Mendengar ucapan ibunya, Tiara membuka kedua matanya lebar-lebar. Namun, ia masih ingin menyangkal dan membela dirinya sendiri. Dikarenakan saat ini Tiara masih belum mengetahui tentang kehamilannya.
"Ma, Pa, kalian percaya padaku kan ma, aku tidak mungkin melakukan hal itu, Papa sama Mama percayakan?" Tiara berusah membela dirinya sendiri.
Mendengar putrinya yang tidak mau mengakui kesalahannya, membuat kemarahan Pak Hendra semakin memuncak.
Dengan raut wajah merah padam, karena emosi tinggi. Pak Hendra bergegas menghampiri Tiara dengan sebelah tangannya yang terangkat.
"Dasar anak tidak tau diri, masih saja kau ingin mengelak!" teriak Pak Hendra dengan melayangkan sebelah tangannya.
Bu Lusi yang melihat semua itu, segera menghalangi suaminya yang hendak menampar wajah Tiara.
"Jangan Pa, jangan lakukan itu, ingat apa kata Bu Dokter Pa, kondisi Tiara masih labil, apalagi saat ini dia sedang hamil Pa!" suara Bu Lusi berusaha menghentikan suaminya.
"Biarkan aku memukul anak tidak tahu diri ini, dia hanya memberiku rasa malu, kurang apa aku selama ini, apapun yang dia mau selalu aku penuhi, inikah balasan nya kepadaku!!" kemarahan Pak Hendra tak terelak lagi.
"Kalau begitu, pukullah aku Pa, jangan sakiti dia! Pukul lah aku jika itu bisa membuat Papa merasa lega!" teriak Bu Lusi masih tetap menghalangi antara suami dan putrinya.
Pak Hendra yang tidak dapat menahan amarahnya, segera menarik tangannya yang dipegang oleh Bu Lusi. Lalu menghantamkan tangan itu ke arah dinding rumah sakit.
"Sekarang terserah dirimu, urus saja dia, kalian berdua hanya bisa membuat kepalaku pusing!" bentak Pak Hendra kepada istrinya.
Kemudian dengan kemarahannya yang masih berkobar-kobar, Pak Hendra keluar dari ruangan tersebut.
Mendengar perkataan kedua orang tuanya, membuat Tiara berteriak histeris.
"Tidak! tidak mungkin ini semua terjadi, tidak mungkin aku hamil, 🅣🅘🅓🅐🅚 ….!!"
Bu Lusi memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang, ia berusaha untuk menenangkan Tiara yang sedang terguncang hebat.
"Tenang sayang, ada Mama disini, Mama akan selalu bersamamu." ucap Bu Lusi seraya melerai pelukannya. Kemudian ia berkata kembali dengan lembut, meski didalam hatinya terasa sangat kecewa.
Bu Lusi memandangi wajah putrinya dengan perasaan iba, dalam usianya yang masih muda, Tiara harus menerima semua kenyataan pahit ini.
Ya, meskipun semua itu berawal dari perbuatan Tiara sendiri, tetaplah Bu Lusi merasa tidak tega melihat keadaan putrinya yang seperti ini.
"Katakan pada Mama, siapa lelaki yang telah melakukan ini semua padamu?"
Tiara terdiam, tidak mungkin baginya mengatakan banyak lelaki yang telah bersamanya selama ini.
"Tiara! Ayo jawab Mama!" desak Bu Lusi karena putrinya hanya diam saja.
Karena terdesak, akhirnya Tiara terpaksa menjawab dengan disertai tangisannya.
"Banyak Ma, hiks… hiks…,"
"Apa?!" mendengar pernyataan dari putrinya membuat Bu Lusi terkejut untuk yang kesekian kalinya.
"Bagaimana mungkin kau berhubungan dengan banyak lelaki? Apa kau sudah tidak waras?" suara Bu Lusi yang tadinya lemah lembut, kini mengeras seketika.
Beruntung Pak Hendra saat itu telah pergi dari ruangan tersebut, jika tidak maka akan dapat dipastikan sebuah tamparan yang sangat keras akan bersarang di wajah Tiara.
Sedangkan Bu Lusi hanya bisa menyesali semua perbuatan putrinya yang tidak berpikir terlebih dahulu.
Tiara menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena merasa malu dengan dirinya sendiri.
"Maafkan aku Ma, aku salah…hiks…hiks…." lirih Tiara diantara tangisnya. Baru ia menyesali semua perbuatannya di saat semua telah terlambat.
Bu Lusi tampak berpikir sejenak. Lalu, ia berkata,
"Siapa lelaki yang terakhir bersamamu?"
Tiara tampak mengingat-ingat sesuatu.
"Ri-Rian Ma," jawabnya lirih.
"Rian? Siapa dia? dan dimana alamat rumahnya?" tanya Bu Lusi kembali.
"Untuk apa Ma?" Tiara masih bertanya.
