Di kediamannya Pak Hendra duduk termenung di depan mansion, menatap ke arah jalan yang sepi. Berat rasanya ia meninggalkan Alexa di mansion suaminya, apalagi Alexa tidak mengenal siapapun disana.
"Apa yang sedang papa pikirkan?" tanya Bu Lusi mengejutkan suaminya.
"Alexa." jawab Pak Hendra singkat.
"Kenapa dengan Alexa? Dari tadi mama tidak melihat nya?" Bu Lusi kembali bertanya.
Memang, Bu Lusi tidak tahu menahu tentang pernikahan Alexa dan Saga. Sebab ini adalah urusan pribadi Pak Hendra.
"Sekarang kau dan Tiara tidak perlu khawatir lagi, karena mulai saat ini Alexa tidak akan pernah mengusik ketenangan kalian di mansion ini!" jawab Pak Hendra dengan nada suara yang tersendat-sendat, karena menahan rasa sesal didalam hatinya.
"Syukurlah kalau begitu, lebih cepat dia pergi itu lebih baik bagi putri kita." ucap Bu Lusi yang merasa senang dengan kepergian Alexa.
Mendengar perkataan dari istrinya, membuat Pak Hendra naik darah. Lalu dengan sedikit menyentak ia berkata,
"Seharusnya kau berterimakasih kepada Alexa, kalau bukan karena dia mungkin saat ini kita semua telah diusir dari mansion ini! Kau mau jadi gembel!!"
Bu Lusi terkejut mendengar ucapan yang sedikit menyentak dari suaminya, bukan karena suara sentakannya yang membuat Bu Lusi terkejut, melainkan arti kata yang terkandung didalamnya.
"Apa maksud papa? Jadi gembel bagaimana?" Bu Lusi tidak mengerti.
"Beberapa bulan yang lalu, aku mengajukan pinjaman pada Hawiranata Kusuma Corp sebesar dua puluh lima milyar, aku terpaksa melakukannya karena perusahaan ku hampir bangkrut, untuk menyelamatkan keadaan itu sebelum di ketahui oleh orang lain." papar Pak Hendra mengingat kembali peristiwa itu, peristiwa yang akhirnya menjerat Alexa, putrinya tercinta.
"Dan, dua hari yang lalu, telah jatuh tempo untuk melunasi nya, sedangkan uang ku tidak mencukupi, itu semua gara-gara kalian berdua!" sentak Pak Hendra membuat Bu Lusi melebarkan kedua matanya.
"Kok gara-gara kami? Memangnya apa yang kami kakukan?" Bu Lusi tidak terima jika disalahkan.
"Kau selalu saja shopping, ikut arisan, dan juga acara-acara sosial yang lainnya! Ditambah lagi dengan kelakuan Tiara yang seakan membuat isi kepalaku pecah!" sentak Pak Hendra lagi.
"Kenapa jadi kami yang disalahkan pa?" sungut Bu Lusi tidak terima, apalagi jika putrinya dibawa-bawa.
"Jika saja kau dan Tiara bisa mengatur pengeluaran keuangan kita dengan baik, maka ini semua tidak akan pernah terjadi, berapa kali kau menarik uang dari perusahaan? Dan berapa kali juga Tiara menghambur-hamburkan uang hanya untuk party bersama teman-temannya?" sergah Pak Hendra semakin kesal karena istrinya tidak pernah menyadari kesalahan yang telah ia lakukan dan juga putrinya.
Bu Lusi pun terdiam, lidahnya menjadi kelu tidak bisa lagi berkata-kata.
"Dan aku terpaksa menjadikan Alexa sebagai pengganti jaminannya, karena aku tidak ingin kalian berdua hidup menderita, hiks… hiks… hiks… Seharusnya kau dan Tiara malu kepadanya, tidak kah pernah kau pikir, Alexa putri ku tercinta yang tidak pernah menikmati semua kemewahan ini, tapi dia yang menjadi korbannya,"
Pak Hendra menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu menghempaskan tangannya dengan kasar.
Sebuah penyesalan yang sangat besar kini ia rasakan, terlebih lagi ia merasa sangat bersalah kepada Almarhumah istrinya, Bu Rianti.
Jika saja perselingkuhan itu tidak pernah ia lakukan, pasti saat ini Pak Hendra telah bahagia hidup bersama istri dan putrinya.
"Pa…!" tangan Bu Lusi menyentuh pundak suaminya.
"Tinggalkan aku sendiri!" pinta Pak Hendra tanpa melihat kearah Bu Lusi, pandangannya masih menatap lurus kedepan.
Akhirnya Bu Lusi dengan perasaan bersalah pergi dari tempat itu, ia berjalan menuju kearah kamar Tiara.
