 73
74 74
75 Pembicaraan
76 Keinginan terakhir
77 Menemui Erin
78 Obat lucknut
79 I want ...
80 Efek obat lucknut
81 81
82 82
83 83
84 Tak ada kata perpisahan
85 85
86 Karma?
87 87
88 88
89 89
90 Salam Perpisahan
91 Akhir dari perempuan manipulatif
92 Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93 Sebuah hikmah
94 Menggelikan
95 95
96 96
97 97
98 Sebuah penantian
99 99
100 100
101 101 S2
102 102 S2
103 103 S2
104 104 S2
105 105 S2
106 106 S2
107 107 S2
108 108
109 109 S2
110 110 S2
111 111 S2
112 112
113 113
114 114 S2
115 115
116 116 S2
117 117 S2
118 118 S2
119 119 S2
120 120 S2
121 121 S2
122 122 S2
123 123 S2
124 124
125 125 S2
126 126 S2
127 127
128 128 S2
129 129 S2
130 130 S2
131 131 S2
132 132 S2
133 133 S2
134 134 S2
135 135 S2 TAMAT
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Awal
2
Kedatangan Tio
3
Rencana Erin
4
Pembicaraan
5
Penawaran
6
Kedatangan Anisa
7
Rahim Tebusan
8
Rumah Erin
9
Peringatan dari Abidzar
10
Abidzar
11
Dia
12
Sebegitu rendahkah aku
13
Cemoohan
14
Diperlakukan seperti seorang jalaang
15
Perhatian?
16
Haruskah
17
Kedatangan Tirta
18
Memanas dan berasap
19
Terbakar
20
Bagaimana mungkin?
21
Khawatir
22
Suami Sementara
23
Kepulangan Erin
24
24
25
Gusar
26
Lamunan
27
Surat
28
Seperti selingkuhan
29
Dilema
30
Melupakan kesepakatan
31
Izar?
32
Penjelasan dan kebenaran
33
Sagita mencari tahu
34
Mama, i love you
35
Malam panas
36
Kandidat Utama
37
Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38
Khawatir
39
You're pregnant
40
Intimidasi
41
41
42
Alasan kebencian
43
Rencana
44
Sandiwara
45
45
46
Fakta sebenarnya
47
Permintaan maaf
48
Mama
49
Masa lalu Erin
50
Di kedai bakso
51
Pertengkaran
52
Janggal
53
Sebuah fakta dan ancaman
54
Kemarahan Abidzar
55
Ke rumah sakit
56
Kau bebas
57
57
58
58
59
59
60
Masalah demi masalah
61
Kekacauan
62
Amarah Abidzar
63
63
64
64
65
65
66
Jatuh cinta pada suamimu
67
67
68
Menemui Ryan
69
69
70
Nasi sudah jadi bubur
71
Semua Terkuak
72
Hana
73
73
74
74
75
Pembicaraan
76
Keinginan terakhir
77
Menemui Erin
78
Obat lucknut
79
I want ...
80
Efek obat lucknut
81
81
82
82
83
83
84
Tak ada kata perpisahan
85
85
86
Karma?
87
87
88
88
89
89
90
Salam Perpisahan
91
Akhir dari perempuan manipulatif
92
Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93
Sebuah hikmah
94
Menggelikan
95
95
96
96
97
97
98
Sebuah penantian
99
99
100
100
101
101 S2
102
102 S2
103
103 S2
104
104 S2
105
105 S2
106
106 S2
107
107 S2
108
108
109
109 S2
110
110 S2
111
111 S2
112
112
113
113
114
114 S2
115
115
116
116 S2
117
117 S2
118
118 S2
119
119 S2
120
120 S2
121
121 S2
122
122 S2
123
123 S2
124
124
125
125 S2
126
126 S2
127
127
128
128 S2
129
129 S2
130
130 S2
131
131 S2
132
132 S2
133
133 S2
134
134 S2
135
135 S2 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!