Semakin lama pandangan Tiara semakin kabur, darah semakin deras menetes dari luka yang di sayatnya. Tubuhnya terasa lemas, wajahnya mulai pucat, dan sekujur tubuhnya terasa dingin.
BRUUUKK.
Tubuh Tiara tiba-tiba ambruk, bersamaan dengan pisaunya yang terjatuh di lantai.
Sekujur tubuh Tiara terlihat pucat, dengan berlumuran darah, ia tergeletak di lantai. Dan pada saat itulah, Bu Lusi datang lalu berteriak dengan histeris
FLASHBACK ON.
Pak Hendra dan Bu Lusi menunggu didepan ruang operasi dengan perasaan tak menentu, kekhawatiran terlihat dengan jelas pada raut wajah mereka.
"Pa, bagaimana jika Tiara tidak bisa di…hiks… hiks… hiks… !" Bu Lusi tidak kuasa menahan tangisnya, apalagi saat membayangkan jika putrinya tidak bisa diselamatkan, berbagai macam dugaan tentang rasa takut bersarang di pikirannya.
"Tenang ma, tenang, semua pasti akan berjalan lancar, putri kita pasti bisa diselamatkan." bujuk Pak Hendra dengan suara seraknya.
Kemudian Pak Hendra menghubungi Saga, ia berniat untuk memberi tahu Alexa tentang keadaan adiknya. Karena Alexa sendiri tidak memegang ponsel, jadi Pak Hendra harus menghubungi Saga terlebih dahulu.
Di mansion Saga.
Malam telah larut, suasana terasa sunyi dan sepi. Semua orang yang menghuni mansion itu, tengah terlelap ke alam mimpi masing-masing.
Hanya seorang gadis yang sedang berdiri di balkon kamarnya, Alexa mendongakkan kepala memandang ke arah langit, menatap bintang-bintang yang gemerlapan di sana.
Sesekali ia melihat ke arah ranjang, dimana seorang pria sedang tertidur dengan lelapnya. Alexa menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan. Seakan ingin melepaskan segala rasa sesak di dadanya.
TRILILILILITTT…TRILILILILITT…
Bunyi ponsel Saga berdering.
Mendengar bunyi ponsel, Alexa segera memasuki kamarnya, menuju ke arah nakas yang terletak di samping ranjangnya, lebih tepatnya ranjang milik Saga, karena pria itu tidak mengizinkan Alexa tidur seranjang dengannya.
'Ayah!' pikir Alexa ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel itu.
'Bagaimana caranya aku mengangkat panggilan dari Ayah?' batin Alexa.
Kemudian ia teringat ketika Septi mengajari dirinya bermain mengotak-atik ponsel milik Septi. Sedikit demi sedikit Alexa mulai bisa mengoperasikan ponsel, walau ia sendiri belum pernah memiliki benda pipih itu.
"Hallo!" ucap Alexa dengan suara yang terdengar malas. Hatinya masih merasa kecewa atas apa yang telah dilakukan Ayahnya.
"Alexa! Kau kah itu nak?" terdengar suara sedikit gemetar dari seberang.
"Ya!" jawab Alexa singkat.
"Adikmu, Tiara…!" Pak Hendra tidak meneruskan ucapannya, mungkin karena merasa malu kepada putrinya yang telah ia korbankan.
"Adik? Sejak kapan aku memiliki adik?" sahut Alexa dengan suaranya yang terdengar ketus.
"Ayah tahu kau marah padaku, tapi setidaknya jangan membenci adikmu, dia sedang dioperasi sekarang." ujar Pak Hendra memberanikan diri untuk menyampaikan informasi itu kepada Alexa, meski ia merasa tidak patut bagi Alexa untuk mengetahui semua itu.
Semarah-marahnya Alexa, ia tidak akan pernah tega bila mengetahui saudaranya menderita. Walaupun hubungan mereka yang terjalin secara singkat tidak terjalin dengan baik.
"Tiara kenapa Yah?" seketika suara Alexa terdengar panik.
"Yah, kenapa dengan Tiara?" Alexa mengulangi pertanyaannya karena tidak mendapat jawaban dari Ayahnya.
Sedangkan diseberang sana, Pak Hendra dan Bu Lusi merasa sangat bersalah, terlebih lagi Bu Lusi, yang selalu membenci Alexa. Kini ia benar-benar merasakan kalau Alexa adalah putri yang baik, yang tidak pernah menyimpan dendam kepada dirinya dan juga Tiara yang selalu memojokkan Alexa.
"Yah, Ayah masih mendengar ku?" suara Alexa memanggil Pak Hendra.
"Ya, sayang," jawab Pak Hendra yang tersadar dari lamunannya.
"Sekarang Tiara dirawat dirumah sakit mana Yah?" tanya Alexa penuh perhatian, seolah tidak pernah terjadi hal apapun diantara mereka.