"Maafkan aku Rianti, aku tidak bisa menjadi Ayah yang baik untuk putri kita, karena kesalahan ku, putri kita harus menanggung beban hidup sendirian, ku mohon maafkan aku Rianti… !" sesal Pak Hendra dalam kesendiriannya.
Barulah sebuah rasa penyesalan mulai meyelubungi hatinya, ternyata Lusi tidak sebaik Rianti, walaupun mereka adalah kakak beradik.
"Tiara…!!"
Suara teriakan Bu Lusi terdengar hingga ke telinga Pak Hendra, belum hilang rasa penyesalan di dalam hatinya, kini ia telah dikejutkan dengan teriakan Bu Lusi.
Dengan berlari kencang, Pak Hendra segera menyusul suara istrinya yang berasal dari kamar Tiara.
Sesampainya di sana, Pak Hendra terkejut ketika mendapati istrinya sedang menangisi putrinya yang terkapar di lantai. Darah segar terus mengucur di persendian tangannya.
"Ada apa ini ma? Tiara kenapa?" tanya Pak Hendra dengan panik.
"Mama juga tidak tahu pa, saat mama kesini keadaan Tiara sudah seperti ini!" jawab Bu Lusi dengan tangisnya.
"Pak Kadir… .! Pak Kadir… !!" Pak Hendra berteriak Sekuat-kuatnya.
"Ya tuan!" jawab Pak Kadir yang datang dengan tergopoh-gopoh.
"Cepat siapkan mobil, kita kerumah sakit sekarang!" perintah Pak Hendra diantara kepanikannya.
Sedangkan Bu Lusi hanya menangisi keadaan putrinya.
Pak Hendra mengangkat tubuh Tiara memasuki mobil, kemudian dengan cepat mereka melarikan Tiara ke rumah sakit.
**********************************************
At Gandaria Hospital.
Tiara segera dilarikan keruang operasi, kebetulan malam itu agak sepi, sehingga kondisi Tiara secara langsung mendapat penanganan dari dokter.
"Mohon tunggu di sini, tuan dan nyonya!" seru salah seorang perawat seraya menutup pintu ruang operasi.
Tak lama kemudian, lampu yang berada tepat di atas pintu ruangan tersebut menyala, pertanda operasi sedang berlangsung.
"Bagaimana ini pa hiks…hiks…?" tanya Bu Lusi diantara isak tangisnya.
Semenjak melihat keadaan putrinya yang terkapar tidak berdaya ia selalu menangis.
"Tenanglah ma, kita berdoa saja semoga Tiara tidak apa-apa." jawab Pak Hendra seraya memeluk istrinya mencoba untuk menenangkan, walaupun dirinya sendiri dalam kepanikan yang sangat besar.
FLASHBACK OFF.
Ya, sebelumnya Tiara yang hendak pergi keluar rumah untuk party malam itu, secara tidak sengaja mendengar perdebatan di antara kedua orang tuanya.
Sebuah perdebatan yang memuji Alexa, dan memojokkan dirinya. Membuat Tiara merasa tidak disayangi lagi oleh papanya.
Saat itu Tiara masih berdiri di atas tangga, perasaannya tiba-tiba hancur ketika mendengar Pak Hendra lebih memilih untuk memuji Alexa daripada dirinya.
"Tidak, tidak mungkin, papa lebih menyayangi Alexa daripada aku, ini tidak mungkin, papa tidak menyayangiku lagi."
Tiara berjalan mundur beberapa langkah, ia merasa kecewa, karena seorang ayah yang selama ini hanya menyayangi dan memanjakan dirinya, kini telah berubah. Pak Hendra lebih memuji Alexa karena pada kenyataannya memang Alexa lebih baik daripada Tiara yang terbiasa dimanja dan hidup berfoya-foya.
Tiara berlari ke dalam kamarnya, tanpa diketahui oleh Pak Hendra dan Bu Lusi. Disana ia mengambil sebilah pisau kecil yang sering digunakan untuk memotong buah-buahan.
Dengan perasaan yang sangat kecewa, Tiara mengarahkan pisau itu ke urat nadi di tangannya.
"Mungkin lebih baik aku tiada, agar papa bisa selalu memuji Alexa, aku sudah tidak dianggap lagi, aku sudah tidak di sayang lagi… hiks… hiks… hiks…. Mama maafkan putri mu… !"
CRAASHH.
Tiara menyayat urat nadi di pergelangan tangannya, darah segar mulai mengucur dari lukanya. Dengan hati dan perasaan yang kecewa, Tiara memandangi tetesan darah yang terus yang mengucur dari tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Rohani
manja banget sih Tiara
2023-07-09
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Karisma Ad🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Benar itu, apa yang di katakan sama suamimu buk lusi..
2023-04-14
0
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
rasa cemburu yang tak tertahankan dan memilih untuk menghilang saja pemikiran yang buruk itu
2023-03-29
0