"Tertawa saja Bi, jangan di tahan senyumnya, nanti Bibi sakit perut!" celetuk Alexa dengan tawa renyahnya.
"Non Alex baik, tidak seperti Non Tia," ucap Bi Sarinah dengan senyum Lepasnya.
Kini nama Alexa di panggil Alex.
"Tia? siapa dia Bi?" tanya Alexa.
Memang sejak kedatangannya ke mansion itu, Alexa belum bertemu dengan Tiara, putri Pak Hendra dengan Bu Lusi.
"Non Tia itu putrinya Tuan, tapi orangnya galak dan pemarah Non, Bibi tidak boleh tersenyum di depannya atau Bibi akan kena semprot!" tutur Bi Sarinah.
"Hm, sepertinya ini akan menjadi olahraga batin bagiku Bi, apa dia akan senang melihatku ada disini?" tanya Alexa dengan mulai berpikir.
"Saran Saya, jangan diambil hati, apapun yang Non Tia katakan anggap saja angin berlalu!" ujar Bi Sarinah mewanti-wanti.
Alexa mengangguk, ini tidak akan menjadi masalah baginya, karena walau bagaimanapun, Alexa telah terbiasa mendapatkan cemoohan atau pun hinaan dari orang lain. Sekarang mentalnya telah kebal.
"Baiklah Bi, terimakasih infonya!" sahut Alexa kembali tersenyum kepada Bi Sarinah.
Jujur Bi Sarinah merasa sangat senang dengan adanya Alexa di mansion itu, karena Alexa adalah orang yang ramah dan murah senyum. Bi Sarinah berharap Alexa akan mampu membawa perubahan di dalam mansion itu.
Dan benar saja apa yang dikatakan oleh Bi Sarinah. Dibawah sana tampak terdengar suara ribut-ribut, rupanya Tiara telah pulang dari sekolahnya. Saat ini ia sedang duduk di kelas ll SMA.
"Oh, sepertinya Non Tia sudah pulang Non, Saya permisi dulu!" Bi Sarinah pamit undur diri.
Setiap kali Tiara pulang, segala kebutuhan dan keperluannya harus tersedia di kamarnya, serta ia pun harus dilayani selama ia menginginkan.
Memang Tiara telah terbiasa dimanja oleh Bu Lusi sejak kecil, dan itu membuat Tiara tumbuh menjadi pribadi yang egois dan semuanya saja.
"Bi Sarinah… !!!" terdengar teriakan Tiara memenuhi ruangan mansion.
Bi Sarinah yang memang telah berlari dari kamar Alexa, semakin mempercepat langkahnya. Hingga membuat ia hampir terjatuh.
"Kemana saja Bibi?" Tiara menatap Bi Sarinah seperti hendak menerkamnya.
"Maaf Non, tadi Saya masih ada pekerjaan di dapur." Jawab Bi Sarinah berbohong.
"Tapi Saya telah mempersiapkan semua kebutuhan Non," ucap Bi Sarinah lagi.
Tiara melirik ke arah meja besar yang terletak didalam kamarnya. Tampaklah di sana beberapa menu makanan kesukaannya, serta pakaian ganti untuknya yang terletak di tepi ranjang.
Tiara melangkah ke arah ranjang dan duduk dengan menjulurkan kedua kakinya.
"Hei, kemarilah!" Tiara memanggil Bi Sarinah yang masih berdiri mematung di tempatnya.
"Iya Non," Bi Sarinah berjalan menghampiri Tiara.
"Pijatkan kaki ku!" Perintah Tiara dengan sombongnya.
Tanpa berpikir panjang Bi Sarinah duduk di lantai seraya memijat kaki Tiara.
"Aku lapar Bi, ambilkan aku makanan!" pinta Tiara dengan seenaknya.
"Baik Non," jawab Bi Sarinah seraya berjalan mendekati meja dan mengambil makanan kesukaan Tiara.
"Ini Non," Bi Sarinah menyodorkan piring yang berisi makanan kesukaan Tiara.
Tiara menerimanya dan mulai memakan makanan itu, lalu ia kembali berkata.
"Aku haus, ambilkan aku minum!" Perintah Tiara lagi.
"Baik Non," dengan telaten Bi Sarinah melayani putri dari majikannya ini.
Sedangkan Tiara menikmati makanannya dengan bermalas-malasan.
Alexa memperhatikan sikap Tiara dari kejauhan, karena ia merasa penasaran dengan cerita Bi Sarinah tentang Tiara. Alexa menggelengkan kepalanya, melihat betapa manjanya Tiara.
