Cemoohan

Acara akad nikah itu dilangsungkan di kediaman Abidzar dengan suasana tertutup. Acara itu juga hanya dihadiri beberapa saksi dari pihak Abidzar, yaitu Tirta, pak penghulu, dan pak RT serta istrinya.

Saat ini jarum jam sudah menunjukkan hampir pukul 9, orang-orang yang bersangkutan pun telah tiba. Hingga tibalah waktunya untuk mengucapkan ijab dan kabul. Freya pun keluar ditemani Bi Asih menuju ke meja tempat pelaksanaan akad.

Bila biasanya wajah calon pengantin akan bersinar, berbeda dengan pasangan itu. Freya justru tampak tegang karena dihinggapi rasa takut, sedangkan Abidzar menegang karena diliputi api kebencian.

"Freya ... " Gumam Tirta dengan mata terbelalak saat melihat calon pengantin sepupunya. Bukan rahasia umum, ketenaran Freya semasa SMA memang memukau nyaris setiap lawan jenis. Tirta tahu itu. Tirta pun termasuk salah satu laki-laki yang mengagumi paras seorang Freya.

Namun ia tak pernah menyangka bila ia akan dipertemukan lagi dengan Freya dalam situasi seperti ini. Apalagi ia sangat tahu betapa sepupunya itu membenci Freya atas sakit hati yang pernah diberikan perempuan itu di masa lalu.

Lafaz ijab qobul telah terucap, seruan suara sah pun menyentak Tirta yang sedari tadi melamun.

SAH ...

SAH ...

SAH ...

Tirta meraup wajahnya kasar. Ia harap sepupunya itu tidak melampiaskan kebenciannya pada perempuan itu. Apalagi ia dapat melihat, Freya yang sekarang bukanlah Freya yang dulu. Entah mendapatkan keyakinan dari mana, Tirta hanya bisa meyakini saja.

Tirta menatap nanar pada Freya. Penampilannya sungguh jauh berbeda dengan Freya yang ia kenali. Namun satu yang pasti, meskipun tubuhnya terlihat jauh lebih kurus, tirus, dan ringkih, tapi Freya tetap cantik. Wajahnya hanya dipoles bedak dan lipstik tipis, tapi tetap mampu memancarkan aura kecantikannya. Sederhana, tapi tetap memikat.

Penghulu meminta Freya menyalami tangan Abidzar dan menciumnya. Namun saat sedikit lagi bibir Freya menyentuh punggung tangan Abidzar, laki-laki itu justru segera menariknya.

Pedih. Itu yang Freya rasa. Tapi Freya maklum. Mungkin laki-laki itu merasa jijik dengannya, si perempuan mantan narapidana.

Begitu pula saat penghulu meminta Abidzar mencium kening Freya, belum juga bibir laki-laki itu menempel di dahi Freya, ia justru segera menariknya. Perih. Namun apa mau dikata, ia paham alasannya.

...***...

"Bi, bisa bicara sebentar," ucap Tirta pelan setelah semua orang telah pergi dari sana.

Abidzar mengangguk lantas mengajak Tirta ke ruang kerjanya.

"Ada apa?" tanya Abidzar penasaran.

"Dia ... Freya yang itu kan?"

Abidzar menghela nafasnya kemudian mengangguk.

"Aku tahu kamu mungkin masih sakit hati dengannya, tapi aku harap jangan manfaatkan momen ini untuk membalas dendam, oke. Aku harap kau tidak menjadi laki-laki brengsek. Lupakan semua masa lalu. Sekarang kau sudah memiliki Erin. Jalani saja semuanya sesuai kesepakatan. Setelah selesai, lepaskan dia dengan baik-baik. Tak ada guna memupuk dendam," ucap Tirta bijak yang khawatir Abidzar akan memanfaatkan pernikahannya untuk membalas dendam.

Ia sangat tahu bagaimana terpuruknya Abidzar dulu karena sakit hati. Bukan masalah ditolaknya, tapi akibat penolakan yang dilakukan Freya dengan cara tak terduga lah yang membuatnya kecewa. Ia sampai menjadi bulan-bulanan para teman kencan Freya. Abidzar sampai tak mau sekolah selama berhari-hari. Puncak dari sakit hatinya adalah dia memilih pindah sekolah untuk menghindari orang-orang yang kerap menghina dan merundungnya.

