(IGT) CHAPTER 15

Selesai acara resepsi pernikahan Saga dan Alexa, membuat semua orang di keluarga Saga merasa sangat kelelahan.

Kecuali si kedua pengantin yang saling berseteru. Terlebih bagi Alexa ia semakin ketakutan malam ini, malam yang seharusnya paling membahagiakan bagi semua orang yang baru saja menikah.

Namun, tidak untuk Saga dan Alexa.

Saat itu, Alexa sedang berada di dalam bathroom. Alexa merasa insecure malam ini, berkali-kali jarinya menekan tombol kran. Memainkan bunyi air yang gemericik.

Alexa merasa di dalam bathroom adalah tempat yang paling aman untuk menghindari pria angkuh dan arogan, yaitu, Saga.

Sedangkan diluar bathroom, Saga sedang mondar-mandir tampak sedang memikirkan sesuatu.

Saga melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 23.45 menit.

"Apa yang sedang dia lakukan didalam sana? Bukankah ini sudah lebih dari satu jam?" gumam Saga seraya memandang ke arah pintu bathroom.

Berharap kalau gadis itu akan segera keluar dari dalam bathroom.

Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda gadis itu akan keluar, dan ini membuat Saga merasa khawatir.

"Aku memang membencinya, tapi aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepadanya," resah Saga.

Memang, semua perseteruan di antara mereka terjadi secara tidak sengaja, dan tanpa direncanakan sebelumnya. Keegoisan Saga membuat ia membenci Alexa, dan keegoisan inilah yang menuntun Alexa untuk membalas membenci pria ini.

"Alexa! Sedang apa kau didalam? Cepat keluar!" teriak Saga yang membuat Alexa terkejut, semakin ketakutan.

Karena tidak mendapat jawaban dari Alexa, Saga kembali memanggilnya seraya menggedor-gedor pintu bathroom.

"Alexa! Cepat buka pintu nya!" suara Saga lebih keras dari sebelumnya.

Alexa semakin merasa ketakutan, ia takut kalau pria ini akan benar-benar membuktikan ucapannya.

"Bagaimana ini, aku harus apa?" bisik Alexa dengan tubuh gemetar. Alexa mondar-mandir di dalam bathroom.

Alexa semakin ketakutan, ia takut kalau pria ini akan memaksakan kehendaknya malam ini, sedangkan Alexa tidak pernah menginginkan hal itu.

"Alexa cepat buka! Atau aku akan dobrak pintunya!" kembali terdengar teriakan Saga.

Karena tidak ingin pria ini benar-benar mendobrak pintu nya, Alexa terpaksa menjawab.

"Iya, iya, sebentar!"

Mendengar suara gadis itu baik-baik saja, Saga merasa tenang kembali. Kemudian Saga duduk di tepi ranjangnya seraya mengotak-atik laptopnya, banyak pekerjaan yang belum diselesaikan hari ini.

Perlahan terdengar suara pintu bathroom terbuka, sekilas Saga melirik ke arah Alexa, lalu kembali fokus menatap layar laptopnya.

'Dia lebih cantik dengan pakaian tidurnya,' pikir Saga. Lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

Dengan ragu-ragu Alexa melangkah mendekati ranjang, dimana Saga berada. Namun, belum sempat Alexa duduk di atas ranjangnya, Saga telah menyemprot nya terlebih dahulu.

"Mau kemana? Tidur disini?"

Alexa mengangguk.

Saga meraih satu bantalnya, lalu melemparkannya kepada Alexa.

"Tidur dibawah, aku tidak ingin satu ranjang denganmu!" sergah Saga tanpa melirik ke arah Alexa.

Hati Alexa merasa lega mendengar ucapan Saga, tidur dibawah tidak masalah baginya, asal bisa terhindar dari pria ini.

Alexa segera meraih bantal itu yang terjatuh di lantai, kemudian meletakkannya di atas karpet empuk di samping ranjang. Ia segera merebahkan dirinya di atas karpet tersebut.

"Tidak apalah aku tidur disini asal diriku aman." bisik Alexa kepada dirinya sendiri.

Pikiran Alexa menerawang jauh, ia kembali teringat saat-saat bertemu dengan Ayahnya, lalu ikut Ayahnya tinggal di mansion mewah, berbelanja semua keperluan nya, rasanya sangat bahagia.