"Gandaria!" jawab Pak Hendra, panggilan terputus. Dikarenakan kondisi jaringan kurang baik.
"Ayah! Ayah! Hallo, Ayah! Masih mendengarku?" Alexa semakin khawatir, ia takut akan terjadi sesuatu kepada Tiara.
"Ada apa? Mengapa kau pegang ponselku?" rupanya Saga terbangun ketika mendengar suara Alexa yang memanggil-manggil Ayahnya di seberang sana.
Mendengar suara bergelegar di sampingnya, sontak membuat Alexa terkejut. Dengan tangan gemetar seraya masih memegang ponsel itu, Alexa menjawab,
"Maaf, tuan, Tadi… Ayah menelpon, katanya Tiara masuk rumah sakit." Jawa Alexa dengan gemetar, karena takut disalahkan.
"Lalu?"
"Izinkan aku pergi kerumah sakit itu tuan, izinkan aku mememui mereka," Alexa mengiba.
Mendengar permintaan Alexa, Saga segera duduk. Ia menatap Alexa dengan tatapan yang menghunus.
"Atas dasar apa, kau berani meminta izin kepadaku" Saga menatap Alexa dengan tatapan tajam, pertanda ia tidak suka.
Saga berdiri menghampiri Alexa, kemudian merampas ponselnya dari tangan Alexa.
"Maaf kan aku tuan, Tiara adalah adikku, jadi, sudah menjadi kewajiban ku untuk menemui mereka." sahut Alexa memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Saga, sekaligus memprotes.
"Kewajiban?" Saga bertanya dengan menarik sebelah sudut bibirnya, tanda meremehkan.
"Sekarang kewajibanmu adalah mematuhi semua perintahku, bukan kepada mereka! Paham?!" Saga mengeraskan suaranya pada kata-kata yang terakhir.
"Tapi tuan… " belum selesai Alexa berbicara, Saga terlebih dahulu bangkit dan menarik rambut Alexa kebelakang, membuat Alexa meringis dengan kepala mendongak keatas karena kerasnya jambakan Saga.
"Berani kau membantah, aku tidak segan-segan menyakiti dirimu!" ucap Saga dengan menggertak kan rahangnya.
"Ampun… tuan… . Ampun…," Alexa mengiba seraya tangannya memegangi tangan Saga yang sedang menjambaknya.
"Apa kau masih berani membantahku?" Saga bertanya dengan geramnya. Sedangkan tangannya semakin erat menjambak rambut Alexa.
"Tidak tuan, ampun…," suara Alexa kembali mengiba seraya menahan rasa sakitnya.
Seketika Saga melepaskan jambakan tangannya dengan sedikit mendorong tubuh Alexa kedepan, hingga nyaris saja Alexa membentur sofa yang berada tidak jauh dari Alexa berdiri.
"Ingat, mulai saat ini aku tidak ingin kau melakukan apapun selain perintahku! Mengerti!!" sentak Saga, lalu berjalan keluar dari kamarnya, tanpa memperdulikan Alexa yang meringis kesakitan.
Alexa duduk meringkuk dilantai dengan memegang kedua lututnya, punggunggnya bersandar pada kaki sofa. Air matanya kembali berderai, seakan tanpa henti melewati kedua pipinya.
"Ya Tuhan, berilah aku kekuatan untuk menjalani kehidupan ini," lirih Alexa di dalam do'anya.
Mungkin karena terlalu lama menangis juga karena terlalu letih, akhirnya Alexa tertidur dalam keadaan meringkuk. Kepalanya ia sandarkan pada Sofa.
Beberapa menit kemudian, setelah kemarahannya menghilang. Saga memasuki kamarnya dan mendapati Alexa yang sedang tertidur pulas.
"Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti dirimu," gumam Saga setelah berdiri di depan Alexa.
Saga berjongkok mengusap titik-titik air mata yang masih tersisa di kedua pipi gadis itu.
Perlahan Saga meraih tubuh Alexa dan meletakkannya di atas ranjang. Lalu menyelimuti sebagian tubuh kecil Alexa dengan bed cover.
Mungkin karena terlalu lelah, Alexa masih tetap terlelap walau telah dipindahkan oleh Saga. Sedangkan Saga menatap wajah cantik Alexa, seraya berkata,
"Patuhi diriku, agar kau tidak tersakiti."
Saga memang tidak suka jika ada seseorang yang membantah perintahnya, sikapnya yang tegas Menginginkan agar ia selalu di patuhi perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
yaampun kudu di selamatkan orang yang lagi bunuh diri itu..
2023-04-14
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
aamiin semoga kau cepat terbebas dari segala cobaan yang menimpa mu. Aamiin ya rabbal alamin 🤲
2023-03-29
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
ish kasar kali kau padanya awas kau jadi suka padanya atau kau memang sudah suka tapi tak memperlihatkannya dan hanya sifat buruk mu itu yang kau tunjukkan
2023-03-29
0