**********************************************
Sedangkan di tempat berbeda, lebih tepatnya di kantor. Tampak seorang CEO sedang memarahi karyawannya.
"Bukankah telah kukatakan, suruh anak buahku untuk menagih hutang mereka!" kata CEO itu dengan amarah yang memuncak.
CEO itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Saga Hawiranata Kusuma. Sedangkan karyawan yang di marahinya itu adalah Raffi yang hanya menundukkan kepala. Membiarkan sang CEO mengeluarkan semua kemarahannya.
Saat itu, Saga sedang duduk di kursi kebesarannya dengan kaki terangkat sebelah ke atas lututnya.
"Maafkan Saya tuan, Saya memang salah." ucap Raffi setelah sekian lama terdiam.
"Tapi, Saya melakukan semua itu karena ada alasannya tuan." Lanjut Raffi.
"Apa? Cepat katakan?" saga mulai tidak sabar mendengar penjelasan dari bawahannya itu.
"Depkolektor yang tuan maksud sedang tidak bisa dihubungi, jadi Saya berpikir, Saya akan menagihnya sendiri, agar lebih cepat." Jelas Raffi.
Namun, bukannya menagih hutang, Raffi justru dihadapkan dengan situasi yang sama sekali tidak mendukungnya. Hingga membuat Raffi mengurungkan niatnya.
Mendengar penjelasan dari Raffi, akhirnya Saga terdiam. Dari raut wajahnya sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.
"Benarkah, perempuan di desa Ciganjur waktu itu adalah putrinya?" tanya Saga setelah mendengar penjelasan dari Raffi.
"Benar, tuan! Dan Saya juga syok saat melihat dengan mata kepala Saya sendiri." jawab Raffi meyakinkan.
"Bagus, ini namanya sambil berenang minum air." gumam Saga seolah kepada dirinya sendiri.
"Apa maksud tuan?" Raffi tidak mengerti apa sebenarnya yang berada di dalam pikiran Bos nya itu.
"Sudahlah, kau tidak perlu tahu, lakukan saja apa yang aku perintahkan nanti!" jawab Saga dengan tegas.
Karena ia berpikir Raffi tidak akan mengerti walau ia jelaskan sedetail apapun.
Saga tersenyum membayangkan peristiwa yang akan terjadi, sebuah peristiwa yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali.
TOK. TOK. TOK.
Suara pintu diketuk dari luar.
"Masuk!" teriak Saga dari kursi kebesarannya.
Terdengar suara pintu terbuka.
"Permisi tuan, ada tuan Hendra Setiawan sedang menunggu Anda di luar," ucap Sekretaris cantik dan berpenampilan seksi.
"Suruh dia masuk!" perintah Saga tanpa melirik sekilas pun ke arah sekretarisnya, walaupun penampilannya sangatlah menggoda.
"Baik, tuan." Jawab sekretaris itu yang bernama Maudy.
Dengan wajah kesal, Maudy keluar dari ruangan Bos nya, sambil menggerutu.
"Kurang apa aku ini, cantik sudah, montok sudah, pakaianku juga tak kurang seksi, kenapa dia tidak melirik ku sedikitpun!"
Sambil merengut Maudy pergi menemui Pak Hendra yang sedang menunggu di ruangannya.
Setelah mendapat informasi dari sekretaris itu, Pak Hendra segera bergegas menuju ke ruangan sang CEO.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba." gumam Saga dengan sebuah seringai misterius.
Raffi membukakan pintu ketika terdengar suara ketukan dari luar.
"Selamat Sore tuan!" Sapa Pak Hendra ketika pintu terbuka, dan menampilkan sosok pria muda dan gagah sedang duduk di kursi kebesarannya dengan penuh wibawa.
Pak Hendra mengatakan selamat sore karena memang saat itu telah sore, jam dinding menunjukkan pukul 03.00.
"Selamat sore Pak Hendra, silahkan masuk!" jawab Saga dengan penuh wibawa.
Berbeda saat ia berbicara dengan Raffi ataupun Alexa, yang terkesan menyebalkan.
"Silahkan duduk tuan," Raffi bangkit dari kursinya dan mempersilahkan Pak Hendra untuk duduk.
Sedangkan Raffi berdiri disamping Pak Hendra, walaupun masih tersedia satu kursi lagi. Namun, Raffi lebih memilih untuk berdiri saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Sky darkness
waduh kayak seringai serigala dong
2023-04-14
0
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
wkwk si bibi udh tau betul sama majikannya
2023-03-20
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
ini pasti keturunan kutip ini, ngak ada senyumnya sedikitpun, bahkan orang senyum saja di marahi bahkan di semprot..
2023-03-20
0