Namun, kebahagiaan itu ternyata hanya sementara, hanyalah sebuah bujuk rayuan yang diberikan oleh Ayahnya, karena hanya sehari semalam, ia telah dilemparkan kembali ke dalam masalah yang tidak akan ada habisnya.

'Mengapa Ayah lakukan semua ini padaku, mengapa Ayah membuangku kedalam keluarga yang tidak aku kenal, siapa mereka Yah? apa salahku pada Ayah, hingga Ayah tega membiarkan aku menderita begini,' bisik hati Alexa, bulir-bulir bening mulai menetes kembali dari kedua kelopak matanya.

Alexa berusaha sekuat mungkin untuk tidak bersuara, biarlah hanya dia yang tahu rasanya pedih ini, biarlah hanya dia yang tahu betapa sakit jiwa dan hatinya.

Alexa mengusap air mata yang terus menetes, bergulir-gulir melewati kedua pipinya.

Dalam diam Alexa terus menangis, meratapi garis takdir nya sendiri. Berbagai macam pertanyaan mulai mengusik pikirannya, dengan sangat hati-hati ia memberanikan diri untuk bertanya kepada Saga.

"Tuan!" panggil Alexa datar dari tempatnya.

"Hmm!" hanya sebuah deheman yang menjawab panggilannya.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu tuan?"

"Ya!" hanya jawaban singkat yang diterima oleh Alexa.

"Mengapa tuan menikahiku? Dan mengapa Ayah menikahkan diriku dengan tuan?" tanya Alexa dengan sangat hati-hati, karena pertanyaan yang sebelumnya tidak dijawab oleh Saga.

Bukan tanpa alasan, Alexa bertanya seperti itu, melainkan ia hanya ingin semuanya jelas, dan agar bisa mengambil keputusan tentang masa depan rumah tangganya.

Saga menghentikan pekerjaannya, lalu ia melangkah menghampiri Alexa yang masih merebahkan dirinya di atas karpet, Alexa segera bangkit kemudian duduk bersandar pada tepi ranjang.

"Kau ingin tahu apa alasannya?" tanya Saga ketika telah duduk di samping Alexa. Menatap gadis muda itu dengan tajam.

Alexa mengangguk dengan penuh harap, berharap pria ini akan menjelaskan semua kepadanya.

"Ayahmu, dia memiliki hutang kepadaku!" jawab Saga.

"Hutang?" Alexa seakan tidak percaya dengan jawaban Saga, karena ia masih ingat betul kemarin malam, ia berbelanja dengan sangat banyak bersama Ayahnya.

"Ya, karena tidak bisa membayar hutang, Pak Hendra menjual dirimu kepadaku, sebagai bukti pelunasan hutangnya!" jawab Saga memprovokasi Alexa, walau sebenarnya Saga lah yang meminta Pak Hendra untuk menikahkan Alexa dengan dirinya.

"Apa? Benarkah?" kedua mata Alexa membulat sempurna, perlahan mata itu mulai berembun.

"Terserah dirimu, mau percaya atau tidak! Tapi itulah kenyataannya," ucap Saga dengan tersenyum sinis.

Di Dalam hati Saga merasa sangat puas bisa mengobrak-abrik perasaan Alexa yang tentunya tidak baik-baik saja saat ini.

"Oleh karena itu, kau harus patuhi semua perintahku, berani kau macam-macam aku penjarakan Ayahmu!" sentak Saga yang begitu menikmati permainannya sendiri.

Alexa terdiam, mulutnya tidak mampu lagi mengucapkan kata-kata. Alexa benar-benar merasa malu, malu kepada dirinya, malu kepada saga dan keluarganya. Mengingat ia dulu pernah berseteru dengan Saga yang ternyata telah bermurah hati meminjamkan uang kepada Ayahnya, walau sekarang dirinya lah yang menjadi korban.

"Sudahlah jangan terlalu disesalkan, anggap saja kau sedang mengabdikan dirimu kepadaku." ucap Saga seraya kembali ke tempatnya semula, dimana tumpukan pekerjaan kantor sedang menunggunya.

Alexa duduk meringkuk dan memegangi kedua lututnya, hatinya benar-benar hancur, remuk berkeping-keping. Ayah yang selama ini sangat ia rindukan, ternyata telah tega menjual dirinya kepada orang terkaya di kota itu.

'Ibu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Hiks… hiks… ibu benar, lebih baik aku tidak pernah bertemu dengan Ayah karena hanya derita yang aku dapatkan,' tangis Alexa didalam hatinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***