"Ck ... kau pikir aku akan sepicik itu. Sudahlah, tak perlu kau mengkhawatirkan dia. Seharusnya kau mengkhawatirkan aku. Bagaimana kalau dia membunuhku seperti dia ingin membunuh istri CEO TJ Group waktu itu. Kau tak mau bukan kehilangan sepupu terbaikmu ini." Kekehnya membuat Tirta mendelik sinis tapi tak pelak tersenyum lega.

...***...

Freya melangkahkan kaki keluar dari dalam kamar mandi, sudah mengganti kebaya yang ia pakai tadi dengan pakaian santai yang diberi bi Asih. Sebenarnya bukan pemberian bi Asih, tapi pakaian itu bi Asih yang membelinya di pasar atas perintah Erin. Bukan pakaian mahal, hanya pakaian biasa yang ada di pasar. Erin mengatakan jijik dengan pakaian yang ia bawa dari penjara. Khawatir membawa kuman dan bibit penyakit katanya.

Ya, mau bagaimana lagi, hanya beberapa lembar pakaian itulah yang Freya miliki. Saat ia ditangkap polisi, ia tak membawa apapun selain baju di badan. Baju itupun ia dapat saat ada acara penyuluhan di lapas. Di akhir acara, ada pembagian pakaian.

Pemandangan yang Freya lihat saat keluar dari dalam kamar mandi adalah Abidzar. Ia sedang berdiri sambil menatap keluar jendela. Freya sampai menegang melihatnya. Freya takut. Apalagi Freya sangat mengingat eskpresi Abidzar setiap kali mata mereka tak sengaja bersirobok.

Tiba-tiba saja Abidzar menoleh ke arah Freya dengan sorot mata tajamnya. Tubuh Freya kian tegang. Tangannya telah saling mere mas satu sama lain. Keringat dingin mengucur deras.

Freya menunduk takut. Lidahnya kelu, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya.

"Bagaimana rasanya bisa menikahi pria kaya? Senang?" ejek Abidzar membuat mata Freya memanas.

Apakah pria itu pikir dia mau menikah dengannya karena dia kaya? Tidak. Freya hanya bisa menjerit dalam hati. Andai bisa menghindar, andai ada jalan lain, ia lebih memilih menghindar ataupun memilih jalan lain itu. Ia pun tak mau jadi orang ketiga. Ia pun sudah jera menikah dengan laki-laki yang tidak mencintainya.

Tapi sayang, Freya tak bisa menyuarakan itu. Lidahnya seakan-akan kaku untuk menyangkal. Dirinya bukanlah Freya yang dulu yang lantang dan berani. Dirinya hanyalah Freya yang rapuh dan lemah.

"Mengapa diam? Apa aku benar? Ya, tentu saja aku benar karena sejak dulu begitulah kau. Murahan. Sejujurnya aku muak dan jijik padamu, tapi demi Erin aku terpaksa menerima pernikahan ini. Kau dengar itu, aku terpaksa. Jadi jangan harap kau bisa menjadi istriku yang sebenarnya. Jangan pula kau harap rencana busuk mu itu akan berakhir sempurna sesuai harapan mu. Apalagi kau sampai berniat menggantikan Erin. Tidak. Tidak akan pernah aku biarkan. Kau tidak pantas menjadi seorang istri dari Abidzar Putra Sadewa."

Usai mengucapkan kata-kata penuh cemoohan itu, Abidzar pun segera berlalu. Sepeninggal Abidzar, Freya pun luruh ke lantai. Ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya hancur. Ternyata masa lalunya masih saja membayangi dirinya. Seolah enggan pergi. Membuat siapapun yang melihatnya terus memandangnya hina.

...***...

"Kau dari mana, mas?" tanya Erin.

"Dari belakang." Jawab Abidzar santai sambil melepaskan kancing lengan kemejanya. Kemudian ia pun membuka satu persatu kancing bajunya dari atas hingga terbuka semua dan melepaskannya.

Erin lantas mendekat dan mendekap tubuh Abidzar sambil tersenyum manis.