"Tentu saja untuk meminta pertanggung jawaban darinya, dia harus menikahi dirimu secepatnya! Sebelum perutmu semakin membesar!" tegas Bu Lusi kepada Tiara.
"Tidak Ma, jangan lakukan itu," pinta Tiara, ia terlihat gelisah.
Mendengar ucapan putrinya, Bu Lusi merasa heran, kemudian bertanya.
"Mengapa? Mengapa kau tidak mau menikah dengannya, jika dia memang Ayah dari bayi yang kau kandung, maka Rian harus bersedia menikahimu!"
"Rian orang miskin Ma, aku tidak mau hidup melarat bersamanya Ma!" jawab Tiara tegas.
Mendengar jawaban putrinya, membuat Bu Lusi kembali terkejut.
"Jika dia orang miskin, mengapa kau mau berhubungan dengan nya?" Bu Lusi merasa kecewa, bisa-bisanya Tiara menyerahkan kehormatannya hanya dengan lelaki miskin.
"Saat itu aku sedang mabuk Ma, aku sendiri tidak sadar telah melakukannya dengan Rian," Tiara membela diri, berharap ibunya akan percaya.
Memang, Rian adalah anak kos yang satu sekolah dengan Tiara, hidupnya pas-pasan dan banyak hutang kepada teman-temannya. Telah lama Rian menyukai Tiara, dan ketika ada satu kesempatan Rian tidak menyia-nyiakan peluang itu untuk mendapatkan kenikmatan dari tubuh Tiara.
Dan, dengan senang hati, Tiara pun membalasnya. Karena ia memang telah terbiasa dengan hal itu.
"Apakah saat berhubungan sebelumnya kau juga sedang mabuk?" Bu Lusi mengintrogasi putrinya, yang mengaku telah melakukan hal itu dengan banyak lelaki.
Tiara terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya. Karena memang melakukannya dengan penuh kesadaran. Dan, tanpa berpikir panjang Tiara telah melepaskan mahkotanya yang sangat berharga.
"Kau melakukannya dalam keadaan sadar?"
Tiara mengangguk lemas.
"Ya Tuhan… Tiara, mengapa kau sebodoh ini…!" ratap Bu Lusi menyesali perbuatan putrinya.
Tiara hanya terdiam, kemudian Bu Lusi tersenyum, sebuah pemikiran jahat terlintas di kepalanya.
"Baiklah, Mama ada satu cara untuk membuatmu tetap menjadi wanita terhormat." ucap Bu Lusi kemudian.
"Apa Ma?" mata Tiara yang semula sendu, kini kembali bersinar. Karena Tiara tahu, ibunya pasti akan memberikan solusi terbaik untuknya.
"Saga! Saga Hawiranata Kusuma!"
"Suami Alexa?" tanya Tiara dengan heran.
"Ya, dia golongan orang berdarah biru, jika menikah dengannya kau pasti akan hidup bahagia selamanya."
"Bagaimana caranya Ma?" tanya Tiara merasa tertarik dengan ide gila ibunya.
"Sembuhkan dirimu terlebih dahulu, setelah itu, baru kita pikirkan rencana selanjutnya!" Jawab Bu Lusi.
Ternyata Bu Lusi tetaplah Bu Lusi, ia tidak akan pernah berubah.
Sedangkan Tiara tersenyum membayangkan tentang kemewahan pernikahannya dengan orang terkaya di kota ini.
"Sekarang beristirahatlah, Mama akan temui Padamu di luar." perintah Bu Lusi kepada Tiara yang langsung memejamkan kedua matanya, sedangkan di bibir tipisnya terukir sebuah senyuman.
Di luar kamar tempat Tiara sedang dirawat, tampak Pak Hendra sedang duduk di sebuah kursi panjang. Pikirannya kacau memikirkan masa depan putrinya, Tiara.
"Pa!" Bu Lusi mengejutkan suaminya.
"Ada apa? Bagaimana kondisi Tiara?" pertanyaan ketus keluar dari mulut Pak Hendra.
"Tiara sudah tidur Pa, boleh Mama minta Papa untuk berjanji?" tanya Bu Lusi dengan hati-hati.
"Hm,"
"Tolong jangan beritahukan Alexa tentang keadaan Tiara saat ini Pa, Mama khawatir hal ini akan membuat Tiara semakin tertekan." pinta Bu Lusi.
"Baiklah!" jawab Pak Hendra singkat, karena walau bagaimanapun, semua telah terlambat. Nasi telah menjadi bubur.
Dan tidak ada gunanya lagi untuk di perdebatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
udah ketahuan juga tiara, mending kamu jujur aja, buktinya juga ada..
2023-04-14
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
bukan tidak waras lagi tapi udah gendeng hihi
2023-03-29
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
Weladalah banyak ternyata makin bingung dah yang mana bapaknya
2023-03-29
0