"Ingat mas, misi kita hanya sampai dia hamil. Aku tidak mau kau terus menyentuhnya. Dan satu hal yang lebih penting, jangan gunakan perasaan. Aku tak mau kau sampai jatuh hati padanya. Aku tak mau kau terluka lagi. Cukup dulu kau terluka. Aku sampai sedih saat melihat semua orang memperolok mu. Dan makin sedih saat kau tiba-tiba menghilang. Untung saja orang tua kita saling mengenal jadi aku bisa kembali bertemu denganmu. Kau paham kan maksudku, mas." Ucap Erin seraya mengusap dada Abidzar.

Abidzar menggenggam tangan Erin, "tak perlu khawatirkan itu." Ucap Abidzar seraya tersenyum tipis. "Aku mau mandi dulu dan kembali ke kantor. Banyak yang harus aku kerjakan."

"Tidak nanti saja, mas. Selesai makan siang mungkin."

"Nggak bisa. Kalau aku pergi terlalu siang, bisa-bisa aku pulang larut nanti."

"Memangnya kenapa kalau pulang larut? Jangan-jangan mas sudah tidak sabar untuk ... "

"Ssst ... Jangan sembarangan bicara. Ya sudah, aku mandi dulu. Kau sepertinya mau pergi? Hati-hati di jalan." Ucap lagi saat menyadari penampilan istrinya telah berubah.

Erin mencebikkan bibirnya seraya mengagguk.

"Mas." Panggil Erin lagi saat Abidzar hendak masuk ke dalam kamar mandi.

"Ya."

"Aku lupa bilang, besok sampai seminggu ke depan aku mau liburan sama temen-temen aku, nggak papa kan?" Ucapnya seraya tersenyum manis.

Abidzar menghela nafasnya, "hmmm ... tapi usahakan pulang secepatnya dan jaga diri."

"Pasti." Ucap Erin sumringah. Lantas ia mendekati Abidzar dan mengecup pipinya. Setelah itu ia pun segera berlalu dari hadapan Abidzar.

...HAPPY READING 😍😍😍...

Terpopuler

Comments

Suyatno Galih

Suyatno Galih

tdk apa2 freea terima n simpan hinaan itu wl pun sakit, stlah kamu pergi nt pasti mrk akan merasa kehilangan, mekipun km sdh berubah mrk tak akan percaya n truskan tobatmu pasti di hijabah sm outhor

2024-03-14

0

R yuyun Saribanon

R yuyun Saribanon

si erin udah mandul banyak tingkah... bukan ngurus suami dg baik.. di tinggal baru rasa

2024-02-26

0

Fani Indriyani

Fani Indriyani

freya sebenernya baik,cmn didikan reza aja yg ga bener

2024-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Awal
2 Kedatangan Tio
3 Rencana Erin
4 Pembicaraan
5 Penawaran
6 Kedatangan Anisa
7 Rahim Tebusan
8 Rumah Erin
9 Peringatan dari Abidzar
10 Abidzar
11 Dia
12 Sebegitu rendahkah aku
13 Cemoohan
14 Diperlakukan seperti seorang jalaang
15 Perhatian?
16 Haruskah
17 Kedatangan Tirta
18 Memanas dan berasap
19 Terbakar
20 Bagaimana mungkin?
21 Khawatir
22 Suami Sementara
23 Kepulangan Erin
24 24
25 Gusar
26 Lamunan
27 Surat
28 Seperti selingkuhan
29 Dilema
30 Melupakan kesepakatan
31 Izar?
32 Penjelasan dan kebenaran
33 Sagita mencari tahu
34 Mama, i love you
35 Malam panas
36 Kandidat Utama
37 Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38 Khawatir
39 You're pregnant
40 Intimidasi
41 41
42 Alasan kebencian
43 Rencana
44 Sandiwara
45 45
46 Fakta sebenarnya
47 Permintaan maaf
48 Mama
49 Masa lalu Erin
50 Di kedai bakso
51 Pertengkaran
52 Janggal
53 Sebuah fakta dan ancaman
54 Kemarahan Abidzar
55 Ke rumah sakit
56 Kau bebas
57 57
58 58
59 59
60 Masalah demi masalah
61 Kekacauan
62 Amarah Abidzar
63 63
64 64
65 65
66 Jatuh cinta pada suamimu
67 67
68 Menemui Ryan
69 69
70 Nasi sudah jadi bubur
71 Semua Terkuak
72 Hana
73 73
74 74
75 Pembicaraan
76 Keinginan terakhir
77 Menemui Erin
78 Obat lucknut
79 I want ...
80 Efek obat lucknut
81 81
82 82
83 83
84 Tak ada kata perpisahan
85 85
86 Karma?
87 87
88 88
89 89
90 Salam Perpisahan
91 Akhir dari perempuan manipulatif
92 Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93 Sebuah hikmah
94 Menggelikan
95 95
96 96
97 97
98 Sebuah penantian
99 99
100 100
101 101 S2
102 102 S2
103 103 S2
104 104 S2
105 105 S2
106 106 S2
107 107 S2
108 108
109 109 S2
110 110 S2
111 111 S2
112 112
113 113
114 114 S2
115 115
116 116 S2
117 117 S2
118 118 S2
119 119 S2
120 120 S2
121 121 S2
122 122 S2
123 123 S2
124 124
125 125 S2
126 126 S2
127 127
128 128 S2
129 129 S2
130 130 S2
131 131 S2
132 132 S2
133 133 S2
134 134 S2
135 135 S2 TAMAT
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Awal
2
Kedatangan Tio
3
Rencana Erin
4
Pembicaraan
5
Penawaran
6
Kedatangan Anisa
7
Rahim Tebusan
8
Rumah Erin
9
Peringatan dari Abidzar
10
Abidzar
11
Dia
12
Sebegitu rendahkah aku
13
Cemoohan
14
Diperlakukan seperti seorang jalaang
15
Perhatian?
16
Haruskah
17
Kedatangan Tirta
18
Memanas dan berasap
19
Terbakar
20
Bagaimana mungkin?
21
Khawatir
22
Suami Sementara
23
Kepulangan Erin
24
24
25
Gusar
26
Lamunan
27
Surat
28
Seperti selingkuhan
29
Dilema
30
Melupakan kesepakatan
31
Izar?
32
Penjelasan dan kebenaran
33
Sagita mencari tahu
34
Mama, i love you
35
Malam panas
36
Kandidat Utama
37
Kedatangan Meylin, Rana, dan Lisa
38
Khawatir
39
You're pregnant
40
Intimidasi
41
41
42
Alasan kebencian
43
Rencana
44
Sandiwara
45
45
46
Fakta sebenarnya
47
Permintaan maaf
48
Mama
49
Masa lalu Erin
50
Di kedai bakso
51
Pertengkaran
52
Janggal
53
Sebuah fakta dan ancaman
54
Kemarahan Abidzar
55
Ke rumah sakit
56
Kau bebas
57
57
58
58
59
59
60
Masalah demi masalah
61
Kekacauan
62
Amarah Abidzar
63
63
64
64
65
65
66
Jatuh cinta pada suamimu
67
67
68
Menemui Ryan
69
69
70
Nasi sudah jadi bubur
71
Semua Terkuak
72
Hana
73
73
74
74
75
Pembicaraan
76
Keinginan terakhir
77
Menemui Erin
78
Obat lucknut
79
I want ...
80
Efek obat lucknut
81
81
82
82
83
83
84
Tak ada kata perpisahan
85
85
86
Karma?
87
87
88
88
89
89
90
Salam Perpisahan
91
Akhir dari perempuan manipulatif
92
Sesuatu yang didapat dengan cara tidak baik, akan berakhir tidak baik pula
93
Sebuah hikmah
94
Menggelikan
95
95
96
96
97
97
98
Sebuah penantian
99
99
100
100
101
101 S2
102
102 S2
103
103 S2
104
104 S2
105
105 S2
106
106 S2
107
107 S2
108
108
109
109 S2
110
110 S2
111
111 S2
112
112
113
113
114
114 S2
115
115
116
116 S2
117
117 S2
118
118 S2
119
119 S2
120
120 S2
121
121 S2
122
122 S2
123
123 S2
124
124
125
125 S2
126
126 S2
127
127
128
128 S2
129
129 S2
130
130 S2
131
131 S2
132
132 S2
133
133 S2
134
134 S2
135
135 S2 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!